5

13 2 0
                                    

Rooftop

"lo gada maksud aneh aneh kan sama tu cewe ga"

"siapa ? rena maksud lo"

"yes dude!" Kalem-kalem ngeri woe

"gue si kepo, tapi gatau kalau nanti"

"anak orang bre jangan main api"

"sante lah nying tumben sewot, ada apa apa ni pasti"

"adalah"

"maksutlo"

"boss!" dicari cari juge, betah amat lo nge w"

"cangkem kau!"

"mulus bos, dah servis semalem"

"gangotak"

"ide bagus otak-otak enak kali y bos belum ngrasain gue"

"dih!"

"mabar gais"

"sebat"

"mls liat lo"

"abis ini rindu gue lo bos"

"amit amit"

**

Pulang sekolah sesuai siasat arga, hari ini ia meunggu rena sikeras kepala, sepertinya ia sengaja menunjukan sikap keras kepala nya pada laki-laki ini.

Lima menit menunggu batang hidung rena tak nampak, belum nampak rupanya.

"mampus ngapain dia ngejogrok disitu, bukannya dah pada pulang, sianjir emang"

"akhirnya tuan putri datang juga, kok lama banget tuan putri, pasti sengaja yakann" sindir Arga.

"pede amat"

"naik, atau gue naik in" ucap arga , rena bergidik ngeri, alih alih rena nurut ia malah menantang

"berani lo?"

"beneran" tap tap tap satu dua langkah rena sudah di gendong bridalstyle.

"hap, duduk yang manis nona cantik jangan jutek-jutek" sambil memasangkan helm pada rena.
Oke rena kamu tidak butuh alat kejut jantung untuk ini,

"terpesona"

"ngga ya. Udah gila gue!"

"otw untuk gila, kita gila bareng biar serasi"

Mbrrrremmmmm

tanpa babibubebo, rena belum siap dan ya dada rena menubruk punggung aga, terdapat lengkung sudut yang mengambang sebagai
tanda kalau ia sedang tersenyum dibalik kaca full facenya siapa lagi
kalau bukan arga, nyatanya ia yang mulai, terperangkap terjerembab pula pada jebakannya.

Pasrah rena karna sang pengendara enggan memelankan motornya.

"betah amat lo meluk gue"

"ngadi ngadi, gausah sok lo"

"apa gadengeeerr"

"tuli"

"emang iya"

"lo pengen kemana?"

"makam papa"

"tunjukin"

"ya lo kan juga udah jalan"

"apaan garing"

**

"dah sampe, malah tidur lo."

"sory sory"

"its okay"

Makam

"Jangan ditahan re kalo mau nangis, nangis aja. Anggap gue angin lalu atau patung gapapa"

Suara yang semula selalu menjadi bising untuk Rena kini untuk pertama
kalinya terdengar merdu, bak pangeran di dongeng putri kayangan.

"Papa Rena kangen, Rena pengen peluk papa"

"Re.."

"Lo boleh sedih boleh lo luapin kekesalan lo, tapi lo gaboleh ngarepin
batu yang ada di hadapan lo sekarang, papa lo tau lo anak yang kuat.
Tuhan selalu adil dalam membuat luka re, kalopun gue terlalu kepo,
baru tau lo satu dua hari yang lalu,
tapi gue tau lo gak akan semenyerah ini" mendekap tanpa frasa seolah tau apayang tengah dirasakan gadis disampingnya,

Tentram nyaman, Rena seperti
pulang pada tempat yang selalu ia cari belakangan ini. Damn! No Rena jangan sampai luluh.

"Wangi banget, pantesan cewe doyan, bunglon bgt gini"
Sarkas Rena dalam hati

"Hai om, saya baru kenal Rena tapi saya janji sama om, saya bakal gantiin om yang jaga Rena''

''Sendirinya kaya orang do'on ngomong sama batu? Situ waras?"

"Apaan dilap dulu ingusnya, baru ngomong"

Rena sadar bertemu dengan Arga, sedikit membuat hari Rena tak mengabu biru ungu,

Kruyuk kruyuk

"Wah wah parah hantu mana tuh punya suara gitu"
Sedang disebelah Arga nampak Rena yang nyengir nyengir seperti orang linglung.

"Kerumah gue, cobain masakan mami gue, pasti top, Oya?"

"Oya apa?"

"Sambil kenalan sama calon"

"Apaan si ga gausa mulai deh"

"Siap deh tuan putri"

"Putri salju maksud lo? Gamau gue sukanya cinderrela"

"Cinderrela pun tiba dengan kreta kencana sepetu kaca hiasi kakinya, semua terpana ak-"

"Ashhhhh stop! Suara Lo jelek macem kuda"

"Ye kutu!"

"ayo pulang, tapi bergandengan tangan"

"sinting"

"gimana bisa pegangan tangan dibilang sinting why are u doing reina!" Ucap arga pura-pura sok iye

"adalah, pelanggaran hukum tindak kekerasan verbal"

"ngadi-ngadi lo emang"

"mau ikut kagak kalo kagak gue tinggal tau rasa, udah mau petang gini, bahaya si kalo cewe"

"ngomong apalo, mau gue timpuk pake sepatu lo"

"boleh kalau-kalau cinta endingnya mah"

"najiz"

Diseberang sana Nampak seseorag berjaket kulit hitam kacamata bertengger di hidung mancungnya, taklupa pula earphone yang selalu setia menemaninya.

"jadi papa lo udah meninggal re, om secepet itu kah om ninggalin rena,
saya belum berjumpa dengan om lagi setelah waktu itu, apa layaknya saya yang menjawab teka-teki ini sendiri,
sedang Rere gamengenali saya sebagai kenangan yang kita pernah ukir bersama"

Tatapan nanar untuk dirinya sendiri, lucu bukan seseorang yang dulu pernah menjadi peluknya kini lari entah kemana, merenggut sebagian kisah dan membawa sepotong hatinya.

Hai gaiss✨✨✨✨
How are u fine?
Tetep semangat jaga kesehatan ya
Thankyou!!
Love from me 🖤

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang