Lukisan Hujan Tanpa Senja🌆🌅

16 1 0
                                    

“ kita tidak tau apa yg terjadi selanjutnya, kita hanya di minta untuk menjalani nya dengan rasa tetap bersyukur.”

-hrfh 🌻-

Dirumah NARA

Nara kini berada di rumah, duduk di bangku teras rumah nya. Membuka sepatu dan kaus kaki sekolah nya,  lalu di letakan nya di tempat rak sepatu biasanya.

Nara masuk kedalam rumah nya di temuinya bunda yg berbincang dengan bi lastri. “udh pulang ra? ” tanya bunda
“udah nih bun” jawab nara langsung mencium tangan bundanya tak lupa juga bi lastri.  Yah bi lastri memang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah nara,  tapi di keluarga nara bi lastri bukan hanya sekedar asisten rumah tangga,  mereka sudah menganggap bi lastri sebagai saudara mereka sendiri. 

“bun, nara naik ke atas dulu yah, mau ke kamar, nara mau ganti baju dulu” ucap nara
“iya ra,  tapi kalo udah siap langsung makan yah ra” ucap bunda
“siapp bun,  oo iyah bun ayah belum pulang? ” tanya naraa
“belum ra,  mungkin ayah pulang malam hari ini” jawab sasmitha pada anak nya.
“oo iyah bun yauda deh bun,  nara mau ke kamar” ucap nara melanjutkan langkah nya menuju kamar

Nara melangkah masuk menuju kamar nya,
Sebelum memasuki pintunya ada yg berbeda hari ini,  yahh siapa kalo bukan kamar ibra.

Kamar yg saat ini gelap dengan pintu setengah terbuka, tidak ada lagi suara tawa ibra ketika bersama teman-teman nya,  tidak ada lagi suara gitar,  tidak ada lagi suara kata" ibra ketika ia bermain game, tidak ada lagi suara “nara udah pulang? ”, tidak ada lagi,  “nara udah tidur? ”
Tidak ada lagi, “nara abg pinjam balkon nyaa yahh”, tidak ada lagi “ nara bunda manggil kamu tuh”, intinya tidak ada lagi suara ibra di kamar itu.  Terasa sunyi, sepi,  hening,  tak ada suara ibra,  yg ada hanya suara detik jam.

Nara tertegun dan fokus pada kamar ibra, sambil memegang knop pintunya.  Dengan cepat ia membuka kamar nya dan masuk untuk menggantikan pakaian nya.

Setelah mengganti pakaian nya,  nara langsung menjatuhkan tubuh nya di atas tempat tidurnya. Menatap langit-langit kamar nya.  Tiba-tiba saja terdengar suara familiar yg keluar dari perut nara,  yahh cacing di perut nara sudah demo, meminta nara untuk segera makan.

Nara bangkit dari tempat nya, lalu melangkah menuju dapur dengan wajah sedikit cemberut,  dan sedih,  ntah lah mood nya mungkin kurang baik.

“nara mau makan sayang? ” tanya bunda
“mau bun.” jawab nya singkat
“hari ini bunda masak kesukaan kamu lo,  semur ayam sama kangkung tumis saus tiram” ucap sasmitha pada anak nya ini
“heheheh iyah bun. ” jawab nya singkat lagi

Sasmitha yg melihat anak nya seperti itu langsung saja bingung,  ada apa dengan nara,  tidak seperti biasanya. Anak nya yg satu ini selalu ceria. 
“nara?  Ada masalah?  Cerita dong ke bunda? ” ucap bunda nya untuk memastikan bahwa nara baik-baik saja.
“gk ppa bun,  nara gk ada masalah kok” ucap nya menutupi apa yg ia rasakan saat ini. Ia tak mau bundanya tau bahwa saat ini ia belum terbiasa tanpa kakak laki" satu-satu nya tersebut.

Nara tersenyum dan mengucapkan
“wahhh enak banget bunn,  nara selalu suka masakan ini” ucap nya untuk membuat bundanya tersenyum
“hahah nara-nara makan yg banyak yah nak,  biar sehat kamunyaa”

Nara senang ketika bunda nya bisa tersenyum, terlebih lagi nara pasti tau bahwa bundanya juga rindu pada ibra,  bahkan mungkin lebih dari pada nara sendiri.

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang