7: Raga dan jiwa

453 56 2
                                    

Laki-laki berumur 30 tahun itu berjalan menuju sosok yang sedang memenjamkan mata. Keringat membajiri dahi Tay, nafasnya menggebu-gebu.

" Tolong berhentilah menyentuhku."

"Ku mohon."

"Hikss biarkan aku mati."

" ARGHHHH SIALAN MENGAPA HANYA AKU YANG MENGALAMI INI SEMUA!?"

Dokter itu dengan sabar membiarkan dirinya mendengar umpatan demi umpatan yang dikeluarkan oleh Tay dari alam bawah sadar anak itu.

Mencermati dengan seksama apa yang diucapkan oleh Tay.

Dokter itu menepuk bahu Tay sebanyak 3 kali.

" Dengar Tay, jika kau membiarkan dirimu terjatuh di kegelapan kau tak akan mampu untuk bangun kembali."

" Terkecuali jika kau mengubah kegelapan itu menjadi terang, kau akan meyakini bahwa tak akan ada yang bisa menenggelamkan dirimu."

" Kuasa ada pada dirimu sendiri. Bukan ditanganku, bukan ditangan siapapun, dirimu sendirilah yang menolong mu."

" Biarkan yang lalu menjadi sebuah masa lalu yang harus kau maafkan agar itu semua tak lagi mampu untuk menyakitimu."

" Tinggalkan dirimu yang dulu. Kau sudah berada di situasi yang lebih baik."

.
.
.
.
.

Arm menjemput Tawan untuk menuju kantor pusat setelah selesainya sesi cek up Tawan.

"Bagaimana?" Tanya Arm.

Bukannya menjawab Tawan malah memalingkan wajahnya ke arah jendela.

"Kau seperti ayahku." Jawab Tay dingin.

" Maaf." Sahut Arm.

Arm menancapkan gas sampai pada batas yang masih normal. Arm membuka suaranya,

" hey aku khawatir. Kau masih ingin ke kantor?"

" Tidak apa."

Tiba saatnya di kantor. Tay sempat berterimakasih kepada Arm sebelum ia masuk ke kantor.

Melewati beberapa staf kantor yang menunduk sopan padanya. Kaki panjang itu melangkah dengan tegas ke ruangannya yang berada di lantai 5.

Sekretaris andalannya membuka pintu. Sekretaris itu berkata, " Ayah anda berada di dalam, Tuan."

Tay menghembuskan nafasnya kasar. Ia menghapus genangan air diujung matanya.

Meneggakan badannya. Menyetel mode gagahnya kembali. Membusungkan dada seperti di dalamnya terdapat tulang rusuk yang kokoh.

Plak

Tuan Vihokratana menampar pipi anaknya. Jari telunjuknya menunjuk-nunjuk agar Tay merasa terintimidasi dengan hanya jari itu.

" Kau benar membuatku kehabisan kesabaran, Tay."

"Maaf." Hanya itu jawaban Tay. Wajahnya sangat datar tapi tangannya mengepal memperlihatkan uratnya.

" Dr.Meek baru saja mengabariku akan kau yang masih berada diambang bayangan masa lalumu!"

Tay mengeraskan rahangnya. Sudah cukup dirinya berusaha tak terlihat lemah.

Dusk Till Dawn || TayNewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang