"Saya bisa bersaing dengan siapapun orang yang mencintaimu. Namun, saya akan kalah jika harus bersaing denga orang yang berhasil mendapatkan cintamu."
*****
Untuk pertama kali dalam hidup Vanila, dia tidak peduli dengan suara riuh kendaraan. Dia juga tidak peduli bau asap yang sedikit membuat dadanya sesak. Sungguh, Vanila bahkan tidak peduli jika Es Teh manisnya kurang manis. Vanila hanya peduli pada binar bahagia pria di depannya.
"Aku dapat pekerjaan baru Van," Ervan berucap riang.
"Akhirnya, kerja dimana Mas? Mulai kapan?" tanya Vanila antusias.
"Lamongan, mulai besok senin." jawab Ervan.
Senyum Vanila surut seketika, dia benar-benar tidak tahu jika akan sejauh itu Ervan pergi. Dalam waktu yang sangat singkat, mereka akan berpisah.
"Kita bakal jarang ketemu dong," lirih Vanila.
Ervan tersenyum tipis sebelum akhirnya mengacak gemas rambut Vanila.
"Kita akan ketemu setiap hari minggu Vanila, aku pulang kok tiap weekend." ucap Ervan yang mengetahui kegundahan gadis di depannya.
"Tapi kalau aku kangennya tiap hari gimana?" ucap Vanila masih tidak rela.
"Kamu bisa telfon atau video call kalau kangen," jawab Ervan.
"Janji ya, kalau aku kangen angkat telvonnya." Vanila memastikan sekali lagi.
"Iya Vanila,"
Dan percakapan itu menjadi percakapan terakhir Ervan dan Vanila sebelum pria itu berangkat menuju kota yang berpuluh-puluh kilometer jauhnnya dari Vanila.
Awalnya semua baik-baik saja, Ervan menepati janjinya. Dia menepati semua perkataannya. Sampai sore itu, di atas Vespa maroon milik Ervan. Vanila mendengar hal yang membuat hatinya remuk patah.
"Setelah ini aku mungkin jarang pulang ke Malang," ucap Ervan saat mereka tengan berhenti di lampu merah.
Vanila hanya diam, dia tidak merespon.
"Aku, ketemu seseorang di sana Van." lanjut Ervan sembari melajukan motornya saat lampu berganti hijau.
Vanila masih diam, dia memilih bungkam sembari mengeratkan peluknya pada pinggang Ervan. Suasana terus hening sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah angkringan pinggir jalan.
"Apa dia buat Mas jatuh cinta?" tanya Vanila saat Ervan baru saja mematikan motornya.
Mereka bahkan belum turun dari motor, namun Vanila sudah tidak tahan untuk menanyakan pertanyaan yang sejak tadi berjejal di kepalanya.
"Belum," jawab Ervan singkat.
Vanila tersenyum, dia melepaskan tangannya yang sejak tadi bertengger di pinggang Ervan.
"Jangan pernah jatuh cinta ke dia ya Mas. Karena aku mungkin bisa bersaing dengan semua orang yang mencintaimu, tapi aku pasti kalah telak dengan orang yang kamu cintai." Vanila mengatakannya dengan mata yang sudah mulai mengembun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye
ChickLit[On Going] Hidup adalah serangkaian pertemuan yang berujung dengan perpisahan, bertemu untuk berpisah di akhirnya. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah perpisahan yang tanpa selamat tinggal, kepergian yang tanpa pamit, serta hilang tanpa per...