Setelah bertemu dengan teman Karin yang mengancamku tadi, aku bingung ke arah mana. Aku ingin tidur dengan tenang tanpa ada yang mengganggu karena badanku memang butuh istirahat. Saat aku melihat-lihat antara lorong sebelah kanan dan kiriku aku menemukan papan UKS dan akhirnya aku memilih masuk disana.
“Sepertinya, ruang UKS pilihan yang tepat, Yep! Kau pintar Ariya” ujarku sembari terkekeh senang.
Sebelum tanganku terulur mencapai pintu. Aku bersiap untuk pura-pura sakit perut. Barangkali petugas UKS masih berjaga di dalam karena dari luar aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang berada dalam ruangan.
Aku sedikit berdeham sebelum masuk, namun tiba-tiba bayangan seseorang menuju ke pintu membuatku mengurungkan niatku membuka pintu dan memilih bersembunyi dibalik tembok UKS. Aku sedikit melongokkan kepalaku untuk melihat siapa yang baru saja keluar. Aku sedikit terkejut saat melihat anak baru itu tiba-tiba berada dalam ruang UKS. Apa dia terluka karena dikejar-kejar cewek? Haha… kena kau, cowok songong!.
Tepat setelah cowok itu sudah jauh, aku segera masuk dalam UKS. Disana tidak ada penjaga tapi aku menemukan seseorang sedang terbaring di salah satu ranjang tidur.
Sebelumnya aku tidak begitu memperhatikan tapi saat gadis itu bergumam lirih dan menyebut namaku, aku mendadak terpaku lalu melirik ke arah cewek itu yang berada di bilik sebelah. Ia mungkin saja tidak melihatku karena terhalang gorden tapi aku bisa melihat sedikit wajahnya.
“….kalau aku keluar sekarang, pasti sekarang anak-anak satu sekolah mendikteku dan menertawaiku apalagi kalau ketemu setan Ariya itu, Arrghh!!! Dasar turunan iblis”
Aku mencengkeram pinggiran ranjang tanpa sadar, lalu bangun dari posisiku berbaring. Merasa terpancing emosi dan juga penasaran. Akhirnya aku menyibakkan gorden dan aku tersenyum miring melihat ternyata Karin yang sedang mengumpat diriku tadi.
Kulihat ia menengok ke arahku dengan ekspresi terkejut sekaligus ketakutan. Membuatku dengan senang hati menatapnya tajam sebagai tanda peringatan.
“Se-se-sejak ka-kka-pan kau di-disini?” ucapanya sungguh membuatku ingin tertawa tapi kutahan karena aku tidak ingin terlihat gampangan. Aku masih menatapnya dengan penuh penekanan hingga membuat suasana tegang dan hawa panas mengelilingi kami.
“A-ariya, maafkan aku…A-aku benar-benar salah. Jangan siksa aku lagi untuk hari ini” ungkapnya, membuatku menghentikan tatapan intimidasiku.
“Kau tidak ingat perbuatanmu yang sebetulnya tidak termaafkan itu padaku? Kalau kau ingat sebaiknya kau tidak menghindariku dan tetap mengikuti perintahku apapun itu. Karena sejak kau mencampuri urusanku itu artinya hidupmu juga akan terusik olehku karena kau sudah berani kepada seorang ARIYA!” tuturku, menekan namaku sendiri lalu menyeringai membuat Karin terdiam dan sedikit kulihat dalam matanya ada kilat ketakutan disana.
“Lalu, apa yang harus aku lakukan agar kau berhenti menggangguku?” ucapnya, seakan sesuatu mengganjal suaranya.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Kali ini aku membisikkan permintaan yang tidak bakal ia tolak karena ini perintah terakhirku jika ia bisa mengabulkannya.
“Deal?” ujarku, sesaat Karin menatapku dengan ekspresi yang sangat bodoh.
“DEAL OR NOT?” seruku, berhasil menyadarkannya.
“D-DEAL, tapi jika aku tidak berhasil bagaimana?”
Aku sengaja menahan jawabanku dengan menatap keluar jendela UKS, pada saat itulah aku melihat diseberang sana cowok songong bernama Astin atau Austin berlari menuju halaman belakang sekolah, entah apa yang cowok itu lakukan hingga berada disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Life
Teen FictionBullying . Rival . Friend . Love Karin, seorang cewek cupu yang punya kacamata kotak kebesaran dan punya hobi membaca buku novel. Sikapnya tertutup oleh karena itu ia tidak pernah pacaran dan sebelum naik kelas ia selalu menjadi yang tidak terlih...