Part 2

599 75 0
                                    

Klek

Pintu ruangan yang tadinya gelap itu kini terbuka lebar. Seorang lelaki masuk dengan seringai di wajahnya.
Lelaki itu menarik sebuah kursi lalu duduk di hadapan seorang wanita paruh baya yang kini menatapnya tajam.

“Pemakaman suamimu sudah selesai. Anakmu menangis histeris. Aku rasa dia sangat menyayangi ayahnya.” Tatapan wanita itu berubah sendu. Tak lama kemudian setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

Dia ingin berteriak dan membunuh bajingan gila yang ada di depannya, tapi ia tidak bisa. Kedua tangan dan kakinya terikat pada kursi yang di dudukinya, mulutnya di lakban sehingga ia tidak bisa berteriak minta tolong.

Lagipula wanita itu tidak tahu dimana ia sekarang yang pasti ia yakin kalau ia berada di tempat terpencil hingga tidak ada yang bisa menemukannya sampai sekarang.

Lelaki itu kemudian menarik sebagian rambut wanita itu cukup keras lalu berbisik di dekat telinganya, “Tenang saja, kau akan segera menyusul suamimu ke neraka.”

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak boleh mati. Tidak sampai ia mengungkapkan kepada dunia tentang apa yang sudah dilakukan lelaki gila itu.

“Tinggal menghitung hari,” ujar lelaki itu lembut kemudian beranjak dari kursinya.

“Ah aku lupa memberitahumu.” Lelaki itu kembali berbalik menghadap si wanita.

“Kau pasti sudah tahu bukan, siapa yang akan memegang alih semua perusahaanmu dan suamimu?”

“Ya kau benar. Dia adalah temanmu, tapi tenang saja, aku tidak akan membiarkan dia bahagia. Dia dan istrinya akan segera mengalami hal yang sama denganmu.”

“Permainan selanjutnya akan segera dimulai!”

Blam

Pintu ruangan itu tertutup kembali. Si wanita kemudian kembali menangis saat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ia ingin segera keluar dari ruangan ini. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada anak semata wayangnya. Hanya

Tuhan bantu aku keluar dari sini. Berulang kali ia merapalkan doa, namun tak satupun yang terkabul.

***

Jennie baru pulang dari sekolah ketika ia melihat sebuah kotak tergeletak di depan pintu rumahnya.

Ia pikir itu adalah paket untuk orang tuanya, tapi rasa penasaran muncul ketika ia melihat tulisan di kotak itu.

Who's Next?

Jennie menimbang-nimbang apa boleh ia membuka kotak itu? Orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Mereka sibuk mengurusi semua perusahaan keluarga Doyoung yang baru saja ditinggalkan pemiliknya. Jadi kemungkinan mereka tidak akan pulang malam ini.

“Baiklah aku buka saja!” gumam Jennie akhirnya. Ia pun langsung membuka kotak itu tanpa ragu dan ketika kotak itu sudah terbuka,

“Kyaaaaa!” Jennie berteriak histeris. Kotak itu kini sudah jatuh ke lantai.

“Apa itu?” Jantung Jennie berdebar tak karuan. Ia berjongkok untuk memastikan apa yang baru saja ia lihat adalah sebuah kesalahan.

Dengan tangan gemetar, ia memberanikan diri untuk membalikan kotak yang tadi ia jatuhkan. Beberapa detik kemudian ia refleks langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya saat melihat lagi isi kotak tersebut.

Isinya adalah seekor bangkai tikus yang sudah dilumuri darah dan jangan lupakan paku-paku yang menancap di sekujur tubuhnya.

Siapa yang sudah mengirimkan mahluk menjijikan ini padanya? pikir Jennie. Matanya kemudian tak sengaja menangkap sepucuk surat yang sudah kotor terkena darah tikus.

Venganza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang