Pagi ini Sabrina dikagetkan dengan dua temannya, Rhea dan Bella, yang tiba-tiba keluar dari group chat mereka bertiga.
Dia nggak tau ada masalah apa, karena mereka berdua sama sekali nggak bilang apapun ke Sabrina.
Saat di kelas, ia menunggu salah satu temannya datang untuk diinterogasi.
“Dika! Sini.”
“Ada angin apeeeee pagi-pagi gini lu manggil gua?” Dika langsung mendekati Sabrina dan duduk di bangku Galen.
“Mau nanya.”
“Nanya apa dulu nih? Kalau nanya soal pelajaran kayaknya lu salah orang.”
“Bukaaan. Soal Bella sama Rhea, lo tau nggak mereka kenapa?”
“Oh... itu...”
Dika seperti berpikir sejenak sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Nggak tau, Sab.”
Gadis itu menatap Dika dengan tatapan curiga. “Beneran nggak tau atau pura-pura nggak tau?”
“B-beneran nggak tau! Nah, itu ada Ian, lu tanya dia aja, ya.”
Dika langsung buru-buru pergi ke tempat duduknya dan menghindari tatapan Sabrina.
“IAAAANN, sini lo!”
“Apaan? Segitu kangennya lu sama gua sampe-sampe gua baru dateng langsung dipanggil?”
“Dih???? Nggak ya. Gue mau to the point aja, lo tau Rhea sama Bella kenapa?”
Saat mendengar itu, seketika Julian langsung duduk di tempat yang sebelumnya diduduki Dika.
“Emang lu nggak tau?”
“Kalau gue tau, gue nggak akan nanya lo.”
“Gimana, ya... Gua nggak enak ngasih taunya, soalnya bukan masalah gua.”
“Biasanya juga lo suka ngomongin orang.”
“Tapi kan ini temeeeeennn, Sabrinaaaa.”
“Ya makanya gue mau tau, kan gue temennya juga, Juliaaaaann!”
“Nggak bisa.”
“Kenapa?!??!!”
Sumpah ini Sabrina udah kesel banget, padahal dia cuma mau tau aja, tAPI KENAPA DIPERSULIT GINI?
“Lu tanya langsung aja sama Rhea atau Bella langsung.”
“Gue udah teleponin mereka tadi pagi,” ujar Sabrina.
“Terus?”
“Nggak diangkat.”
Sabrina menaruh kepalanya di atas meja. Kepalanya pusing memikirkan masalah sahabatnya yang ia sendiri nggak tau apa itu.
“Kalau nggak bisa tanya ke Rhea atau Bella, coba tanya yang lain.”
“Siapa?” tanyanya malas.
“Temen sebangku lu.”
Gadis itu dengan cepat menengok ke arah Julian, “hah?”
Saat jam pelajaran tiba, Sabrina terus-terusan melirik Galen.
Mau nanya, tapi gengsi. Jadi dia cuma bisa lirik-lirik aja.
Galen yang merasa risih langsung bertanya ke Sabrina dengan suara pelan, hampir seperti berbisik. “Kenapa?”
Gadis itu hanya menggeleng dan mengalihkan pandangan ke arah lain.
Tak beberapa lama, ia menuliskan sesuatu selembar kertas yang baru saja disobeknya.