Ribut terus.

60 13 3
                                    

Galen duduk di kursi belajar, matanya fokus membaca salah satu komik favoritnya. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Teringat apa yang dilakukannya saat pulang sekolah tadi.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam. Galen? Ada apa kemari? Mau ketemu Sabrina? Tapi Sabrinanya masih les.”

“Oh, enggak Tante. Saya cuma mau minta kontaknya Sabrina, biar nanti saya bisa nanya-nanya pelajaran.”

“Ooh, gitu. Sebentar ya, Galen.”

Soraya meraih ponsel di sakunya, kemudian menunjukkan nomor Sabrina ke cowok itu. Dengan sigap Galen langsung menambahkan nomor tersebut di kontak miliknya.

“Makasih ya, Tante.”

Kini ia menutup komik yang ia baca dan mengambil ponselnya. Jarinya membuka ikon foto yang hanya menampilkan bayangan saja.

Galen menuliskan sesuatu di ruang obrolan ia dan si gadis, kemudian mengirimnya.

Oi

Sabrina
Siapa?

Cowok itu bersandar di kursinya sambil membaca balasan dari Sabrina. “Cepet juga balesnya.”

Kepo

Sabrina
Apa sih, aneh banget.

HAHAHAHA.

Sabrina
Gue block ya?
Nggak jelas banget sumpah.

JANGAN
Coba tebak

Sabrina
Lo pikir gue dukun?

Senyuman kembali terukir di wajah tampannya. Dilihat dari balasaannya saja ia sudah tau betapa kesalnya gadis itu saat ini.

Di sisi lain, Sabrina yang tengah menonton drama merasa sangat terganggu dengan pesan yang terus menerus masuk. Lagipula, siapa yang bisa menebak orang yang hanya memakai warna hitam sebagai foto profilnya? Ditambah, statusnya hanya bertuliskan Hi! saja.

+6281xxxxxxxxx
Emang bukan dukun?

Kali ini ia memilih untuk tidak membalas pesan itu. Drama asal negeri ginseng lebih menarik perhatiannya daripada pesan aneh yang ia tidak tau siapa pengirimnya.

10 menit

15 menit

30 menit

Kini Galen mulai khawatir, takut-takut kalau ia beneran diblokir oleh gadis itu.

Oi
Masih hidup?

shine on.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang