Part 9

4 2 0
                                    

Disisi lain Elisa berlari keluar dari rumah sakit dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Bisa-bisa nya Abigail yang merupakan sahabatnya sendiri berkata seperti itu, di depan orang yang dia suka pula. Begitulah isi pikirannya.

Sangking kencang nya larian Elisa, Clara dan Morgan kewalahan mengejar nya

"eh Morgan, lu percaya ga sih kalau Elisa suka lu beneran?" tanya Clara di tengah mengejar Elisa dengan suara terengah-engah.

Morgan yang mendengar pertanyaan itu hanya menggeleng kepalanya, bisa-bisa nya ditengah keadaan seperti ini Clara melontarkan pertanyaan konyol yang membuat nya ingin menelannya hidup-hidup.

"woi Morgan lu budeg apa gimana hah?" tanya Clara sekali lagi karena merasa pertanyaan sebelumnya tidak direspon oleh Morgan.

Bukannya menjawab pertanyaan Clara, Morgan malah menghentikan taksi di pinggir jalan untuk membantu nya mengejar Elisa, ia sudah lelah dengan pikirannya yang memikirkan Abigail, ditambah kejadian yang menimpa Elisa tadi, ditambah juga ocehan Clara yang sedari tadi tidak bisa berhenti. Kok bisa perempuan se kalem Abigail dan Elisa mempunyai teman absurd seperti Clara, pikir Morgan.

Clara yang melihat Morgan tiba-tiba menghentikan taksi dan menaiki nya pun terkejut.

"ya ampun Morgan, kenapa lu malah naik taksi sih, itu loh Elisa nya gimana" ujar Clara dengan tampang watadosnya.

Clara yang melihat Morgan meninggalkan nya sendirian pun hanya melongo meratapi nasibnya.

"Gue salah apaan dah, kok gue ditinggal sih?" tanya Clara pada dirinya sendiri.

*******

1 hari pun berlalu, Abigail sudah diperbolehkan pulang oleh sang dokter.

29 hari lagi Olimpiade sains akan dimulai, sekarang Abigail tengah mempelajari materi apa saja yang menyangkut tentang olimpiade sains ini. Bahkan besok Abigail juga akan memulai bimbel nya untuk Persiapan matang olimpiade nanti. Persetan dengan kesehatan nya yang belum begitu membaik, yang hanya ia pikirkan sekarang adalah bagaimana cara agar ia dapat memenangkan olimpiade itu. Begitulah isi pikiran Abigail saat ini.

Tak terasa hari sudah larut malam, tetapi Abigail masih sibuk membolak balikan buku kumpulan soal yang sedari tadi ia kerjakan untuk latihan mengukur kemampuannya. 

Tok Tok Tok...

Suara pintu kamar Abi diketuk oleh sesorang yang diluar, kemudian orang itu membuka pintu kamar Abi. Ternyata seseorang yang mengetuk pintu dan memasuki kamar Abi ialah Elena, sang Bunda.

"kak, kok belum istirahat? ini sudah jam berapa? bukannya kamu besuk akan bersekolah? hm?" ujar sang Bunda sambil mengelus kepala Abi.

"iya bun, ini mau beberes kok"

"ya sudah, tidur yang nyenyak ya sayang.." ujar Elena sambil mengecup kepala Abi

Setelah itu Elena keluar dari kamar Abi, Elena begitu khawatir dengan keadaan sang putri, sudah lama sekali semenjak penyakitnya kambuh, tetapi 6 hari yang lalu penyakit itu mulai kambuh kembali. Elina juga sangat kasihan kepada Abi, karena sikap suami nya yang terus-terusan mendesak sang putri untuk mengikuti Olimpiade dan memenangkan kompetisi itu. Sungguh sangat malang nasib putrinya, pikir Elina.

******

Jam sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari. Tetapi Morgan masih enggan untuk tidur, pikirannya melayang kemana-mana. Sampai sekarang ia masih bingung besuk harus bersikap bagaimana untuk menghadapi Abigail dan Elisa. Ia tau bahwa besuk sang pemilik hati akan kembali masuk sekolah karena mendapat informasi dari Pak Anton. Pasca kejadian di rumah sakit itupun Elisa juga tidak masuk sekolah, jadi dia menjadi tidak bingung harus bersikap bagaimana. 

Karena memikirkan hal-hal yang sangat banyak, rasa kantuk mulai menguasai Morgan, dan beberapa menit kemudian ia terlelap dengan sendirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABIGAILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang