Aku diam mematung di samping pintu mobil. Menatap rindu dengan rumah ini. Rumah bergaya lama nan asri, banyak di kelilingi pohon dan bunga-bunga cantik menghiasi halaman rumah yang lumayan besar ini. Sangat meyiratkan keteduhan dan sangat nyaman. Yang jelas aku sangat merindukan suasana rumah beserta kehangatan penghuninya.
"Hyerayaa, tolong bantu Ibu menyiapkan makanan di dapur, sebentar lagi Ayah datang dari kantor. Ibu tidak bisa mengandalkan dua makhluk berjenis kelamin laki-laki disana yang sedang ribut main game" kekeh Ibu sambil menggandengku ke dapur.
Ya wanita paruh baya ini bukan Ibuku melainkan Ibu dari pacarku. Wanita yang kuat selain Ibuku sendiri yang ku kenal. Wanita yang kuat melihat dua anak laki-lakinya setiap hari meributkan sesuatu yang tidak penting. Wanita yang selalu menunggu suaminya pulang dari kantor dengan tatapan penuh cinta.
Aku sudah menganggapnya seperti Ibu kandungku sendiri. Beliau lebih memanjakanku dari pada anaknya sendiri. Selalu membelaku saat cekcok terjadi padaku dan anaknya. Beliau yang selalu mengkhawatirkanku melebihi Ibuku sendiri. Aku bisa menemukan kehangatan dan keharmonisan di keluarga ini. Tidak seperti keluargaku, memang harmonis tapi tak ada kehangatan di dalamnya. Membuatku menjadi sedikit kurang nyaman jika berada lama-lama di kelurgaku. Aku hanya dekat dengan kakak laki-lakiku saja. Lagi pula orang tuaku pun tidak tinggal disini melaikan di Jepang. Ya untuk mengurusi bisnis Ayah.
Aku tersenyum melihat Ibu memasak di dapur. Dia tetap cantik walaupun harus berkutat dengan masakan. Coba aku, pasti sudah jadi kapal pecah dapur ini saat memasak. Tapi jangan salah hasil masakanku selalu enak.
"Ibu tak mengerti dengan tingkah anak laki-laki Ibu, setiap hari selalu saja berebut. Kadang yang besar tak mau mengalah dan yang kecil hobi sekali mengganggu kakaknya" Ibu mulai angkat bicara setelah menyelesaikan beberapa masakan.
"Hahaha Ibu seperti tidak tahu saja mereka seperti apa. Kadang hal-hal seperti itu yang membuatku rindu akan rumah ini" jawabku sambil menata makanan di meja makan.
"Ah, Hyera tidak melihatnya setiap waktu. Coba kalau jadi Ibu, Hyera pasti mual melihat kelakuan mereka" Ibu berdecak tapi tetap dengan senyumnya.
"Siapa yang membuat mual Ibu? Jangan bilang Ibu hamil lagi??" kata salah satu anak laki-lakinya sambil menyomot makanan di atas meja.
"ADAAWWW!!! Sakit bu!!!" kata Minjun berseru sambil mengusap puncak kepalanya yang digetok Ibu dengan centong nasi.
"Mulutnya lhoh ya gak dijaga, anak siapa coba bisa bicara kayak gitu" Ibu sedikit kesal dengan omongan anaknya yang paling tua.
"Siapa yang hamil? Ibu hamil lagi?" seru suara berat yang yang tiba-tiba masuk ke ruang makan yang membuat kita semua menengok ke arah datangnya suara. Ayah.
"Ibu yah, katanya Ibu mual-mual. Ada dedek bayi di perut ibu" sekarang gantian Junhyun menyelutuk yang langsung di hadiahi Ibu cubitan di lengannya dan dia hanya meringis.
Ayah hanya tertawa lalu duduk di kursi sambil menunggu Ibu yang sedang menyiapkan minuman untuk Ayah.
"Ibu beneran hamil? Sejak kapan? Sudah berapa bulan?" kali Ini Ayah yang bertanya yang sukses membuat kami tetawa semua. Kecuali Ibu pastinya.
"Ayaaaahhh!!!"
Hal-hal seperti ini yang membuatku merasakan kehangatan keluarga yang sebenarnya.
"Nunaa!!!" Suara Junhyun membangunkanku dari lamunan tentang ingatan masa lalu.
"Kenapa melamun? Ayo masuk" ajak Junhyun menggandeng tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
RandomAku tak mengerti dengan segala keputusanku sekarang. Entah hal apa yang mendasari aku mau kembali ke sini. Beribu pertanyaan menenuhi pikiranku. Apakah aku siap? Apakah aku berani untuk berdiri tegak? Apakah aku sanggup menjelaskan semua apa yang te...