Part 6

29 14 3
                                    

Hari hari telah berlalu, setelah kejadian di taman kota itu Morgan dan Abi saling menjauh satu sama lain. Morgan yang sudah ikhlas dengan penolakan dari Abi pun ia mulai menjauhi abi karena ingin move on.

"Eh bi lo sama Morgan kok jauh-jauhan?" Tanya Clara.

Abi yang di tanya itu pun hanya mengedikkan bahu acuh.

Elisa pun yang melihat itu hanya berpikir keras. Ada apa sebenarnya diantara Morgan dan Abi. Apakah mereka bertengkar? Tetapi karena apa? Kira-kira itu lah isi kepala Elisa sekarang.

Kringgg...kringg...kringg..

Bel sekolah berbunyi. Karena hari ini hari Senin maka semua siswa di wajib kan untuk mengikuti upacara dengan khidmat.

"Upacara segera di mulai, di mohon semua siswa siswi dan para guru segera berkumpul di lapangan sekolah" suara petugas upacara yang berbicara lewat microphone.

"Kuy ke lapangan" ujar Abi

"Bentar anjir, w pake sunblok dulu, panas ntar disana" jawab Elisa dengan cengengesan

"Eh minta dong gue" pinta Clara kepada Elisa.

"Yeeee" jawab Elisa dengan menoyor kepala Clara.

Abi yang melihat mereka berdua hanya memutar bola matanya malas.

********
Upacara sedang berlangsung, semua murid telah berbaris rapi di lapangan, termasuk Abigail dkk.

Beberapa guru BK sedang mengecek barisan yang belum rapi dan melihat apakah ada murid yang tidak memakai atribut lengkap.

Terlihat Bu Tutik sedang menatap Abi dengan tatapan yang jengkel. Ia masih dendam kepada Abi dari 2 hari yang lalu, ia merasa di rendahkan oleh murid biasa yang sok merasa berkuasa.

Bu tutik pun meneriaki barisan abi, sebenarnya bukan karena barisan abi tidak rapi, tetapi ia hanya jengkel dan ingin meneriaki abi.

"ABIGAIL, RAPI KAN BARISANMU!" teriak bu tutik dari belakang.

Abi yang merasa nama nya di teriaki pun ia segera merapikan barisannya. Karena sudah merasa rapi ia pun diam.

Tetapi Bu Tutik meneriaki Abi lagi
"ABIGAIL, RAPI KAN BARISANMU" teriak bu Tutik sekali lagi. Dan menyebabkan semua murid melihat barisan Abi.

Abi yang merasa barisannya sudah rapi pun ia kembali diam.

Bu Tutik yang geram karena Abi tidak menggubris ucapannya pun berjalan ke arah Abi.

"Maju ke depan!" Perintah bu Tutik kepada abi dengan suara yang keras.

Semua murid dan guru yang ada di lapangan memandang barisan abi.

"Kenapa saya harus maju? Saya sudah memakai atribut lengkap" ujar Abi.

"Ayo maju ke depan" ucap bu Tutik lagi, masih dengan suara kerasnya.

Tanpa mereka sadari, Grandpa Abi secara sengaja melihat kejadian itu. Ia juga mengikuti upacara karena ia ketua komite. Sang Grandpa masih diam dan melihat apa yang akan terjadi, ia ingin melihat bagaimana sikap para guru kepada cucu tercintanya itu.

"Tapi kenapa saya harus maju ke depan bu? Apakah saya ada salah? Saya sudah merasa barisan saya rapi dan saya membawa atribut lengkap. Dan jika saya punya kesalahan tolong jelaskan dimana, dan jelaskan secara baik-baik bukan dengan cara membentak" jawab Abigail dengan Tegas dan lantang.

Para guru dan murid yang ada di lapangan itu masih menyaksikan adegan adu argumen antara murid dan guru konseling itu.

Bu Tutik yang geram karena abi membantah dan mempermalukannya pun akhirnya ia menyeret abi untuk maju ke depan.

Abi yang di seret secara tidak normal itu pun berteriak minta tolong untuk di lepaskan, tetapi bu Tutik tidak menggubris ucapan Abi sama sekali.

Pak Anton, selaku kepala sekolah yang melihat adegan itu pun langsung keringat dingin, ia takut karena Pak Alex, grandpa dari Abi melihat adegan dimana Cucu nya di seret secara tidak normal oleh Guru konseling di sekolahnya.

Abi yang tidak bisa mengontrol emosinya saat itu pun tiba-tiba asma nya kumat. Ia butuh inhaler sekarang. Abi memang mempunyai penyakit asma dari kecil.

"Bu a-asma s-saya" ucap Abi secara terbata-bata

"Halah jangan alesan kamu" jawab bu Tutik dengan tetap menyeret abi.

Abi merasa tubuhnya mulai lunglai, ia tidak bisa menahan semua ini.

"Apakah ini saat-saat terakhirku ya Tuhan? Jika iya tolong bahagiakan Papa sama Bunda" gumam Abi dengan lirih. Dan sekejap kemudian abi pingsan.

Semua murid dan Guru pun terkejut karena Abi tiba-tiba pingsan.

Morgan yang melihat Abi pingsan pun langsung berlari untuk menghampiri Abi.

"PANGGIL AMBULAN CEPET!" teriak Morgan bak kesetanan.

Semua yang ada di lapangan hanya diam, tidak ada yang berniat untuk menghubungi ambulan.

Grandpa Abi yang melihat cucu nya pingsan pun juga ikut berlari menghampiri Abi.

"Kenapa semua hanya diam? Hubungi ambulan cepat!" Teriak grandpa Abi.

"Untuk apa pak? Kita pindahkan saja murid tidak sopan ini ke UKS" jawab Bu Tutik dengan tampang watadosnya.

Pak Anton yang melihat bu Tutik berbicara seperti itu pun menghelai napas pasrah, mungkin ia akan dipecat setelah ini gara-gara tidak bisa mendidik Guru Konseling.

"Untuk apa anda bilang?! Ini Cucu Saya! Apakah anda sudah gila membiarkan Cucu saya terkapar tidak berdaya disini?!" Teriak grandpa abi.

Semua murid dan guru, termasuk Bu tutik pun terkejut dengan penuturan Pak Alex. Ternyata tanpa di sangka Abigail, adalah Cucu dari Alexander Kenward. Bu Tutik yang mendengar itu pun hanya terdiam seribu bahasa, ia benar-benar menyesal telah memperlakukan Abigail seperti hewan.

Morgan yang sudah tidak tahan dengan percekcokan mereka pun langsung segera menghubungi ambulan. Persetan dengan pernyataan bahwa abigail cucu ketua komite dan donatur disini, ia tidak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah melarikan abigail ke rumah sakit dengan segera.

Morgan kemudian menggendong Abi ala bridal style dan memindahkannya di pinggir lapangan, di susul dengan Grandpa abi dan Sahabat abi, yaitu Elisa dan Clara.

Setelah menunggu selama 15 menit, akhirnya ambulan sampai dan Abi segera di masukkan ke ambulan untuk dibawa ke rumah sakit.

"Kamu tolong wakilin Abi dulu ya, saya masih ada urusan yang harus saya selesaikan disini, saya sudah menghubungi orang tua abi. Dan ini kartu debit saya untuk administrasi abi nanti di rumah sakit" ujar Alex, grandpa Abi kepada Morgan dengan memberikan debit card nya kepada Morgan.

"Iya pak, kalau begitu saya berangkat" jawab Morgan yang menerima debit card itu dan kemudian memasuki ambulan.

Ambulan pun bergegas berangkat ke rumah sakit.

Setelah ambulan pergi, Grandpa Abi memandangi satu persatu guru yang ada di lapangan.

Semua guru yang di pandangi Alex hanya bisa menulan ludahnya secara kasar. Mereka sudah pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Apakah saya perlu mengadakan rapat untuk membahas kejadian ini?" Tanya Alex dengan seringaian dan tatapan tajam kepada semua para guru.

ABIGAILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang