Part 1

13 2 0
                                    

•HAPPY READING•

"Dia hanya mengenalmu, tidak untuk mencintaimu. Pantaskah aku menyimpan rasa cemburu?
Padahal bukan aku yang memilikimu
Sanggup sampai kapankah? ku tak tau
Akankah akal sehat menyadarkan ku?"

———

"Re, bentar re"

Lelaki itu terus saja mengejar gadis yang kini berlari kecil menambah jarak diantara keduanya.

Gadis yang di panggil Re itu berhenti secara tiba-tiba. Membuat lelaki yang mengejarnya ikut berhenti juga.

"Kalau mau berhenti tuh ngomong kali Re, biar gue ga nabrak lo," ujar lelaki itu.

Gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada. Menatap enteng kepada lelaki yang mengejarnya tadi.

"Merintah gitu? lo siapa?" jawab gadis itu dengan entengnya dan tentu dengan muka judesnya.

Cowo yang dikenal bernama Galih Syaputra Viano itu menghembuskan nafasnya secara kasar. Kenapa gadis yang ia kejar selama ini selalu bersikap cuek kepadanya? Apa dirinya tidak begitu menarik?

Gadis yang dikenal bernama Irein ini duduk di kursi yang berada di samping gerbang dalam sekolah. Irein mengeluarkan handphone berlogo Apple itu dari dalam saku rok sekolah nya.

Galih ikut duduk di samping Irein, menggaruk tengkuknya dan membasahi sedikit bibirnya yang terasa kering.

Galih menetralkan nafasnya yang sedari tadi memburu. Tidak butuh waktu yang lama, Galih menarik nafas dalam kemudian mengucapkan kalimat yang membuat Irein menatap dalam wajah Galih.

"Re, gue kalah fisik atau kalah asik sih?" tanya Galih seraya menatap mata Irein.

"DUA-DUANYA, PUAS LO?!" teriak Irein tepat depan wajah Galih.

Galih memalingkan matanya kesembarang arah. Memejamkan matanya sembari menahan sesak yang ada di dadanya.

Kok sakit ya? Batin Galih mengatur nafasnya.

Irein hanya mengenalmu Galih, tidak untuk mencintaimu. Batin Galih lagi. Sesak? tentu.

Hening.

Galih tau, apa yang diucapkan Irein tadi itu bukanlah hal yang serius. Kesal, mungkin saja Irien kesal terhadap dirinya yang kerap kali mengganggu Irein. Dan Galih menyadari itu.

Galih menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Ternyata mengejar seseorang yang kita tau bahwa dia sama sekali tidak mencintai kita sama saja dengan mengambil belahan beling dan menggenggamnya erat. Semakin di genggam, semakin sakit yang terasa.

"Ehm, Re-"

"Apa lagi sih?" jawab Irein malas.

"G-gue anter lo pulang, boleh ga?" tanya Galih pelan.

"Ga," jawab Irein seperti biasa, judes.

"Sekali aja, ya?" tawar Galih.

Irein tak menjawab, ia sibuk dengan ponselnya.

"Ehm, sekalian kita singgah di Kedai kopi gue," tawar Galih lagi.

"Emang kedai itu punya lo? usaha lo?" tanya Irein, matanya masih fokus menatap layar handphone nya, dan jari-jarinya masih menari-nari diatas keyboard handphone nya, ntah apa yang sedang di ketik oleh gadis itu.

Antara Nyaman, Cinta, dan TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang