Part 2

150 25 3
                                    

Hari ini aku berencana untuk menemui sahabat lamaku, sahabat yang dari dulu bersamaku dari saat kita masih menggunakan seragam sekolah dasar.

Nama kitapun hampir sama aku Hye Ra dan sahabatku Hye Na. Ntah dari mana takdir itu mempertemukan kita dan bisa bersahabat selama ini.  Hanya dia teman yang paling mengerti aku walaupun sebenernya aku memiliki kelompok teman ya bisa di bilang geng atau teman sepermainan.  Tapi tetap saja hanya Hye Na yang paling bisa kupercaya dan paling mengerti.

Aku memasuki cafe yang menjadi tempat favoritku bersama temanku-temanku dulu sebelum aku pergi.  Suasananya masih sama seperti sebelum aku meninggalkan kota ini lebih tepatnya negara ini, masih nyaman hanya sepertinya ruangannya di perluas.  Aku menyapu pandangan ke sepenjuru ruangan sampai seorang gadis di sudut rungan melambaikan tangan ke arahku.  Astaga dia semakin cantik saja batinku dalam hati sambil berjalan ke arahnya.

"Nayaaaaaaaaa ~~~~~ kangen" Aku  berhambur ke arah sahabatku ini. Ingin rasanya aku menangis saking rindunya.

"Hyeee,  nado bogoshipo!!!" Balasnya tak kalah erat memelukku. "Duduk Hye" suruhnya sambil menggiringku ke sudut ruangan.

"Bagaimana kabarmu Hye? Jahat kau tak pernah datang mengunjungiku" Rengeknya padaku.

"Baik naya.  Kau kan tau sendiri apa alasanku kenapa aku meninggalkanmu" Senyumku sedikit mengembang saat sahabatku ini hanya mengerucutkan bibir tipisnya. Dia terlihat sexy kalau kalian tahu.

"Lalu apa rencanamu sekarang Hye? Mau melanjutkan S2 atau malah mau mencari pekerjaan?" tanya naya antusias sambil mencicipi red valvet pesananku.

"Nay, itu kue ku!! Kau tak berubah sama sekali" Cibirku yang hanya di balas dengan cengiran Naya.

"Tak perlu kaget seperti itu Hye, bagaimana-bagaimana?."

"S2 pasti Nay, tapi aku mau membantu Doojoon dulu di perusahaan, dia tadi memintaku untuk besok datang ke perusahaan."

"Kau yakin mau ambil S2? Aku saja sudah mual membayangkan besok mendengar ceramah dosen, nanti kau menyesal sepertiku Hye mengambil S2 hahaha."

"Tidak" Jawabku tegas. "Kau tahu dengan pasti alasanku kenapa,  tak perlu harus aku jelaskan lagi kan?" sungutku.

"Ternyata masih sama."

Aku hanya meringis di depan sahabatku ini  "Kau bagaimana? Masih betah dengan Junho?" kataku sambil mengecek Line yang masuk, ternyata dari kakak ku.

Dia menghembuskan nafas. Aku langsung menebak kalau Naya sedang dalam hubungan yang tidak baik dengan Junho,  lebih baik aku tidak membahasnya bisa-bisa dia jadi bermood jelek.

"Aku sedang bertengkar dengannya"  lirihnya yang membuat aku berpaling dari hpku ke wajahnya.

"Kenapa? Kau terlihat frustasi sepertinya, biasanya kalau bertengkar dengannya kau tak sefrustasi ini."

"Dia lebih memilih untuk menjemput Jun. K dan bersenang-senang dengan 2PM dengan alasan karna mereka sudah lama tidak bercengkrama."

Aku mencelos ketika nama itu di sebut, aku terdiam selama semenit yang membuat Naya minta maaf karna menyebut nama itu.

Aku hanya menggeleng.

"Nay, aku gak kenapa-kenapa" yakinku pada Naya sambil tersenyum.

"Lalu kenapa kau terdiam setelah namanya kusebut?."

"Aku hanya belum terbiasa nendengar namanya lagi."

"Lalu kau akan menemuinya dan mengatakan semuanya?" tanyanya dengan matanya yang menatapku dalam.

Aku hanya menggeleng dan tidak berkata lagi.  Naya tidak membahas lagi ataupun bertanya lagi sampai kita memutuskan untuk mengakhiri pertemuan singkat kita hari ini.  Aku selalu bersyukur ketika aku tak ingin membahas sesuatu, Naya selalu tanggap akan sinyal dariku.  Aku beruntung memilikinya.

Kami saling berpamitan,  pelukan perpisahan kali ini tak menyedihkan saat 3 tahun yang lalu karena aku atau Naya tidak akan pergi jauh dan akan bertemu dalam waktu dekat. Aku melambaikan tangan dan mengatakan untuk hati-hati saat mengemudi.  Aku lelah.

⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫

Untuk kesekian kalinya aku harus menutup telingaku dari serentetan sumpah serapah dari laki-laki di sampingku ini. Aku mengemudi dalam diam sedangkan dia mengumpat kesal dengan ponselnya.  Oke sudah cukup hari ini dia mengomel seharian.

"YAAAA!!!!  LEE JUNHO!!! Bisakah kau diam saat aku sedang menyetir huh? Kau mengganggu konsentrasiku" keluhku padanya yang hanya diliriknya sebentar dan mencoba untuk menekan lagi sederetan angka di hp nya lalu mencoba untuk menelpon lagi,  dan untuk kesekian kalinya lagi dia mengacak rambutnya frustasi.

"Naya tak mau mengangkat teleponku hyung!! Itu nembuatku frustasi dari tadi" keluhnya padaku.

"Salahkan dirimu sendiri yang lupa pada janji yang kau buat, kau tahu sekali Naya paling tidak suka dengan orang yang tidak bisa menepati ucapannya."

"Lalu kenapa kamu memilih ikut berkumpul dengan kami tadi malam dan bukannya datang untuk menemuhi janjimu?" tuntutku pada Junho.

"Aku lupa, sungguh. Aku lupa kalau berjanji untuk makan malam dengannya, padahal aku yang memaksanya dan merengek untuk makan bersama" sesalnya.

"Kau tau itu dan seharusnya kau tau konsekuensi apa yang kau dapat,  untung saja kamu hanya di diamkan dan bukan di putusin" jawabku sambil menoleh melihat jalanan.

Aku menurunkun kaca jendelaku untuk membetulkan spion yang sepertinya ada yang tidak beres.  Saat hendak membenarkan spion aku melihat seseorang di sebrang jalan sana. Seseorang yang keluar dari sebuah cafe bersama dengan teman perempuannya.  Aku menyipitkan mataku untuk memastikan apa yang kulihat adalah salah. Siluetnya sangat aku kenal. Senyumnya, matanya, hidung,  tegap tubuhnya, aku sangat mengenal semua yang ada pada dirinya. Aku mengerjapkan mataku untuk sekali memastikan apa yang kulihat sebelum Junho berteriak di sampingku.

"HYUUUUNG!!! AWAAAAAAASSSS!!!" suaranya memekakkan telinga dan membuatku secara refleks mengerem mendadak agar tidak menabrak mobil di depanku.

"Kau mencoba membunuhku KIM MINJUN??? Kau berencana balas dendam karna seharian ini aku merecokimu begitu? Kau membuatku mati berdiri hyung!" omelnya yang tidak aku tanggapi,  aku malah membuka pintu mobilku dan keluar untuk melihat ke arah cafe dimana aku melihatnya.  Tapi tak ada apa-apa disana! Sepi!. Aku tak salah lihat lagi bukan? Atau aku hanya berhalunisasi tentangnya lagi?.

Aku menghela napas. Sejujurnya aku tidak tau apa yang akan aku lakukan seandainya apa yang aku lihat adalah benar. Aku tak tau harus bersikap bagaimana kalau bertemu dengannya.  Sejujurnya aku masih tidak siap.

Junho meneriakiku dari dalam mobil untuk segera masuk dan melanjutkan perjalan ke basecamp biasanya.  Anak-anak pasti sudah menunggu kami dari tadi.  Aku tak ingin mendapat muka masam dari mereka.  Aku masuk dan mengemudikan kembali mobilku dengan kecepatan penuh.

~continue~

jangan lupa koment, vote dan saran kritiknya ya,  di tunggu.

Terimakasih :)

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang