Chapter 3

202 23 3
                                    

Selang beberapa hari kemudian Lucas kembali mendatangi cafe tersebut. Kali ini ia benar - benar berniat untuk berkenalan dengan sang waiter teman Renjun tersebut. Cuaca diluar sedang hujan lebat, sehingga jaket fleece Supreme hitam yang digunakannya sedikit basah.

Lucas segera memasuki cafe tersebut dan memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Biasanya tak lama setelah ia memasuki cafe tersebut sudah mendapat sambutan ucapan selamat datang dari salah satu pegawai cafe.

Namun kali ini tidak ada nada sambutan hangat satupun yang ia terima. Ia sedikit bertanya - tanya walaupun hal tersebut bukan merupakan masalah besar baginya.

Suasana cafe saat itu sangat lengang, bahkan Lucas mungkin adalah satu - satunya pengunjung di cafe tersebut. Karena cuaca sedang hujan lebat sepertinya orang - orang lebih memilih untuk tinggal dirumahnya masing - masing daripada harus berbasah - basahan diluar.

"Ah sial!" rutuk Lucas pada dirinya sendiri

Berkas laporan akhir yang tengah ia susun sedikit basah terkena air hujan. Sepertinya ia tidak menutup restleting ranselnya dengan benar, sehingga tetesan air hujan masuk kedalam tasnya dan membasahi sebagian kecil laporan akhirnya.

Biasanya waiter langsung datang menghampiri ketika ia telah mendudukan dirinya pada kursi cafe yang bernuansa semi vintage - ecletic tersebut.

Lucas segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan cafe ketika ia telah selesai membereskan berkas - berkas laporan akhirnya yang terkena tetesan air hujan. Namun kali ini ia tidak menemukan siapapun ..

Lucas beranjak pada meja bar tempat biasanya proses brewing coffee dilakukan. Meja bar tersebut cukup tinggi untuk ukuran orang normal. Namun tidak bagi Lucas yang memiliki tinggi 183 cm, sehingga dengan mudahnya ia dapat melihat sosok pemuda yang tengah duduk termenung memperhatikan turunnya air hujan melalui jendela besar yang letaknya berada disamping meja bar tersebut.

Pemuda tersebut adalah teman Renjun yang bernama Jaemin yang seringkali melayaninya ketika ia menyambangi cafe tersebut. Sepertinya ia tidak sadar bahwa seseorang sedang mengamatinya dari seberang meja bar.

Jaemin tidak sadar karena ia tengah larut memperhatikan turunnya hujan diluaran sana yang membuat dirinya sedikit relax dan melupakan barang sejenak penderitaan hidupnya.

Lagu retro tahun 50 - an yang tengah diputar dan dinyanyikan oleh penyanyi legendaris Amerika - Nat King Cole semakin membuat Jaemin terlarut dalam suasana yang sendu ..

Smile though your heart is aching
Smile even though it's breaking
When there are clouds in the sky, you'll get by
If you smile through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll see the sun come shining through for you ..

Light up your face with gladness
Hide every trace of sadness
Although a tear may be ever so near
That's the time you must keep on trying ..
Smile, what's the use of crying?
You'll find that life is still worthwhile
If you just smile ..

"Ehem .. selamat sore" ujar Lucas memberitahukan keberadaan dirinya dicafe tersebut

Jaemin yang sedang termenung sontak kaget mendengar suara seseorang dan segera tersadar dari lamunannya. Ia mengedarkan pandangannya pada sumber suara tersebut.

"Astaga! aku bahkan tidak menyadari kedatangan tamu!" sesalnya dalam hati

"Selamat sore Tuan, maaf-" suaranya langsung terpotong ketika Jaemin melihat sosok empunya pemilik suara

Pemuda itu .. teman Renjun yang acapkali menyambang tempat ini batin Jaemin dalam hati

"Ah maaf Tuan, aku tidak mendengar kedatangan anda" ujar Jaemin sambil membungkukan tubuhnya meminta maaf dengan sopan

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang