Part 1

50 20 1
                                    

Aku tidak menyesal, hanya saja kenapa aku harus seperti ini
-Abigail
____________________________________________

Seperti biasa, Abigail bangun pukul 5.30 dan mulai siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah selesai mandi dan bersiap, abi ke kamar kakaknya untuk membawanya ke meja makan. Elodie, harus duduk dikursi roda karena keterbatasannya.

Di meja makan sudah ada Elena yaitu bunda mereka, dan Gilbert papa mereka dan jangan lupa kan sang adik yang bernama Aldo.

Seperti biasa, mereka sarapan dalam keheningan, hanya suara denting sendok dan garpu yang mengisi ruangan itu.

Saat abi sudah selesai dan akan pergi untuk bersekolah, Elodie memanggilnya
"A-abi, nanti kita m-main ya"

"Iya kak el, abi ke sekolah dulu ya" jawab abi sambil tersenyum

Abi sudah terbiasa dengan itu, dia harus meluangkan waktu yang banyak untuk El, karena jika tidak, El akan mengamuk. Elodie bukan seperti kakak normal yang lain, tetapi dia mengalami keterbatasan mental, jadi Abigail selalu mengalah demi kakaknya.

********
6.30, SMA Tunas Harapan, kelas XI Mipa 2

Abi berjalan memasuki kelas, seperti biasa ia melihat sahabatnya, Elisa sedang mencatok rambutnya dikelas dan berdandan agar penampilannya menarik.

"Clara mana lis?" Tanya abi kepada elisa
"Biasalah, ke kelas IPS" jawab elisa

Clara mempunyai pacar di kelas IPS, seperti biasa ia selalu menghampiri pacarnya sebelum bel masuk.

"Eh bi, ntar lu ada waktu ga? Gue sama clara mau ke mall gitu, ayo lah ikutan walaupun bentarrrr aja pliss, lu kan paling jarang ikut kita main" ujar elisa tiba-tiba

"Duh gimana nih, gue ga enak buat nolak, tapi gue juga harus nepatin janjinya kak el" ucap abi dalam hati

"Woi abi, abigail yuhuuuu" ujar elisa dengan melambaikan tangannya didepan muka abi yang sedang melamun

"Lu pasti ga bisa ya bi?"

"Hah? E-engga kok, nanti gue liat dulu ya ntar gimana"

"Okay".

Clara lari tergopoh-gopoh memasuki kelas dan berteriak memanggil abigail

"Abiii, abigail" teriak clara dengan nafas yang tidak stabil

"Woi berisik anjir, teriak-teriak suara lu tu kek toa emang lu pikir ini hutan apa" saut elisa sambil menimpuk kepala clara menggunakan buku tulis di meja nya

"Apaan clar?" Jawab abi sambil terkikik melihat kelakuan kedua sahabatnya itu

"Gawat bi gawatttt!!!" Heboh clara

"Gawat kenapa si, baru pagi pagi juga" ujar abi

"Jadi sekolah kita maju ke olimpiade matematika tingkat nasional" ucap clara masih dengan hebohnya

"Lah? Ya bagus lah" jawab abi

"Tapi gawatnya, bokap lu baru aja dateng kesini dan bilang sama kepsek biar lu bisa ikut olimpiade itu"

Abi terpaku mendengar ucapan clara, ia benar-benar tidak menyangka jika papa nya akan se nekat ini untuk memasukan abi kedalam anggota olimpiade

"Bi? Abigail?" Ujar elisa dan clara yang menyadarkan lamunannya

"Hah?"

"Lu gapapa kan bi?" Ujar elisa

"Hah? G-gue gapapa kok" jawab abi dengan suara yang sedikit bergetar.

Elisa sudah tau jika reaksi abigail akan begini, elisa yang lebih tau kehidupan abi daripada si clara. Walaupun abi jarang menceritakan kondisinya ke mereka ber2, tetapi elisa selalu tau dari sorot mata abi bahwa abi sedang tidak baik-baik saja.

Kringgg...kring..kringg....

Suara bel masuk sudah terdengar, semua murid mulai memasuki ruangan kelas, disusul guru mapel yang akan mengajar di jam pertama.

Selama pelajaran abi tidak bisa fokus, dia selalu memikirkan bagaimana ia akan menghadapi papanya itu nanti, ia akan memohon ke papa nya agar ia tidak usah mengikuti olimpiade. Abi sama sekali tidak tertarik dengan matematika maupun sains, ia lebih tertarik ke ilmu sosial, tetapi papanya lah yang memaksa abi untuk masuk ke kelas Mipa.

Tetapi abi sampai kapan pun tidak akan membenci papa nya, walaupun papa nya berkali-kali menyakiti abi dengan ucapannya, tapi ia akan selalu menyayangi dan mencintai papanya itu, menurut abi tanpa adanya ucapan keras dari papa nya, abi tidak akan sekuat sampai sekarang ini.

Alasan abi jarang mencurahkan isi hati nya kepada kedua sahabatnya itu adalah, ia tidak mau membebani ke2 sahabatnya dengan ceritanya, biarkan sahabatnya saja yang membagi beban kepada abi, tapi abi jangan membagi beban kepada mereka.

Ke2 sahabat abi juga tidak mengetahui bahwa abi mempunyai kakak autis, abi selalu menyembunyikannya, abi takut jika abi bilang kepada mereka ber2, mereka akan merasa jijik kepada abi dan pergi meninggalkan abi. Jadi selama 4tahun lama nya abi menyimpan rahasia ini.

Abi juga belum pernah merasakan apa itu cinta, dia terlalu tidak peduli dengan adanya cinta, menurut abi cinta itu hanya membuang waktu nya saja. Padahal dengan cinta abi bisa merasakan setidaknya sedikit cerahnya kehidupan
____________________________________________

maaf kalo ceritanya agak tidak menarik, silahkan komen kalau ada kata-kata atau kalimat yang salah

Jangan lupa kasih vote!!
#salam dari ivieyy😀

ABIGAILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang