Juri Sementara

10 3 1
                                    

Memasuki hari hari menuju Perlombaan Dakwah tingkat Provinsi, Semakin banyak hal yang aku pikirkan mengenai Ide ide yang bermunculan tanpa henti, semakin bingung aku memilih tema apa yang hendak disampaikan. Aku memilih pergi ke Perpustakaan untuk mencari ide baru, Ku lewati Lorong demi Lorong Perpustakaan untuk mencari Inspirasi dan ide baru untuk metode dakwah nanti, Kudapati buku ini di Lorong ke 6 dengan Judul "Cintanya Kedua Orangtua", sejenak saja aku mulai merakit kata kata yang akan membuat Juri terkesima menurutku, aku mulai membaitkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, agar tersusun rapi dan mampu aku hafal nantinya.

Hari mendekati Perlombaan pun tak Lama lagi kurang lebih 3 Hari lagi, Aku bergegas keatas balkon kamar untuk melatih diri, ada inna, intan dan Bella, sedangkan Aqila dia tengah sibuk mencari informasi tentang Ustadz yang tampan diPondok kami, begitu tergila-gilanya dia kepada Sang Ustadz, Ustadz itu bernama Raihan, atau disini biasa bdisebut dengan UsRa, sama saja artinya dengan UStadz RAihan. Karena kepintaran nya dalam Berkomunikasi dengan segala bahasalah yang membuat Aqila jatuh cinta pada Ustadz Raihan.

Disampingitu, aku tengah berlatih dan teman-teman ku lah yang menjadi Juri Agar mampu menilai apakah ada Kekurangan dalam Dakwahku ini, Inna yang Tidak bisa diam selalu tertawa Mendengarkan apa yang Aku sampaikan, bahkan tak hal itu tidak lucu sekalipun, Inna memang seperti itu Periang dan berbakat dalam hal Tahfidznya. Sedangkan intan dia berbakat dalam hal Akuntasi dan Menejemennya. Juga ada Bella yang mampu dalam hal Pendidikan Islam, kalau Aqila mampu dalam hal Mencari informasi tentang Ustadz Raihan, Aqila sungguh berbakat dalam hal ini. Selain itu juga Aqila mampu Berbicara dalam hal Kebenaran yang menyelimpang, Aqila itu sosok yang Membela kebenaran Umat Islam.

Setelah Aku memutuskan untuk kembali ke Kamar karena Tingkah Inna yang membuatku tak nyaman dengan Keadaan, namun Inna terlebih dahulu di panggil oleh Pemimpin Pondok, ayah Inna dan Pemimpin Pondok ini memang bersahabat sejak Kecil, Inna yang tanpa pamit pergi Begitu saja meninggalkan kita, namun tidak apa karena tanpa Inna tingkat keseriusan dalam Menghafalkunpun Kian menggelora, ku lanjutkan materi yang aku sampaikan ini, begitu selesai Intan berkata :"Alhamdulillah sudah bagus". Dan Bella juga berkata:"MasyaAllah, semangat terus ya, aku yakin kamu Pasti menang dan Membawa Nama baik Pondok ini ke Jenjang Internasional, Fight!".

Tersenyum hatiku mendengar ucapan mereka, kudekap mereka dengan rasa Haru dan Bangga memiliki teman yang Baik seperti Kalian.

Mahkota Syurga[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang