Part 3

222 27 0
                                    

Setelah keluar dari ruangan dokter Ovette akupun berjalan melewati koridor rumah sakit. Kebanyakan dari kalian pasti takkan tahan dengan ‘bau’ rumah sakit, tapi tidak untukku. Sejak kecil aku memang dekat dengan obat-obatan dan rumah sakit, aku pun jadi terbiasa dengan semuanya, tidak ada rasa takut dengan peralatan-peralatan rumah sakit ataupun obat-obatnya yang sangat keras dan bisa membuatmu botak seketika(?) tujuanku kini mengunjungi ruangan dokter Westerd. Yap, dokter yang merawatku dan menemaniku di rumah sakit sejak aku kecil apalagi dia adalah sahabat baik Mamaku.

Kau tidak boleh begini terus, Zee. Kau harus teratur meminum obat-obatmu, aku tahu kau sangat kesepian, tapi kau tak boleh begini terus-menerus! Teraturlah untuk makan, kalau bisa makan lah yang banyak. Kau memang hidup kembali setelah kau melewati masa-masa terakhirmu, tapi lihatlah. Sadarlah, Zee. Kau memiliki penyakit yang ingin merenggutmu lagi dan ini sangat menyiksamu, sayang. Mamamu akan sedih bila kau terus-terusan begini.” Kata-kata dokter Ovette terus menerus mengiang di kepalaku. Aku memejamkan mataku sejenak, dan membukanya lagi. Sekarang aku sudah berada di depan pintu ruangan dokter Westerd.

Tok... Tok... Tok...

 “Siapa?” tanya suara dari dalam, suara yang tidak asing untukku.

 “Time Machine.” Balasku, berusaha menahan tawaku.

“Time Hunter, Zee.” Balasnya lagi, aku pun sedikit membuka pintu ruangan itu dan memasukkan kepalaku saja untuk mengintip ruangan dokter Westerd, aku sedikit memajukan kepalaku untuk melihat keadaan di dalam. Di sebelah kanan ruangan terdapat dokter Westerd di meja kerjanya. Dia menurunkan sedikit kacamatanya dan melihatku.

“Masuklah, sayang, jangan mengintip seperti seekor kucing yang ingin mencuri ikan, hahaha.” Kata dokter Westerd sambil meletakkan kacamata dan korannya di meja. Aku pun berjalan menuju kursi di depan meja kerja Pap dan aku pun duduk di kursi tepat di hadapan, kedua tanganku kugunakan untuk menyangga daguku.

“Hahaha... dan bila aku kucing. Mungkin aku adalah kucing terpintar dan tercantik, Pap Pap. Dan mungkin bisa menjadi kucing kesayanganmu, hahaha...” balasku, aku memang memanggil dokter Westerd dengan panggilan Pap Pap itulah panggilan kesayanganku untuk dokter Westerd, dia sudah menjadi papa kedua dalam hidupku. Dan dia pun juga sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri.

Oooh... jangan mengira kalian Pap Pap sudah memiliki istri, 2 orang anak dan menjadi keluarga kecil yang bahagia. Kalian salah! Pap Pap memang sahabat Mama, sahabat dari kecil. Pap Pap memberitahukan rahasianya kepadaku dan hanya aku yang tahu semua rahasia yang dimiliki Pap Pap. Ketika mereka kecil hingga Mama menikah dan melahirkan aku, Pap Pap masih mencintai Mama, dan menyayangi Mama. Dan cinta Pap Pap ke Mama sangat tulus, Hey! Cinta Papaku ke Mama juga lebih tulus walau dia tak tulus menyayangiku sebagai anaknya.

 “Bagaimana pemeriksaanmu hari ini, Baby Zooe. Apa yang di katakan Ovette kepadamu? Jangan bilang dia menasehatimu lagi karena kau tak teratur meminum obatmu lagi, sayang.” katanya sambil menyandarkan diri ke kursi kesayangannya.

 “Pap!!! Jangan pernah memangilku Baby Zooe! Namaku bukan Kebun Binatang! Hahahaha... Pap sangat pintar untuk menebak. Yap! Ovette menceramahiku lagi dan lagi. Tolong beritahu dia agar kecerewetannya di kurangi Pap.” Ujarku bangkit dan berjalan menuju ranjang pasien di belakang meja kerja Pap. Aku pun mulai berbaring di atas ranjang.

“Zeah... Kau tahu Ovette sangat cerewet hanya kepadamu, sayang. Dia sudah menganggapmu sebagai adiknya sendiri. Kau tahu kan bila adikku itu sangatlah keras kepala, mungkin dia akan terus menerus menceramahimu sampai akhirnya kau mau meminum obat secara teratur.” Ucap Pap sambil berjalan menuju arahku dan duduk di kursi sebelah ranjang pasien.

 “Aku tahu, Pap. Mungkin saat ini Ennelise sangat marah padaku. Walaupun aku makan teratur dan selalu meminum obat terus menerus, apakah aku masih terus bisa hidup, Pap? Kau tahu bila semua obat yang kuminum cuman untuk mencegah bukan untuk menyembuhkan, walau beberapa kali di operasi... Suatu saat aku pasti akan di lenyapkan oleh Sang Waktu. Kau sangat tahu bagaimana aku sangat-sangat membenci Sang Waktu, Pap. Dan aku tak mungkin bisa melawannya, aku tak bisa memundurkan dan mempercepat waktu. Aku hanya bisa menghentikannya sebentar, Pap.” Ujarku panjang lebar, aku pun menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku. Aku merasakan tangan besar mengelus hangat kepalaku.

My Beautiful Red // Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang