"Doyoung, Taeyong tadi ke sini!" Jennie masuk ke dalam kamar sambil berteriak. Doyoung yang semula masih terlelap dalam mimpi langsung membuka matanya lebar-lebar.
"Apa? Kapan Taeyong ke sini? Kenapa aku tidak melihatnya?" tanya Doyoung yang spontan bangun dan menghadap ke arah Jennie yeng duduk di tepi ranjang.
"Ini!" Jennie menunjukan sepucuk surat yang tadi dilihatnya ketika ia bangun tidur. Juga sebuket bunga Daisy yang diletakan bersamaan surat itu.
"Apa isinya?"
Jennie menggeleng lalu membuka surat itu kemudian mereka membacanya bersama.
Untuk temanku Jennie dan Doyoung
Ini aku Taeyong. Aku tidak tahu apa aku masih pantas menyebut kalian temanku atau tidak setelah semua yang telah aku lakukan pada kalian. Ya aku rasa kalian pasti sudah tahu semuanya, tapi tetap saja aku ingin menjelaskannya sendiri.
Aku memang orang yang telah membunuh orang tua kalian. Aku sangat membenci mereka karena mereka telah mengkhianati orang tuaku bahkan mereka sampai membunuhnya. Dan aku lebih benci ketika melihat mereka bersikap pura-pura baik padaku. Lagi, kukira mereka akan berhenti setelah mendapat apa yang mereka inginkan (aset keluargaku) nyatanya aku salah. Bukan bermaksud menjelekan orang tua kalian, tapi sejujurnya memurut pandanganku mereka semua tidak benar-benar berteman baik seperti apa yang selama ini kita kira. Mereka lebih tepat sebagai musuh dalam selimut. Teman yang saling menusuk satu sama lain. Setelah kepergian kedua orang tuaku, orang tua kalian bersaing untuk menjadi yang nomor 1. Mereka gila harta gila kekuasaan dan benci persaingan. Bahkan menurutku kalaupun aku tidak membunuh mereka aku yakin mereka akan saling membunuh satu sama lain. Aku tidak bercanda. Mereka memang seperti itu.Pada awalnya aku tidak berencana untuk membunuh mereka. Aku berniat untuk menjebloskan mereka ke penjara sebagai hukuman atas perbuatan mereka, tapi aku sadar orang-orang seperti mereka pasti akan dibebaskan dengan mudah. Karena mereka memiliki uang. Hal lain yang membuat keputusanku berubah adalah saat aku menculik mereka, mereka malah mengancamku, memaki-makiku dan mengatakan kalau mereka menyesal karena tidak berhasil membunuhku juga. Terserah kalian akan percaya padaku atau tidak. Yang penting aku sudah memberitahu kalian garis besarnya dan terlepas dari ini semua aku tidak pernah membenci kalian berdua. Kalian adalah temanku dan kalian juga hanyalah korban dari keserakahan orang tua kalian. Aku tahu ini menggelikan, Lee Taeyong yang kalian kenal selama ini rasanya mustahil akan menulis surat seperti ini, tapi karena ini kesempatan terakhirku maka terpaksa aku melakukannya dan berhubung kewarasanku masih ada aku ingin mengatakan bahwa aku bersyukur memiliki teman seperti kalian. Aku menyayangi kalian layaknya kalian menyayangiku.
Lalu untuk Jennie, maaf aku sudah memanfaatkanmu. Aku memang menyayangimu, tapi perasaanku tidak sedalam perasaanmu padaku. Perasaan Doyoung lebih tulus jika kau sadar akan hal itu. Ia lebih pantas kau perjuangkan daripada lelaki brengsek sepertiku.
Sekali lagi maaf dan terima kasih untuk semuanya.
Selamat tinggal.
Surat itu berakhir dan air mata Jennie tidak bisa berhenti mengalir. Perasaannya makin kacau setelah ia selesai membaca surat tersebut.
Ia tidak kaget dengan fakta bahwa ternyata selama ini Taeyong tidak mencintainya, ia hanya masih belum bisa menerimanya terlebih dengan kata terakhir yang ditulis Taeyong.
Lelaki itu kali ini benar-benar akan pergi dari hidupnya. Pergi yang mungkin untuk selamanya.
***
Pukul 20.00
Polisi berhasil menemukan Taeyong di dalam rumah lamanya dalam kondisi tak bernyawa.
Diduga Taeyong bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri.
- END -
KAMU SEDANG MEMBACA
Venganza [END]
Fiksi Penggemar[Jenyong ft Doyoung] Tentang cinta, persahabatan dan balas dendam. Judul sebelumnya : Am I Wrong?