Tahun 1909

39 20 6
                                    

Aku pernah berkata pada temanku, bahwa aku bisa menjelajah waktu. Tapi mereka malah mentertawakanku, mereka bilang aku hanya membual. Sudah berkali-kali ku katakan jika aku tidak membual! Tapi mereka tetap tidak percaya.

"Hahaha, ada-ada saja leluconmu itu, Yan."

Begitulah yang mereka katakan setiap kali aku bercerita. Sudahlah, lupakan mereka sejenak, aku akan menceritakan salah satu perjalananku pada kalian. Terserah mau percaya atau tidak.

-=Memasuki tahun 1909=-

Disuatu malam, ketika aku hendak mengambil minum ke dapur, saat aku membuka pintunya, bukan dapur rumahku yang ku lihat. Melainkan pedesaan yang rakyatnya tengah ditindas oleh sekelompok militer bersenjata.

Dor!

Dor!

Dor!

Para militer itu menembaki setiap warga yang tidak berlutut ketika mereka lewat. Aku menyaksikan detik perdetik peristiwa mengerikan itu. Banyak darah yang tumpah mengotori hamparan rumput hijau segar didesa itu.

Mereka benar-benar menembak para penduduk tanpa belas kasihan. Seperti iblis.

Hal mengerikan itu terus berlangsung hingga ke ujung desa. Banyak penduduk yang ketakutan, mereka yang masih hidup meringkuk memeluk lutut mereka. Beberapa yang lainnya berteriak dan menangis histeris karena keluarganya mati ditembak para militer.

Suasanya yang mengerikan, banyak darah dan teriakan dimana-mana. Bahkan tubuhku saja ikut merinding ketakutan.

Aku mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang bisa ditanyai tentang hal ini. Aku mendekati seorang wanita yang tengah memeluk erat bayinya yang terus menangis.

Aku mengusap-usap perlahan punggung wanita itu, guna menenangkannya.

"Anu ... maaf, ini tahun berapa ya bu?" Aku mencoba bertanya perlahan.

Tubuh wanita itu tiba-tiba bergetar, aku bisa merasakan ketakutan yang menyelimuti diri wanita itu.

"Ini ... tahun 1909, dimana kau akan mendapatkan mimpi buruk setiap hari! Para militer itu seperti iblis! Mereka memperlakukan kami seperti binatang!" Tutur wanita itu, wajahnya memerah memendam amarah juga pasrah.

Aku mengangguk pelan, lalu menatap setiap penduduk desa yang terkapar tak berdaya ditanah.

Saat aku tengah mencoba menenangkan wanita itu, suara tembakan meriam terdengar hingga memekikkan telinga.

Tubuh wanita itu kembali bergetar hebat. Dia menatap ke arahku.

"CEPAT PEGI! ATAU KAU AKAN MATI OLEH PARA MILITER ITU!!" Teriak wanita itu.

Aku mengerti ucapannya, lalu segera menuju pintu tempatku keluar.

Sebelum aku menutup pintu, aku sempat menonton peristiwa mengerikan itu. Detik perdetik kehancuran desa itu.

Para militer menghancurkan desa itu sampai menjadi abu. Kekejaman tanpa belas kasihan itu kulihat didepan mataku. Semuanya mati.

Teriakan histeris, tangis penuh pilu, semua ketakutan, semuanya hilang ketika para militer itu datang mengancurkan semuanya tanpa sisa.

Aku langsung membanting kasar pintu yang ku pegang kenopnya. Rasa takut akan menyaksikan peristiwa itu menggetarkan seluruh tubuhku. Bahkan, daging manusia pun terbakar, tulang-tulangnya dilindas oleh Tank para militer.

Semuanya habis tanpa sisa.

-=•=-

Sekian, apa kamu percaya ceritaku? Itu membuatku jatuh sakit berhari-hari karena ketakutan. Bayak manusia yang ikut menjadi abu disana.

Itu adalah peristiwa yang tak pernah ku ceritakan pada orang lain, kamu adalah yang pertama. Tolong simpan rahasia ini baik-baik. Aku percaya padamu.

***

BLUE EYES (Random Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang