"Minjunaaa ~~~ ini untukmu" Sebuket bunga dari kertas warni-warni yang sangat rapi dan begitu indah.
"Untukku? kau membuatnya sendiri? yeppo" Dia mengangguk kecil dengan senyum yang mengembang. Cantik!
"Kau suka? aku membuatnya saat jam kosong tadi. Coba kau hitung jumlah bunga itu" suruhnya sambil menggandeng tanganku berjalan menuju taman belakang sekolah.
"Satu... dua... tiga.. " aku menghitung semua bunga yang di satukan itu. "Ada 27 buah bunga, aku sudah menghitungnya, lalu?" aku masih tidak mengerti dengan jumlah bunga itu. Tanggal ulang tahunku bukan, tanggal kami jadian juga bukan. Aku tak mengingat ada moment dengan tanggal 27 atau angka 27.
"Tak tahu?" dia berdecak, berpura-pura kesal yang malah membuatnya lucu.
"Iya aku tak tahu, cepat beritahu aku".
"Disana ada 20 bunga kertas warna biru dan 7 bunga kertas warna putih, itu mengartikan hari ini tanggal 20 di bulan ke 7. Tepat dua tahun yang lalu di tempat ini dan di tanggal ini kau dan aku bertemu untuk pertama kali. Pertemuan yang membuatku jatuh cinta pada pemilik suara yang selalu mengganggu kinerja otakku. Kau tahu waktu itu aku seperti terhipnotis dengan suaramu lalu secara tidak sadar aku masuk dalam pusaran pesonamu. Dan hari ini aku kembali jatuh cinta padamu, kali ini bukan karna suaramu tapi aku jatuh cinta pada semua yang pernah kau lakukan padaku dan juga senyum pagimu di depan kelas tadi. Itu membuat jantungku berdetak lebih cepat, kau harus bertanggung jawab" Aku menatapnya tak percaya, oh God dia mengutarakan perasaannya, sungguh luar biasa. Aku tak menyangka dia bisa mengatakan itu. Mengatakan 'Aku mencintaimu atau Aku juga mencintaimu' saja tidak pernah tapi hari ini dia mengatakan kalau dia jatuh cinta padaku? lagi? ingin rasanya sekarang aku melonjak kearahnya, memeluknya dan mengecup bibir tipis yang mampu mengucapkan kalimat-kalimat tadi.
"Kenapa diam? tak percaya dengan apa yang aku katakan?" Aku menggelengkan kepala tanda tidak setuju.
"Bukan berarti selama ini aku tidak membalas kata-kata cintamu aku tidak mencintaimu Minjuna" dia tersenyum menggoda lalu pergi meninggalkanku yang masih duduk mematung mempertidak percayai apa yang barusan aku dengar.
Aku mencintaimu Hyera. Yoon Hyera!.
***
Aku menggeliat di atas tempat tidur saat sinar matahari mulai masuk ke dalam kamar melalui celah-celah tirai jendela. Aku memimpikannya lagi. Selalu setelah aku mabuk pasti aku memimpikannya. Ini tidak terjadi satu atau dua kali tapi ribuan kali.
Aku bangun, memandang ke arah sudut ruangan. Memandang sesuatu yang ada diatas meja di sudut itu. Buket bunga kertas. Ya aku masih menyimpannya. Masih rapi masih sama masih seperti yang dulu hanya saja warnanya sudah mulai memudar seiring bergantinya hari. Aku menatap kosong buket bunga yang kutaruh di vas. Menatapnya sama seperti aku menatap wanita itu. Suara pintu kamarku di ketuk tapi aku hanya membiarkannya, sampai yang mengetuk pintu tidak sabar untuk menunggu dan masuk dengan sendirinya.
"Kau tuli huh?" katanya sambil merebahkan diri di kasur di sampingku. aku menoleh.
"Aku hanya membiarkannya, bukannya kamu sudah terbiasa masuk ke kamarku seenak jidat, jadi kenapa sekarang perlu mengetuk pintu?"
"Aku hanya tak ingin melihat kau tidak memakai apa-apa lagi sama seperti terakhir kali aku masuk ke kamarmu. Aku takut di perkosa olehmu" Dia beranjak dari tempat tidur sebelum mulutnya aku sumpal dengan bantal. Sungguh perkataannya kadang perlu di saring dulu di penyaringan tahu.
Dia hanya meringis melihatku. "Kau masih menyimpannya? ciih bunga sudah tak berbentuk begitu masih saja disimpan".
"Mungkin kau harus membuangnya, mungkin itu yang membuatmu tidak pernah bisa melupakannya. Semacam ada magis di bunga kertas itu atau bunga kertas itu sudah di jampi-jampi agar kau tidak bisa melupakannya" Dia terkekeh melihatku yang sudah berubah raut wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
RandomAku tak mengerti dengan segala keputusanku sekarang. Entah hal apa yang mendasari aku mau kembali ke sini. Beribu pertanyaan menenuhi pikiranku. Apakah aku siap? Apakah aku berani untuk berdiri tegak? Apakah aku sanggup menjelaskan semua apa yang te...