15. Berusaha Menjadi Istri Idaman

3.6K 33 1
                                    

Chapter sebelumnya telah ditarik.

Baca selengkapnya di ebook nya, tersedia di Google playstore.

Link ada di profilku

HEPI reading.

❤️❤️❤️
.
.

Enam bulan telah berlalu sejak Ujang kembali ke desanya.  Kehidupanku kembali seperti dulu.  Berdua bersama Mas Herman yang sibuk bekerja.

Sungguh membosankan, tapi aku kembali berusaha menjadi istri idaman bagi Mas Herman.   Karena merasa bersalah padanya.  Kusudahi kenakalanku bersama pria-pria selain suamiku.

Ujang telah kembali ke desa.
Mang Udin juga tak pernah muncul setelah dihajar Ujang habis-habisan.

Kehidupan kembali tenang, tapi membosankan.  Mungkin aku akan mati karena rasa jenuh ini.  Tapi untuk memulai petualangan liarku seperti yang lalu aku tak berani.  Masih trauma.  Untung Mas Herman tak pernah mergokin kenakalanku, atau mencurigainya.  Tapi siapa yang tahu di masa mendatang?  Mungkin keberuntungan tak selalu menyertaiku.  Aku kapok melakukannya. 

Tapi pertobatanku tak berlangsung lama.  Iblis mungkin menggodai imanku.  Peristiwanya berawal ketika pagi-pagi aku sedang menyapu halaman dan Bu Imah menyapaku.

“Rajin sekali Dek Asri, pagi-pagi sudah nyapu.  Ndak capek setelah semalam melayani suamimu yang tampan itu?”  goda Bu Imah.

Aku tersenyum geli.  “Tahu darimana Bu?  Masa suara kami terdengar santer sampai ke rumah Ibu?’

Pasti enggaklah!  Semalam Mas Herman ngorok kecapekan sepulang melembur dari kantornya.  Yang ada aku masturbasi di kamar mandi, menyumpal nonikku dengan terong ungu besar sampai kisut kulit terong itu setelah sejam lebih kupakai menyodok liangku. 

“Ndak sampai rumah saya, Dek. Sampai seantero kampung!” kekeh Bu Imah.  Aku hanya tertawa geli menanggapinya. 

“Mau kemana Bu? Tumben, pagi-pagi sudah lewat rumah saya,” kataku berbasa-basi untuk mengalihkan perhatiannya.

“Oh ini, mau belanja.  Dek Asri ndak tahu tah?  Mang Udin sudah jualan lagi.  Lama ya dia ndak keliling, katanya kakinya patah jatuh dari pohon mangga.  Dia pulang kampung.  Setelah kakinya pulih, sekarang dia mulai jualan lagi.  Lah karena jualannya murah dan segar-segar, pelanggan Mang Udin kembali lagi.”

Deg!

Berita ini membuatku terpaku.  Biang kerok yang membuatku bermasalah.  Aku bingung bagaimana menyikapinya, seharusnya aku menghindarinya sejauh mungkin.  Tapi rasa kesepian dan bosan yang menderaku selama ini membangkitkan keinginan liarku.  Ah!  Tidak ...

“Dek, ndak belanja tah?”

Pertanyaan Bu Imah menyadarkan lamunanku.  Aku tersenyum sembari menggeleng.

“Ndak Bu, belanjaan saya masih penuh.  Mungkin lain kali.”

Mungkin lain kali?
Apa aku sudah sinting?!  Apa aku sedang membuka peluang untuk kembali terjebak maksiat dengan tukang sayur mesum itu?

==== >(*~*)< ====
 
“Ujang akan kembali ke rumah ini, Dek.”

Kejutan kedua datang saat Mas Herman memberi kabar itu padaku malam harinya.  Apa bocah itu sudah memaafkanku?  Mengapa dia mau kembali kemari?
Mas Herman menghela napas panjang.  “Bapaknya meninggal, Dek.  Sekarang Ujang sebatang kara.  Mas mengajaknya  pindah kemari lagi, dia langsung mau.

Setelah empatpuluh hari bapaknya dia akan datang dan tinggal bersama kita selamanya.”

Bapak Ujang meninggal?  Kasihan sekali dia.   Aku jadi iba, pengin menghiburnya. Pengin ngelonin dia .. haduh, pikiranku kacau lagi!  Begini nasib istri jarang dibelai.

“Turut berduka cita ya Mas, apa perlu Adek nemani Mas Herman ke desa untuk pemakaman bapaknya Ujang?” tanyaku menawarkan.

Mas Herman tersenyum, dia mengelus perutku lembut.  “Ndak usah, Dek.  Cukup jaga anak kita baik-baik.”
Yah, aku hamil.  Sudah enam bulan lebih.  Tentu Mas Herman senang dia bakal jadi bapak, padahal aku ndak yakin benih siapa yang bersemayam di perutku.  Miliknya kah?  Milik Ujang?  Atau .. hihhh, milik Mang Udin?

Semua masih misteri.  Juga apa yang akan terjadi kedepan padaku dengan kembalinya Ujang dan Mang Udin dalam hidupku!
Ya Gusti, betapa besar godaan disaat aku ingin kembali menjadi istri idaman!
Apa aku memang telah ditakdirkan menjadi .. bukan istri idaman?

==== > TAMAT < ====

38. Bukan Istri Idaman (21+) TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang