Chapter 3

0 0 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys! Happy reading...!

Ada kata pepatah Bagaikan menggenggam pasir semakin kamu genggam maka dia akan semakin cepat menghilang itulah yang difikirkan Kanaya saat ini disaat dia tengah menikmati makan siangnya sendiri di tempat favoritnya disekolah ini. Dibawah naungan pohon flamboyan yang rimbun dengan bunganya berwarna orange kemerahan tak sedikit bunga berguguran jatuh ketanah membuat tanah disekitarnya bagaikan permadani, Kanaya tersenyum dan dia segera duduk diantara akar-akar besar pohon dan tak lama gadis itu nampak begitu serius menulis sesuatu dalam bukunya.

Dear diary...
Kini hatiku seakan luruh
Mungkin sudah saatnya aku melepaskan rasa ini
Karena aku takut rasa ini semakin dalam dan akan menjeratku
Dadaku semakin sesak dan aku butuh bernafas...

Kanaya menghela nafas ditutupnya diary miliknya dan digenggamnya erat didadanya lalu diapun berdiri dan segera pergi dari tempat itu tanpa tahu bahwa sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan dirinya dari kejauhan.

Bel tanda berakhirnya jam pelajaran telah berbunyi. Dipintu gerbang telah berjajar mobil yang akan menjemput. Kanaya terlihat berdiri di sisi jalan menunggu mang Asep yang akan menjemput karena terlalu lama Kanaya pun memutuskan untuk menghubungi nomor mang Asep.

"Mang kok belum datang!"

"Aduh non maaf bannya bocor mana bengkelnya ngantri! gimana nih non mang Asep kepikiran non nunggunya kelamaan!"

"Bener bocor Mang? Nggak lagi pacaran sama bibik!"

"Nggak lah non kan pacaran sama bibik ada waktunya sendiri kalau tugas mah nomor satu!"

"Ya sudah nggak papa Naya naik bus aja ya sudah ya mang Naya pergi dulu Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam hati-hati non!"

Kanaya akan menyeberang jalan tiba-tiba ada Motor yang mendekat membuat Kanaya heran. 'Ah mungkin orang bertanya jalan!' pikirnya, dan saat orang itu membuka helmnya hati Kanaya seakan melompat karena Abrahamlah orang yang mengemudikan motor itu. 'Astaga hari inikan Sandra nggak masuk nggak salah kalau kak Abra naik motor!'

"Kanayakan!" Tanya Abraham sambil tersenyum ramah.

"Iya kak!"

"Kenapa kok masih disini belum di jemput?"

"Bannya bocor kak! jadi aku mau naik bis saja!"

"Kalau gitu naiklah akan aku antar!"

"Nggak usah kak terima kasih aku naik bis saja!" Kata Kanaya tersenyum  lalu dia berbalik dan bersiap berjalan.

Kanaya sudah siap melangkah namun sebuah genggaman di pergelangan tangannya mengurungnya.

"Kamu tidak terbiasa naik kendaraan umum, apalagi di saat waktu seperti ini bis akan sangat penuh!" Kata Abraham sambil menggandeng tangan Kanaya lalu memberikan helm padanya.

"Ayo naik tunggu apa lagi!"

"Iya kak!" kata Kanaya pelan.

Motorpun melaju membelah jalanan, hati Kanaya berdebar kencang seakan dia tidak percaya bahwa dirinya akan berada dalam boncengan Abraham laki-laki yang selama ini dicintainya dalam diam.

'Kenapa dia hadir saat aku ingin melupakan perasaan ini padanya!'

"Tunjukkan alamat rumahmu!"

"Jalan Ahmad Yani no 9!"

Motor melaju pasti ke arah alamat yang ditunjukkan Kanaya. 20 menit berlalu merekapun sampai.

"Masuk dulu kak!"

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang