PROLOGUE

2.5K 215 116
                                    

"Tranuuuu!!!! Denta lolos seleksi masuk tim inti dance sekolaaaaahhhh!!!!"

Tranu meringis saat Denta menarik tangannya dan mengajaknya berputar-putar. Sebelum akhirnya berhenti setelah mendapat jitakan sayang di kepala.

"Apasih? Gitu aja heboh banget. Gua lagi ngerjain fisika ini loh."

Denta menghentakkan kakinya. Ikut duduk di depan Tranu yang kembali sibuk dengan buku fisika.

"Tranu harusnya kasih selamat, dong. Kan Denta udah berhasil ngelewatin seleksi ketat itu."

Tranu memutar bola matanya malas.
"Oke. Congrats Denta. Dah. Minggir! Lo bikin fokus gua pecah."

Terdengar tidak ikhlas, tapi Denta manggut manggut saja. Bahkan hal sekecil itu bisa buat satu sekolah jadi kena efek pingsan berjamaah. Lebay? Enggak kok. Kalian memang belum tau saja selucu, sepolos, dan segemas apa seorang Denta.

Oke. Kuperkenalkan dulu.

Namanya Jenggala Denur Naratama. Tapi, lebih sering dipanggil Denta dari keluarga sampai menyebar ke teman-temannya. Pemuda manis yang sekarang jadi alasan seisi kelas memekik gemas sebab bibirnya mencebik lucu.

Anak yang langsung jadi bintang sekolah waktu pertama kali masuk gerbang SMA Aludra. Kata jamet sekolah yang suka berpuisi di depan pintu kantin,
"Senyumnya semanis gula. Gula pasir ditambah gula aren, tambah gula coklat, gula kastor, gula kristal, gula batu, dan gula tropicana slim. Binar matanya yang bagai bintang selangit saat menyabit, kujadikan list favorit. Pipi tembam yang selalu penuh terisi donat dan seringkali bersemu merah ketika digoda membuatku ingin mencium habisnya. Kupastikan bisa mati tervonis diabetes mellitus sebab melihat Jenggala Denur Naratama."

Eerrr... Yang satu itu berlebihan sih. Tapi intinya begitu.

Denta bukan anak yang memakai lotion bayi di sekujur tubuhnya, apalagi membedaki diri dengan Johnson's baby. Bukan juga anak yang menumpahkan sebotol parfum ke bajunya. Denta hanya anak biasa yang benar-benar punya mata selucu anak anjing. Wajah dan kulit selembut bayi baru lahir. Juga rambut pirang bau stroberi yang menguar dan anti apek walau terkena sinar matahari. Anak yang hatinya hanya diisi kejujuran dan otaknya penuh kesucian.

"Tapi Tranu, Angkasa Deon itu siapa ya? Masa tadi Denta dimarahin sama dia, padahal cuma minta ganti dua donat yang jatuh gara-gara dia nabrak."

Jrengg!! Genjrengan sumbang dari kumpulan siswa yang tadinya sibuk mengamen, mengheningkan kelas.

Semua orang yang mendengar kalimat Denta menatapnya tak percaya. Sebagian siswa membolakan mata sampai ada yang mulutnya menganga. Termasuk Tranu yang refleks berhenti menulis rumus untuk sepenuhnya mengatensikan diri pada pemuda di hadapan.

Denta memandang bingung seisi kelas. Dia jadi takut sendiri, badannya meremang seperti hendak di introgasi mati-matian.

"K-kenapa ya? Denta salah omong?"

"Denta, seriously? Lo gak kenal Angkasa Deon padahal udah satu setengah taun sekolah disini?"

Denta menggeleng.
"Tranu, Denta gak mungkin ngapal 1500 murid disini. 1500 loh. Denta butuh 150 pasang tangan baru bisa ngitung pake jari."

Helaan nafas jadi balasan yang didapat Denta. Seorang siswi menggeleng frustasi, mengurut keningnya sendiri.
"Tranu. Kasih paham coba."

Tranu menarik nafas panjang, menatap lekat manik Denta yang tampak kebingungan.
"Jadi gini loh Denta......"

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sajak SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang