Part 1

300 28 10
                                    

Aku akhirnya memutuskan kembali, entah hal apa yang membuat aku berpikiran untuk kembali ke negara asalku. Sesungguhnya aku tak ingin kembali lagi kesini, membuka luka lama mengingatkanku atas kesalahan yang pernah aku buat kepada seseorang. Mengingatnya saja aku tak berani, sungguh. Tapi jauh di lubuk hatiku aku merindukannya, merindukan segala yang ada pada dirinya.

Aku menghembuskan nafas, mendorong troliku menuju tempat parkir, merasa sedih ketika kakak satu-satuku tak bisa menjemput. Aku berjalan menuju salah satu taxi yang sedang terpakir di luar bandara, mengatakan tujuanku dan supir taxipun membantu memasukan koperku ke dalam bagasi, hingga mataku yang entah di perintah oleh siapa menoleh ke belakang ke arah pintu bandara, aku tak percaya dengan apa yang ku lihat.

Seorang laki-laki berdiri disana, white tshirt berpadu celana jeans dengan sedikit robekan di bagian lututnya, rambut yang terlihat berantakan berwarna cokelat semu ke orangean, dengan kacamata hitamnya dan juga earphone yang menyumpal telinganya. Aku hanya bisa mengulum air liur berharap apa yang aku lihat salah. Dari balik kacamata hitamnya aku bisa tau kalau dia mempunyai mata yang indah, mata yang bisa membuat tulang kalian lolos dari engsel-engselnya ketika di tatapnya. Mata yang akan menatap intens pada orang yang sedang berbicara padanya.

Aku merasa dia nenoleh ke arahku, aku segera memalingkan wajahku dan masuk ke dalam taxi. Sungguh aku tak ingin dia memergoki ku melihatnya secara intens, aku tak ingin!.

#############################

Aku baru saja pulang dari liburanku. Berharap segala kepenatan akan kuliah dan pekerjaanku akan hilang. Aku sangat berterimakasih pada Pamanku yang memberikan tiket liburan gratis dengan seluruh fasilitasnya. Aku menggeret koperku keluar bandara, memasang earphone dan menekan tombol dial. Terdengar sambungan telepon dari arah sana, menunggu sang punya handphone menjawabnya.

"Haloo" jawab seorang wanita disebrang sana. Satu-satunya wanita yang sangat ingin aku lindungi dan bahagiakan sekarang.

"Ibu, ini aku Minjun. Aku baru saja sampai di bandara, dan sedang menunggu Junho menjemputku."

"Halo nak, sudah sampai? baiklah Ibu tunggu dirumah. Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu".

"Aaahh Ibu tahu saja kalo cacing-cacing di perutku sudah meronta, tunggu aku di rumah" aku tersenyum sumringah karena aku sedang di landa kelaparan sekarang.

"Baiklah, bilang pada Junho untuk tidak bersikap sok jadi pembalap oke?" kata Ibu sambil terkikik.

"Siap bu" lalu aku memutuskan sambungan telepon. Aku memandang sekeliling dan memergoki seseorang yang tengah berada di dekat taxi sedang menatapku. Melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Kemeja dengan motiv garis-garis putih,pink dan merah berpadu dengan celana hotpants berwarna hitam yang membuat kaki jenjangnya yang mulus tampak indah. Ketika aku akan berpaling untuk melihat wajahnya, dia membalikkan badan dan terburu-buru untuk masuk ke dalam taxi.

Saat dia masuk kedalam taxi, aku melihat sekilas wajahnya. Walaupun dia menggunakan kaca mata tapi aku hapal dengan wajah itu. Wajah yang membuat semua orang betah menatapnya berlama-lama. Bukan tipe wajah cantik yang bersapu make up di setiap bagian, hanya wajah lugu tanpa make up yang membuatnya cantik secara alami.

Aku tiba-tiba menggelengkan kepala dan bergumam tidak mungkin dia disini, tidak mungkin dia kembali. Aku kembali menatap taxi yang dia tumpangi dan terlihat siap untuk pergi. Saat aku memandang taxi yang berjalan keluar bandara, bahuku di tepuk ditepuk dari belakang.

"Hyung!!! kau melamunkan apa? Aku dari tadi berteriak memanggilmu dan kau hanya melihat ke arah taxi itu!" dengusnya secara kesal.

"Hahaha tidak, aku hanya merasa seperti mengenal seseorang yang berada di dalam taxi itu tapi sepertinya aku salah, ayo pulang! Cacing di perutku sudah meraung-raung" Aku menarik lengan Junho dan berjalan ke arah mobil yang ia parkirkan. Dia hanya mendelikan matanya dan menepis tanganku dan berjalan mendahuluiku.

Semoga aku salah, semoga apa yang aku pikirkan tidak benar. Aku berharap dalam hati.

~continue~

kalau ada yang berkenan membaca, aku pasti seneng banget, kalaupun tidak anggap aja ada seseorang yang sedang meluapkan isi pikirannya dan semoga tidak mengganggu. kalo ada yg mau koment dan kasih kritik dan saran buat aku yang pemula ini.

thank you :)

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang