"Banyak yang tak ku ahli, begitu pula menyambutmu tak kembali"
-Nadin Amizah-*****
"Ishh, jangan di kucek Mas nanti tambah bengkak." ucap Vanila memperingati Ervan agar tidak terus mengucek matanya."Gatel Van," ucap Ervan masih terus mengucek matanya.
"Lagian kok bisa gini, gimana ceritanya coba." ucap Vanila sembari tangannya terus mengompres mata Ervan.
"Gak tau tadi tiba-tiba gatel, terus saya garuk jadinya gini. Tadi awalnya kecil, eh lama-lama gini." ucap Ervan menjelaskan kronologi matanya yang bengap.
"Lain kali tuh ya Mas kalau matanya gatel jangan di garuk di kasih obat tetes, terus luarnya di kompres atau di kasih gel lidah buaya. Kalau gini susah kan, emang gak malu di liatin orang-orang. Mana berair terus ini," ucap Vanila terus mengomel tanpa jeda.
Sementara Ervan hanya tersenyum gemas melihatnya, Vanila itu lucu. Saat gadis itu marah dia akan berbicara dengan kecepatan seratus kilo meter per jam, belum lagi ekspresi wajahnya yang bukannya terlihat seram justru terlihat menggemaskan.
"Udah?" tanya Ervan.
"Bentar saya olesin gel lidah buaya dulu," jawab Vanila.
"Bukan itu, udah ngomelnya? Kamu lucu tau kalau lagi marah gini, " ucap Ervan sambil mencubit pipi Vanila.
Vanila yang mendapat perlakuan manis dari Ervan itu pun tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya, ah perut Vanila geli. Rasanya ada ribuan kupu yang akan terbang dari dalam sana.
"Iya saya lucu, kalau Mas jadi suami saya pasti ketawa terus." ucap Vanila sambil menunjukan deretan giginya.
Ervan mengusap gemas puncak kepala Vanila, gadis itu punya seribu satu cara untuk menggodanya.
"Kamu mau nunggu gak? Kalau sekarang saya belum siap nikah," ucap Ervan sambil menatap gemas Vanila.
Vanila membuka matanya lebar-lebar, ini telinganya tidak salah dengar kan? Ervan tidak sedang mabuk atau hilang kesadarang kan?
Tolong ingatkan Vanila untuk menandai hari ini sebagai hari bersejarah dalam hidupnya. Ervan akhirnya menanggapi rayuannya.
"Saya siap nunggu sampai Mas Ervan siap nikah," jawab Vanila yakin.
"Selama apapun itu?" tanya Ervan.
"Selama apapun itu asal akhirnya saya menjadi tempat pulang Mas, saya rasa gak masalah." ucap Vanila yang tak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya.
"Terimakasih Vanila," ucap Ervan yang lagi-lagi mengusap puncak kepala Vanila.
*****
Sania menatap ngeri Vanila, sebab sejak tadi Vanila tidak henti-hentinya menyinggung senyum bahagia. Sania bahkan mulai mempertanyakan kewarasan rekan kerjanya itu.
"Lo gak papa kan Van?" tanya Sania pada akhirnya.
"Aku? Emang aku kenapa?" ucap Vanila yang balik bertanya.
"Udah mirip pasien RSJ, senyum-senyum gak jelas dari tadi." jawab Sania.
"Namanya juga lagi bahagia," timpal Vania sekenannya seraya merapikan mejanya, sebab melihat jam sudah menunjukkan pukul empat lebih empat puluh lima menit.
"Bahagia kenapa nih? Menang lotre? Atau postingan lo di weverse di notice Taehyung?" tanya Sania penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye
ChickLit[On Going] Hidup adalah serangkaian pertemuan yang berujung dengan perpisahan, bertemu untuk berpisah di akhirnya. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah perpisahan yang tanpa selamat tinggal, kepergian yang tanpa pamit, serta hilang tanpa per...