“Christopher.”
Begitulah sebuah nama yang tertulis pada name tag yang terpasang rapi pada seragam sekolah yang digunakan bocah dengan lesung pipi yang terbentuk ketika tersenyum.
“Bantu aku menali sepatuku!”
Sesosok mungil yang lebih muda meminta untuk menalikan tali sepatunya. Kemudian yang dipanggil dengan nama Christopher itu berbalik mendekati ke arah sumber suara. Tangannya diangkat ke atas kepala yang lebih muda dan mengusak surai hitamnya.
“Bukan begitu caranya meminta tolong, Peter. Mintalah dengan baik ya. Jika seperti itu tidak akan ada yang menolongmu. Okay?”
Christopher berjongkok di depan anak kecil bernama Peter dengan tangannya yang kini bergerak lihai menalikan tali sepatu. Peter adalah anak yang cukup keras kepala, semaunya sendiri, tetapi hatinya sangat lembut. Pernah suatu pagi ketika libur sekolah, ia melihat temannya mengigau dalam tidurnya. Saat ia menyentuh tubuh temannya itu. Tangannya terasa panas. Temannya mengalami demam yang cukup tinggi dengan cekatan ia langsung mengambil air dalam baskom dan handuk kecil. Kemudian ia masukkan handuk kecil itu ke dalam baskom yang berisi air. Tangan mungilnya memeras handuk kecil yang ia pegang dan meletakkan itu di atas dahi temannya. Ia terduduk di samping ranjang sambil menggenggam erat tangan temannya dengan kedua tangannya. Awalnya ia menangisi temannya yang sakit itu, lama – lama ia tertidur juga karena lelah mengeluarkan air mata.
Saat ia bangun, ia sudah berpindah, tidak di samping temannya lagi. Segera ia turun dari ranjangnya dan berlari ke kamar temannya. Kemudian ia menemui bahu lebar sesosok remaja yang sedang duduk di sebelah temannya yang sakit. Menyadari ada orang di belakangnya, sosok itu menoleh dan melempar senyum kepada Peter.
“Kenapa kau memindahkanku ke kamar?”
“Kau tertidur dengan posisi yang akan membuatmu sakit, Peter.”
“Tapi aku ingin menemani Sky!”
Protesnya sambil menggembungkan pipinya. Lawan bicaranya tertawa pelan kemudian ia mendekat ke Peter dan berlutut di depannya dan mencubit pelan kedua pipi Peter.
“Kalau kau sakit, kau tidak akan bisa menemaninya, Peter. Aku juga tidak ingin kau sakit. Nanti aku juga akan menangis seperti dirimu”
“Tidak, aku tidak menangis!”
Tutur Peter yang sekarang melipat tangannya di depan dada sambil melempar pandangan ke sudut lain. Sosok yang berlutut di depannya dengan hangat tiba – tiba memeluknya.
“Terimakasih ya sudah mengompres, Sky. Demamnya sudah turun. Mungkin kalau kau tidak mengompresnya saat tidak ada Bunda dan aku di rumah tadi pasti demamnya semakin tinggi. Kau jangan sampai sakit. Nanti siapa yang menjadi Pelindung Sky”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Angel 《Banginho/Minchan AU》
Fanfiction•When the angel fall, but fall in love • Pernah mendengar tentang malaikat pencabut nyawa? Mereka mengunjungi manusia 70 kali dalam sehari. Menatap wajah manusia lamat - lamat di setiap kunjungannya seraya menghitung apakah sudah saatnya mereka mela...