Part 6

64 13 6
                                    

Dering ponsel membangunkanku dari tidur yang nyenyak. Aku menggapai-gapai ponsel di sisi lain tempat tidurku dan tidak menemukannya yang otomatis memaksaku harus bangun untuk menemukan ponselku. Ternyata ada di bawah. Hee?? Di bawah?? Sejak kapan ponselku jatuh?? Aku meratapi ponsel kesayanganku itu dengan muka masam.

"Halloo, Hyera disini"

"Kenapa suaramu seperti orang yang sedang bangun tidur? Jangan bilang kau masih tidur?"

"Suaramu memekakkan telinga kalau kamu ingin tahu, kau mengganggu tidur indahku Doojoonaa" suara nyaringnya melebihi suara ayam berkokok.

"Kamu kemana saja? Dua hari tidak pulang?" tersirat dari suaranya kalau dia khawatir padaku.

"Kau pagi-pagi menelpon hanya karna itu? Ck...aku ada villa keluarga. Aku sedang ingin sendiri Doojoonaa ~ merefreshingkan otak" aku tertawa mendengar dia mendengus.

"Tunggu, kau bilang ada di villa keluarga?"

"Iya, tadi kan sudah aku bilang" sekarang gantian aku yang mendengus kesal.

"Villa keluarga kan ada di Daegu Hyeraya. Kau ada di Daegu sekarang?" suaranya mengeras membuat aku sedikit menjauhkan ponselku dari telinga.

"Tak perlu berteriak seperti itu juga, iya aku ada di Daegu sekarang kenapa?"

"Bukannya kamu gak mau ke Daegu lagi? Kenapa kamu sekarang ada disana?" ya terdengar sekali suara kakakku itu cemas.

"Aku sudah menentukan pilihan. Aku akan mengurus urusan disini, jadi oppa tak perlu khawatir. Nanti setelah dirasa otakku kembali fresh akan segera aku selesaikan masalah perusahaan"

"Kau serius? Kau sedang tidak kesambet apapun kan?"

"hahahaha" aku tertawa mendengarnya. "Tidak oppa. Aku serius, sangat serius malahan"

"Baiklah kalau itu memang keputusanmu, aku sangat berterimakasih kau bisa membantuku"

"Sama-sama, aku juga tidak ingin perusahaan yang dirintis Ayah dari nol mengalami kegagalan. Baiklah tutup teleponnya. Aku ingin tidur kembali."

KLIK

Ya aku sudah membuat keputusan. Aku tidak akan bersembunyi lagi. Aku akan mengahadapi apapun yang terjadi, karena semua itu konsekuensi dari apa yang telah aku mulai. Kalaupun aku harus bertemu dengannya aku takkan lari lagi. Aku akan menyelesaikan semua. Segala bentuk reaksinya akan aku maklumi, karena semua masalah bersumber dariku.

Entah aku kesambet apa, setelah melihatnya ada di pelukan wanita lain itu membuatku sedikit lega. Itu menandakan kalau dirinya baik-baik saja, kalau dirinya tak terpuruk dengan apa yang kubuat dengannya. Jika ditanya aku sakit atau tidak melihatnya ada di pelukan orang lain? aku tidak munafik, aku merasakan sakit saat melihatnya. Lubang itu semakin melebar sekarang.

Hari ini akan kuhabiskan untuk bersantai-santai saja. Dan mulai esok aku akan menghadapi apapun yang terjadi. Aku tidak akan bersembunyi lagi.  "Kau pasti bisa Hye!!"  batinku menyemangati diri sendiri.

*

Sudah hampir satu bulan aku disini. Ternyata membereskan kekacauan keuangan di perusahaan tidak bisa diselesaikan dalam beberapa hari. Hanya karna kesalahan satu orang bisa berakibat fatal dan berimbas pada tenaga kerja. Aku sangat prihatin saat pertama kali aku mulai mengelola perusahaan ayahku disini.

Tapi untunglah semua sudah mulai berjalan normal dan menunjukan kenaikan walaupun belum pesat tapi aku yakin kegigihan mereka bekerja akan membuat perusahaan bangkit lagi.

Aku menghela nafas dan mendaratkan tubuh dengan sempurna di sofa ruang kerja. Sungguh rasanya aku ingin memejamkan mata sebentar. Pekerjaan disini saat menguras seluruh tenaga dan pikiran.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang