Bukan tentang luka, tapi tentang rasa sedih yang masih berada di dalam dada.
•
•
•~~~
Setelah chat yang Putri kirim semalam, akhirnya pagi ini Putri berangkat bersama Aming. Putri rasa Malika masih butuh waktu untuk kembali pergi ke sekolah setelah kejadian yang menimpa keponakannya.
Saat sampai di sekolah dengan hati-hati Putri turun dari motor Aming lalu
membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Keduanya berjalan bersama untuk pergi ke kelas, sesekali Aming yang sengaja membuat Putri kesal."Eh lo tau gak? Si Putri lagi deket sama Kak Bara."
Langkah Putri juga Aming terhenti tak jauh dari gerombolan orang yang tengah bergosip itu.
"Loh bukannya si Putri pacarnya Aming ya?"
"Paling si Putrinya aja yang kegatelan, udah punya pacar masih aja deket sama cowok lain."
"Pulang sekolah sama si Aming, besoknya berangkat sekolah sama Kak Bara, serakah banget," kata siswi perempuan berambut pendek.
"Jaman sekarang gosip makin merajarela ya."
Terlihat Malika sedang menyenderkan tubuhnya di tembok tak jauh dari tempat Putri berdiri, Putri menatap Malika dengan kaget, dia kira Malika akan beristirahat sejenak dirumah.
"Mal, Gue kira lo izin gak sekolah," ujar Putri yang di balas senyum oleh Malika.
"Bener sih kata Malika, lagian pagi-pagi itu orang normal sarapan bubur ayam, nasi goreng atau apa gitu. Kalian pagi-pagi sarapan sama bangkai saudara sendiri," ujar Aming.
Putri melihat mereka yang saling melirik satu sama lain. Tak lama perempuan dengan rambut pendek tadi mendekati Aming dengan kepala yang sedikit menunduk.
"Apa? Mau minta maaf?" tanya Aming dengan tangan yang bersedekap dada.
Perempuan itu menggeleng pelan lalu dia menyodorkan buku dan spidol hitam kepada Aming, sontak saja Aming kebingungan.
"Mau minta tanda tangan Kakak," katanya seraya menunduk malu-malu.
Aming membelalak kaget, dipikirnya perempuan itu malu atas perbuatannya dan akan meminta maaf. Aming menggaruk tengkuknya yang tak gatal bingung karena perempuan di depannya ini seperti tak merasa bersalah.
Tak lama gerombolan yang tadi tengah bergosip mulai mendekati Aming dengan membawa alat tulis, coklat, bunga dan yang lainnya.
Putri tak habis pikir dengan banyaknya orang yang meminta tanda tangan Aming hanya karena lelaki itu tampan, Putri menatap malang Aming yang terlihat sibuk mendatangani kertas dengan tangan yang penuh coklat dan bunga, dengan pelan Putri menjauh dan menarik tangan Malika agar pergi dari kerumunan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bukan] Idola
Teen FictionPerkenalkan dia Putri, gadis manis dengan wajah khas Sunda. Penyuka boygrup Korea. Tak pernah sedikitpun terbesit dalam pikiran Putri akan memiliki teman baru yang super duper percaya diri, entah karena namanya yang mirip idola Korea, karena kegant...