Evereason 8

629 36 6
                                    

Honeymoon yang terlambat.
Dua hari, singkat tapi bagi mereka itu waktu yang paling berkesan. Karena, ntah kapan lagi mereka punya waktu berdua yang bener-bener tentang kamu dan aku.

Terutama Angga, setiap detik dihadapannya ada Syifa berpadu dengan pemandangan indah Bali menambah harinya cantik sempurna.
Rambut yang diurai bebas tertiup angin, pakaian bukan jas dokter ataupun daster rumahan, wajah natural tanpa make up yang tidak melunturkan kecantikannya.
Angga diam-diam memperhatikan istrinya saat berceloteh tentang bagaimana dia remaja, bagaimana pertama ia liburan ke Bali bersama Mama dan Papa, bagaimana ia bisa sampai dititik sekarang, menjadi istri seorang lawyer ternama.
Kadang Syifa menampakkan wajah sedih saat ia menceritakan masa-masa pahit kehidupannya tanpa sosok Papa, tapi sesaat Syifa mengulas senyum mengingat ia memiliki keluarga yang sangat peduli, ditambah kehadiran Angga sebagai sosok suami yang akan menjadi teman seumur hidupnya meskipun tidak ada rasa cinta sedikitpun pada pernikahan mereka. Syifa paham itu.

Dimata Syifa, dua hari ini, yang disebut Angga "honeymoon yang terlambat" adalah waktu dimana mereka saling mengenal lebih dekat, bertukar cerita tentang hal yang disuka ataupun tidak disukai, tentang selera makanan, tentang bagaimana mereka akhirnya ada dititik sekarang, pernikahan.
Dan sekarang, Syifa baru mengeluarkan pertanyaan yang sedari dulu ia simpan, "kamu udah punya pacar, kamu juga tau aku udah ada Mas Dion. Kamu Lawyer papan atas, pasti banyak jugalah cewek-cewek yang pingin banget jadi soulmate kamu, atau kenapa Karin nggak kamu seriusin? Kenapa kamu mengiyakan perjodohan kuno ini? Kenapa? Kamu punya segalanya, kan? But, why? Ini pernikahan tanpa cinta loh, kita nggak saling kenal juga"

Angga mengulas senyum manis, senyuman yang selalu berhasil membuat dinding hati pertahanan Syifa roboh.
Senyuman manis berpadu sunrise dan angin sejuk.

Angga menggenggam tangan Syifa, menatap mata Syifa, "kamu ngerasanya gitu?"

Syifa mengerutkan dahinya, "ya emang, kan? Terus apa lagi? Kamu mau jawab pake alasan kuno juga 'ya.. aku mau berbakti sama kedua orang tua aku' gitu? Nggak mungkinlah.. you deserve more than this, than me Angga"

Angga menghela nafas, tangan yang semula menggenggam tangan Syifa kini beralih memeluk Syifa seperti kepompong.
"Aku ceritain nih, pas aku nikahin kamu, aku dalam status jomblo, sebelumnya aku juga nggak ada pacar. Aku terakhir pacaran 3 tahun sebelum nikahin kamu, dan itu bukan Karin. Karin sahabat aku, sahabat deket banget, tapi kita kejebak friendzone. Karin yang sayang sama aku, karin cinta sama aku, dan Karin bilang ke semua orang kalo kita pacaran. Aku marah? Enggak. Aku biasa aja, karena aku paham Karin gimana, dia cewek manja kesepian yang butuh perhatian dan perlindungan setiap waktu. Aku nggak minta dia stop bilang kalo kita pacaran karena ya menurut aku ini bukan masalah. Itu kesalahan aku"

Syifa mengangguk dan sambil mendengarkan irama detak jantung Angga dari telinga kanannya.

"Ini jadi masalah besar diwaktu aku cerita ke dia kalo aku udah nikah. Dia nggak percaya. Dia kira aku bercanda. Karena menurut dia, kok bisa dia nggak tau, semua orang nggak tau kalo aku udah nikah. Ya, kan dulu kesepakatan kita nikah yang tau cuma keluarga. Pas aku tunjukin buku nikah, Karin langsung marah-marah, nangis, nggak terima. Sampai sekarang, dia sering banget berusaha lepasin aku dari kamu dari pernikahan kita dengan cara aneh yang kelewat batas"

Syifa mendongakkan kepala, "hm.. kenapa kamu nggak seriusin Karin aja? Kan sahabatan, udah kenal satu sama lain"

"Aku tau baik buruknya dia, begitupun dia juga tau baik buruknya aku. Karin nggak pernah bisa serius, pikirannya masih tentang have fun. Aku nggak bisa naruh harapan masa depan di Dia" kata Angga

"Emang banyak sih cewek-cewek yang antri, tapi nggak ada akhlak. Mau duitnya doang" kata Angga sambil mendengus

"Kayaknya kamu doang sih, kamu satu-satunya cewek yang nggak ngelirik aku sama sekali. Kamu nggak ngelirik harta atau apapun dari aku" kata Angga tertawa kecil mengingat bagaimana proses perjalanan awal pernikahan mereka

"Sorry nggak main harta.. yang aku lirik tuh gimana keluarga kamu, gimana niat kamu, seyakin apa sih kamu mau serius sama aku" jawab Syifa

"Tiga bulan kita kenalan sebelum nikah, dan kamu yang kadang di anter jemput diem-diem sama Dion, lucu ya. Terus setelah kita tunangan, aku nggak pernah denger atau liat kamu sama Dion, aku kira kalian udah putus ya, ternyata enggak, masih tetep gasss"

Syifa terkekeh, "aku jahat banget ya"

Angga kembali bercerita membuat memori Syifa seolah ikut kembali.
Sebelum menikah, Angga yang lebih berjuang meyakinkan Syifa.
Tapi setelah menikah, justru Syifa yang lebih berjuang mempertahankan pernikahannya.

Mereka terlalu jarang komunikasi. Sehingga cinta dan kasih sayang yang sebenarnya ada disetiap waktu, terlambat mereka sadari.
Angga yang sudah jatuh cinta sejak awal mereka kenalan tapi ia selalu kalah dengan ego, Syifa yang mulai jatuh cinta diawal pernikahan tapi gengsinya terlalu besar.

Angga menerima 'perjodohan kuno' dan sangat yakin akan harapan masa depannya bersama Syifa.

"Kalo kamu, ada Dion, kenapa say Yes atas tunangan aku?"

"Semua keluarga aku nggak ngerestuin aku sama Dia. Dua tahun, aku backstreet tapi sering ketauannya. Aku yang sama sekali nggak mikirin nikah, dan mas Dion juga sempet ditanya Kak Ray gimana 'keseriusannya' tapi mas Dion malah bilang kalo dia takut komitmen, itu posisi aku yang udah jadi tunangan kamu, dikawal ketat sama kak Ray biar nggak ketemu mas dion, sampai pernikahan kita lancar" kata Syifa

"Bedanya, mas Dion tau kalo aku udah jadi istri kamu, dia nggak mau udahan, dia makin peduli, makin perhatian, tapi akunya bego. Perhatiannya, rasa pedulinya nggak ke aku doang, ada cewek-cewek lain. Dan bodohnya aku, tetep aja mau disakitin, nangis-nangis, sampe kayak harga diri aku tuh nggak ada" kata Syifa

"Kamu tuh baik banget Ngga. Aku nangis karena disakitin mas Dion, kamu yang selalu ada nenangin aku. Sabar banget, tapi kamu nggak pernah tuh ninggalin aku, padahal aku udah jahat"

"Aku udah janji di depan keluarga besar kamu, di depan Mama Papa aku, aku bakal jaga dan lindungin kamu seumur hidup aku"

Syifa memeluk Angga, menyandarkan kepalanya di dada Angga.
"Gemesss"

Angga mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sesuatu yang ia simpan cukup lama. Cincin milik Syifa yang terukir namanya.

Syifa tersentak kaget saat tiba-tiba dipasangkan cincin pernikahannya yang hilang.

"Aku nemuin cincin ini di makam Papa kamu" kata Angga tepat sasaran atas pertanyaan Syifa yang belum terucap

"Kita mulai dari awal ya. Yang kemarin jadiin pelajaran. Kita buka lembar baru, kita bangun keluarga kecil kita" kata Angga sambil mengecup kening Syifa.
























































Selesai


















Jangan lupa baca cerita author yang lain juga yaaa
😋







Professional WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang