Prolog

47 6 1
                                    

Sebuah rumah dengan segala fasilitas, dari mulai nyaman tentram dan syahdunya dunia disetiap menjelang petang.
Malangnya nasib perempuan berkuncir kuda itu, tak pernah merasakan hangatnya peluk haru sebuah rumah.

Dulu Rena merasa dirinya orang yang sangat bahagia, sampai suatu saat semua hancur berkeping lima hanya dalam sekejap mata.

Tempat ia pulang dari peliknya dunia adalah dirinya sendiri, ia sedang memeluk erat kakinya diujung halte yang setiap sorenya selalu ia kunjungi, baginya hanya tempat itu yang membuatnya tenang atas kenangan.
Rena gadis seribu mimpi yang hidup dalam kenangan, bayangan dan angan.

"kamu adalah erat yang tak akan pernah ku genggam apalagi ku peluk gaa, lo adalah satu dari ribuan harapan yang selalu ku semogakan, kuharap kita dipertemukan lagi pada kesempatan yang tak pernah ku duga gaa"

Di kamar bernuansa abu dengan wangi maskulinnya arga tengah bermimpi nikmat layaknya pangeran bak negri dongeng.
Sampai pada suatu ketika ia bertemu pada gadis berambut hitam legam dengan seragam sekolah dengan senyum manisnya.

" Tunggu udah gila gue kalau gue jatuh dalam matanya, tapi tunggu dulu bibirnya..  manis, tapi.. ada yang bohong dari cekung matanya, seperti banyak teka teki menarik"
dengan senyum smirknya ia mengegas pedal gasnya meninggalkan halte.

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang