MAJESTY III : She is..

12 1 0
                                    

Keesokan harinya, gejolak yang beredar di kalangan masyarakat kian bertambah. Kali ini rumor beredar dengan sangat cepat. Setiap orang menyebarkannya, dengan begitu emosional banyak dari mereka yang merasakan kengerian bahkan hanya dengan mendengar cerita dari mulut ke mulut.

Dan rumor itu di perkuat akan adanya bercak darah dari setiap rumah juga jalanan kecil. Masih terlihat segar, karena nyatanya pembantaian itu berakhir hingga dini hari. Itulah mengapa bau amis dari darah masih menyengat di sana.

Rakyat dan anggota keluarga yang telah di bantai merasa ketakukan menyelimuti mereka. Anggota keluarga korban hanya berani berdiam diri di rumah mereka. Tidak satupun dari mereka yang berani menginjakkan kaki di luar rumah. Karena mereka tahu anggota Prajurit Hitam masih mengintai di balik persembunyian.

Satu langkah saja mereka bertindak, maka korban akan kembali berjatuhan.

Sementara rakyat lain yang tak terlibat memilih hanya menyebar rumor tanpa adanya penuntutan/pengaduan pada istana. Mereka terlalu takut pada akibat yang akan mereka terima. Terlebih ini adalah perbuatan Prajurit Hitam yang begitu Bengis.

Prajurit Hitam yang terkenal akan kebengisan mereka dalam menumpas apapun yang telah di perintahkan. Mereka begitu terkenal, tapi identitas dari anggota nya tak pernah di umumkan. Mereka di rekrut secara rahasia. Entah itu dengan sukarela atau karena ada hal yang di butuhkan oleh Putra Mahkota.

Kesetiaan dan ke loyalan mereka terhadap Putra Mahkota, bisa saja melebihi cinta mereka pada Kerajaan Rousen. Prajurit Hitam tidak pernah untuk tunduk patuh pada yang lain tak terkecuali itu adalah Raja Arthur.

Mereka hanya akan bergerak di bawah perintah Putra Mahkota. Dan fakta ini secara tidak langsung memperkokoh kedudukan Putra Mahkota sebagai pewaris tahta. Juga posisi kerajaan yang di jalankan Yang Mulia Raja Arthur.

Para pemberontak dan keluarga istana yang hendak berkhianat akan berpikir dua kali untuk melangkah, tanpa memikirkan keberadaan Prajurit hitam.

"Ayahanda.." Felix merundukkan tubuhnya, ketika di pagi yang sangat awal ini dirinya telah di sambut oleh Sang Raja.

Mereka berhadapan, dengan Raja Arthur yang menduduki kursi milik Felix di ruang pribadinya. Tatapan lelaki paruh baya itu tertuju pada Felix sepenuhnya. Ia bertopang dagu, menatap dengan intens putra nya.

"Dalam satu minggu kau menggantikan diriku, namun yang ku dapat hanyalah gejolak di seluruh Rousen. Bagaimana aku bisa mempercayai kerajaan ini padamu?"

Felix mendongak sejenak ia menyeringai tanpa di sadari oleh ayahnya sendiri. "Saya membuat peraturan baru, dengan banyak rencana bagus yang akan saya jalankan. Dan Rakyat anda nampaknya berpikir jika itu akan sangat merugikan mereka."

"Apakah kau dengan aturan baru mu itu telah memikirkan bagaimana nasib rakyat kecil Rousen?"

Felix terkekeh, ia kemudian mendudukkan dirinya pada sofa di ruangan tersebut. Tanpa menatap Raja Arthur, ia mengatakan kalimat singkat itu penuh penekanan.
"Mereka hanya tidak mengetahui hal apa yang akan mereka dapatkan."

"Apa yang sedang kau rencanakan sebenarnya?"

Di antara keheningan yang menyelimuti ruangan tersebut, napas Raja memburu akan emosi yang mendadak meluap. Ia sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran Felix. Bagaimana bisa ia menurunkan tahta pada seseorang yang bahkan dengan tega dan tanpa ampun mengorbankan banyak nyawa rakyat nya. Yang seharusnya ia lindungi.

Majesty : The SHADOWS OF THE CROWN PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang