*Zeah POV*
Aku sangat merasa berat melihat wajah Pap tadi. Aku tahu Pap menyembunyikan kesedihannya, Pap berusaha menahan tangis tadi. Tapi sudah hampir seumur hidup aku berada di dekat Pap. Hatiku berat meninggalkan Pap sendirian, aku tak ingin menyakitinya terus menerus.
Aku pun juga tak ingin memiliki penyakit ini! Pap juga tak ingin aku menderita karena penyakit ini! Ini semua bukan kemauanku ataupun Pap! Keadaan lah yang memaksa. -Sang Waktu lah yang memberiku penyakit agar segera menyelesaikan waktuku di sini dan meninggalkan orang-orang yang kusayang.
Aku melihat jam tangan hitam yang melekat di pergelangan tangan kiriku, kini sudah pukul 4 sore. Aku ingin menghabiskan waktuku di Taman itu, aku ingin sendirian, aku ingin meluapkan semuanya sekarang.
***
Aku duduk bersandar di bawah pohon favoritku dan melihat matahari terbenam, aku tak berkedip sedikitpun melihatnya. Aku merasakan bendungan ku mulai runtuh, perlahan dan pasti air mataku pun turun dengan lembut.
Aku pun memejamkan mata, di dunia aku hanya memiliki Pap tapi di hatiku aku memiliki Mama. Papa? Aku sungguh menyayanginya aku juga tak ingin pergi dari sisinya walau Papa tak pernah menganggapku sebagai anak dan terus menerus menyalahkanku. Tapi bila aku tak berada di sini, apa Papa merasa kehilangan seperti apa yang di rasakan Pap atau Papa merasa senang karena sang pembunuh sudah menghilang di hidupnya?
Aku membuka mataku perlahan, aku pun mulai berdiri dan berjalan menuju jurang -kurang dari 10Cm mungkin aku sudah jatuh dan mati-. Aku mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.
"APAKAH KAU INGIN SEGERA MENGAKHIRI WAKTUKU DI DUNIA? APAKAH KAU SANGAT MEMBENCIKU SEHINGGA AKAN MENGAMBIL NYAWAKU? MENGAPA KAU BEGITU KEJAM!!! HEY! JAWABLAH AKU SANG WAKTU!!! APAKAH KAU SENANG MELIHATKU MENDERITA DENGAN PENYAKIT YANG KAU BERI?!" Aku berteriak sekuat tenaga dan akhirnya aku pun melepaskan semua perasaanku disini. Berteriak dengan puas sambil menangis di depan Sang Matahari terbenam.
Aku menutup mataku dengan kedua tanganku, berkali-kali mengelap air yang turun dari mataku. Aku menangis dengan kencang. Payah. Mengapa aku tak bisa dewasa? Kenapa selalu menangis terus menerus? Aku benci dengan semuanya! Apalagi Sang Waktu!
"AKU TAK SUKA DENGAN KEHIDUPANKU YANG SEKARANG! TOLONG KEMBALIKAN SEMUANYA PADAKU! JANGAN MENGAMBIL YANG BUKAN HAKMU!!!" Teriakku disela-sela tangisanku.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang besar memegang pundak kananku dan menarikku ke dalam pelukannya. "HEY, SANG WAKTU!!! AKU PUN JUGA SANGAT MEMBENCIMU! KAU SANGAT TAK BERPERASAAN!!! TAPI JANGANLAH EGOIS! YANG BUKAN MILIKMU JANGAN LAH KAU AMBIL PAKSA! KAU SELALU MENGAMBIL WAKTU BERHARGA MILIK ORANG! TAPI YANG TERPENTING JANGANLAH MEMBUAT GADIS CANTIK YANG BERADA DI PELUKANKU INI MENANGIS!!! AKU TAK TERIMA!!! CAMKAN ITU, IDIOT! HAHAHA..." Teriak stranger si pemilik suara serak yang memelukku kini.
Entah... Bukannya aku berontak di pelukannya melainkan aku sangat nyaman berada di pelukan Stranger ini. Aku menutup mataku dengan kedua telapak tanganku lagi dan mulai menangis puas di dalam pelukannya, aku tak peduli siapa orang ini.
Tidak lama Stranger ini melipat kedua tangannya untuk memelukku lebih erat lagi di pelukannya, bau parfum papermint yang menenangkan. Sangat-sangat nyaman, aku menyukai aroma parfum papermint miliknya. Entah sampai kapan aku terus di pelukannya dan terus membasahi pakaiannya.
Mungkin sudah sekitar 10 menit aku berada di pelukannya. "Hey! Sampai kapan kau akan terus menangis seperti ini? Angkatlah wajahmu!" Jemari-jemari nya menuntun daguku agar mendongak ke atas, mungkin lebih tepatnya ke arah wajahnya. Mataku masih terpejam erat, aku tak bisa menghentikan tangisan sialan ini. Hiks...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Red // Calum Hood
FanfictionBisakah kau tetap tinggal di sisiku? Bisakah kau tidak pergi dari hidupku? Aku tahu waktu ku takkan lama di sini... Aku sangat membutuhkanmu... Aku Menyukaimu dari awal... Aku Menyayangimu... Aku Mencintaimu... Dan itu yang kusesali dari awal kita b...