Meski sakit, Kyojuro memaksakan tubuhnya terhempas kesamping. Leher seperti mau lepas karena posisi ambigu lagi miring demi menghindari serangan dadakan lainnya dari iblis yang baru saja muncul dari persembunyian.
Empat. Total iblis yang berada di sini menjadi empat orang. Dengan satu iblis besar yang sudah mati tercabik oleh pedang Kyojuro setengah jam yang lalu. Ini buruk. Satu orang tsuguko yang sudah mulai kelelahan dan lima belas pemburu iblis dari tingkat bawah yang nyaris tak berdaya.
Ia pikir mereka masih bisa kabur begitu melumpuhkan satu yang paling besar. Tenaganya yang brutal membuat ia yang paling awal harus dilenyapkan. Namun sayangnya, muncul iblis lain yang lebih lihai dan memiliki kemampuan unik. Sepertinya bukit ini adalah sarang dari keluarga iblis.
Tugas ini menjadi tugas tersialnya. Di kala hati bimbang, pertarungan di depan mata membutuhkan kefokusan berkali lipat. Emosi yang tak tentu arah menggoyahkan kuda-kuda di kakinya. Dan tentu saja, banyak teknik pernapasan yang terbuang percuma.
Bagaimana pun ia harus mengulur waktu hingga burung gagaknya berhasil membawa bala bantuan. Kabur bukan gaya bertarung Kyojuro. Ia hanya bisa memisahkan diri dari yang lain agar dapat membagi fokus para iblis dari yang lainnya.
Perempuan dengan tanda seperti laba-laba dengan kimono putihnya menembakkan sesuatu yang bersifat asam. Kyojuro berusaha menghindar serangan sekaligus jebakan yang ternyata telah dipasang hampir setengah penjuru bukit.
'Mereka sudah menantikan kedatangan kami, rupanya.'
Buruk. Jauh lebih buruk. Ia hanya bisa berharap siapapun untuk datang secepat mungkin.
...
Mitsuri yang tengah bersenandung riang di pinggir jalan menuju markas seketika diam ketika suara kasugai menggema di langit senja.
"Empat iblis setara iblis bulan bawah berada di bukit ****! Tsuguko Kyojuro beserta lima belas orang lainnya dalam kepayahan!"
Mitsuri membiarkan kasugai milik Kyojuro terbang melewatinya dan membisikkan sesuatu pada kasugai cantik miliknya.
"Kalau keadaan memburuk, segera panggil Agatsuma-san di kota sebelah ya."
Gagak itu mengangguk patuh dan terbang lebih dulu menuju bukit sementara Mitsuri setengah berlari menyusulnya. Dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah banyaknya manusia tergantung di pohon dalam keadaan yang entah sudah mati atau masih hidup. Mitsuri segera mendatangi salah satu sosok yang tergantung tersebut dan hendak mengecek urat nadinya namun diurungkan begitu satu tangan menyentuh pinggangnya.
"Hallo...kau baik-baik saja?"
Orang tersebut tak menjawab. Mitsuri menatap heran dan melepaskan tangan yang mendarat di pinggangnya.
'Dingin.'
Satu sentuhan singkat membuat Mitsuri melompat menjauhi tubuh-tubuh yang tergantung itu. Ada air mata yang mengalir di wajahnya. Kesedihan yang mendalam karena begitu banyak nyawa yang lagi-lagi terenggut karena kelalaian informasi. Andai ia tahu bahwa bukit ini adalah salah satu sarang iblis, mungkin korban jiwa bisa dihindari. Tak perlu menurunkan pemburu tingkat bawah sebanyak ini hanya untuk dijadikan persembahan menyedihkan bagi iblis.
Tanpa menoleh dan berusaha melepaskan ikatan di tubuh mereka yang sudah cukup lama merenggang nyawa, Mitsuri berlari mencari titik di mana pusat tali tipis tersebut berada. Kaki jenjangnya melewati pohon demi pohon dengan cengkraman dan hentakan kaki yang cukup kuat yang mampu menghempaskan boneka pemburu iblis tak bernyawa dari tujuannya. Mitsuri tak tega menoreh luka di tubuh mereka dengan pedang yang sama-sama mereka dapat dengan berjuang. Mitsuri tak ingin harga diri mereka yang mati semakin tercabik akibat pedang yang sama-sama pernah teracung untuk kemanusiaan menggores tubuh mereka.
Dengan air mata berlinang, akhirnya Mitsuri sampai di depan sebuah batu besar di mana perempuan iblis tengah memainkan jemari penuh talinya itu bak kondektur orkestra.
"Ka-kau bukan manusia biasa..." ujar iblis itu terbata. Ia sadar betul betapa kuatnya tenaga dalam Mitsuri dari gema tali yang bergetar di jemarinya.
"Meski sama-sama perempuan, aku berharap kau bisa tenang di neraka." Ujar Mitsuri bersedih.
Iblis itu tertawa pasrah. Paham betul bahwa pertarungan jarak dekat takkan menguntungkannya sama sekali yang mana merupakan iblis petarung jarak jauh pengguna kekuatan tali boneka. Tapi dengan bertemu ajal, ia merasa lebih baik karena tak lagi terikat kejahatan dan rasa keterpaksaan membunuh lagi.
"Tolong dan terima kasih." Ujarnya lirih. Mitsuri yang paham pun mengangguk dan menebas leher perempuan tersebut dengan cepat agar dapat menghentikan nasib buruk mereka yang sudah lebih dulu mati di tangan iblis itu.
"Jumlah yang dibunuh masih terlampau sedikit dari laporan. Semoga Kyojuro-kun masih bisa bertahan." Mitsuri mengepalkan tangan dan meninju udara dengan semangat.
Baru satu iblis yang mati di tangan Mitsuri. Itu berarti ada dua lagi dan entah keduanya atau mungkin salah satu di antara mereka merupakan iblis bulan bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEARCH! - REVERSE [ SEASON 2 ]
General FictionMereka tak lagi terjangkau, tak lagi terdengar kabarnya. Mungkin kata pepatah itu benar, kau harus berlinang darah dan air mata untuk mendapatkan sesuatu yang sangat berharga. S E K U E L DARI KISATSUTAI! - REVERSE STILL FULL OF OOC