paper seven.

4 1 0
                                    

Cerita ini tidak cocok untuk anak usia 13 tahun kebawah karena mengandung kata kasar serta kekerasan. Pembaca diharapkan dapat mengawasi anak, adik, atau keponakan dalam penggunaan gadget. Pintar-pintarlah memilih apa yang Anda baca dan jadilah pembaca yang bijak.
















Raras dan Sarayu saling tatap. Cincin tersebut seperti gabungan dua elemen namun entah apa elemen lainnya. Itu adalah cincin dengan bahan Tungsten Carbide dan Zirconium Hitam dijadikan satu. Pada cincin milik para Benjamin di salah satu bagian kecil akan ada permata yang menandakan isi dari cincin tersebut yaitu jenis kekuatan inti jiwa yang mereka miliki biasanya akan berwarna-warni. Sementara, cincin tersebut memiliki batuan permata yang berwarna hitam pekat.

Joseph sedang berusaha mengakses cincin tersebut. Sebuah cincin incognito seharusnya dapat diakses siapa pemiliknya untuk memudahkan jika adanya kehilangan. Cincin juga dilengkapi GPS untuk meminimalisir kemungkinan hilang tak ditemukan. Pada cincin ini tidak ada tanda-tanda pemilik. Benda bundar itu hanya memiliki akses masuk yang sangat rumit. Jika itu cincin dari salah satu kaum Benjamin komputer akan otomatis mempermudah pengaksesan data.

Cincin ini benar-benar tidak bisa diakses. Tidak ada petunjuk pemilik. Ini seperti jebakan. Seolah akan ada bom yang akan meledak dari cincin kecil tersebut. Dengan tangan berpeluh keringat dan lengan baju yang sudah ditekuk hingga setinggi siku, Joseph meletakkan cincin tersebut dengan segala keputusasaannya. Belum ada keputusan akhir untuk perlakuan pada Esa Birawa, kini dirinya juga tidak bisa mengakses cincin aneh tersebut, ditambah lagi pemberantasan para amatir Mahaprana yang mulai berkeliaran disekitar gedung Benjamin Corp. seperti yang diceritakan oleh Raras beberapa hari yang lalu.

"Raras, siapkan sekutumu untuk pemberantasan amatir!"
"Sarayu, berikan kesempatan Esa untuk menemuimu dan tangkap saat sudah semakin dekat."
"Mas akan berusaha mengumpulkan informasi terkait cincin ini."

Perintah Joseph yang dijawab dengan anggukan dari kedua adiknya. Raras dan Sarayu meninggalkan ruang kerja kakaknya. Mereka segera mempersiapkan para sekutu untuk melancarkan misi ini. Sementara, Joseph masih terus berusaha mengakses cincin tersebut. Cincin tersebut di duga cincin milik dari sekutu amatir milik Esa. Mereka tidak akan pernah tahu kebenarannya hingga cincin dapat diakses.

Di tempat lain, Raras menemui para sekutunya. Berdirilah Sekala Renjana, Kiani Nabastala, Ariani Candrawati, serta Rahayu Pramudhita. Mereka adalah anak didik akademi Benjamin yang dipilih langsung oleh Raras untuk membawahinya.

"Besok kalian harus berpencar disekitar jalan Adiluhung, misi pemberantasan amatir Mahaprana akan resmi dibuka," ucap Raras memerintahkan misi pertama mereka setelah sekian lama berdiam diri. "Saya butuh Sekala dan Kiani untuk berputar disekitar pedagang jalan Adiluhung, Rahayu dan Ariani saya minta kalian untuk ikut saya, itu saja yang saya sampaikan."

Raras meninggalkan asrama sekutunya. Para sekutu tinggal di asrama yang masih satu lingkungan dengan rumah keluarga inti hanya berjarak beberapa langkah saja. Asrama sekutu Raras berhadapan dengan asrama sekutu milik Sarayu. Tampaknya Sarayu juga memasuki asrama untuk mengumumkan rencananya.

"Devil Eye come!" teriak salah satu pelayan membukakan pintu untuk Sarayu. Ia disambut oleh Sasmaya Lituhayu, Arsana Bratawati, Sekala Ayu, Cinde Arjanti, Gantari Dewani, dan Binar Amerta. Masing-masing berkumpul di lobby utama asrama. Sama seperti apa yang dilakukan oleh para sekutu Raras.

Tanpa bicara panjang lebar Sarayu langsung menjelaskan rencananya.

Petang berganti malam, malam menjadi dini. Dingin dan sunyi. Bulan sabit menyapa melalui jendelanya. Hari ini sama saja, tidak ada bintang yang menyinari. Sang bulan tampil sendiri dipanggung hitam megahnya.

Seorang pria dengan piyama tidurnya masih saja mengutak-atik komputernya. Rasa penasarannya sudah diujung tanduk. Cincin yang sedaritadi Ia genggam itu tidak tampak begitu berbahaya. Namun, siapa pemiliknya? Pria dengan motor besar dan arah kemudi berlawanan dengannya, siapa dia?

Joseph mencoba merencanakan penyelidikan terhadap cincin tersebut bersama Harsa Gumelar, salah satu sekutunya yang ahli dalam bidang ini.

Ia sungguh tidak bisa tidur saat ini. Berjalan diatas dinginnya lantai malam. Berusaha tidak membuat gaduh agar tidak ada yang terbangun. Ia sedang menuju dapur untuk mengambil air mineral. Sebelum Ia akhirnya melihat kedua adiknya sedang diam-diam menuju dapur juga. "Astaga, mas kira kalian sudah tidur," pertanyaan terlontar dari mulut sang sulung. Kedua adiknya tersenyum kecil saat sang kakak memergoki mereka belum tertidur di pukul dua dini hari.

"Kepikiran sama cincinnya ya, Mas?"
"Sudah pasti, kan? Kalian sendiri?"
"Mas, this is the first time in a while kita dapat misi lagi, siapa yang tidak gugup coba?"

Raras bertutur dengan sangat jujur sementara Sarayu merangkulnya sambil meminum stok jus apel miliknya. Mereka, Sarayu, Raras, dan Joseph, memutuskan untuk menghabiskan malam dengan mengobrol. Raras berakhir tertidur dan diangkat menuju kamar oleh Joseph. Sarayu sendiri berjalan menuju kamar setelah Raras dipindahkan ke kamarnya. Joseph juga kembali ke kamarnya setelah menggendong Raras.

Sarayu menatap jendela kamarnya dan bergumam, "This is our last war, Mahaprana." Setelahnya, Ia berbaring dan menutup dirinya dengan selimut.

——

Genderang perang dari Mahaprana? Apa peperangan akan kembali terjadi?
Dukung cerita ini dengan memberikan vote dan komentar yang membangun, ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ring of the honesty. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang