Him?

638 131 42
                                    

Ini terbilang masih pagi. Umumnya, masih jam-jam dimana manusia semangat menjalani hari. Bahkan bel baru berganti jadi jam mapel kedua. Walaupun mapelnya bikin panas kepala, setidaknya guru kimia didepan sana mampu membangkitkan suasana.

Tapi tidak berlaku bagi Denta yang malah menyibukkan diri untuk melamun. Tangan kanannya memegang pulpen dan tangan kirinya tampak membolak-balikkan halaman paket kimia, namun pikirannya sedang melanglang buana. Saking seriusnya melamun, ia sampai tak berkedip dari 15 menit yang lalu.

Tangan Tranu yang menepuk punggung tangannya membuat ia berjengit. Menyadari tatapan seisi kelas yang tertuju padanya.

"Denta, apa sedang tidak enak badan? Perlu ke UKS?" Guru kimia buka suara, memecah hening yang dari awal mengisi ruang.

Denta yang masih bingung dengan keadaan, lekas menggeleng.
"Enggak kok, bu. Denta-"

"Bu, badan Denta panas deh." Tranu menaruh telapak tangan di dahi Denta. Lalu menatap yakin pada sang guru.
"Beneran bu. Denta panas. Saya temani ke UKS ya?"

"Oh ya sudah. Kalian ke UKS ya. Denta istirahat disana."

"Tapi-"

"Baik bu. Kita pergi dulu."

Tranu dengan segera mendekap tubuh Denta dan membawa anak itu keluar. Tidak membiarkan seorangpun dapat menyentuh tubuh pemuda itu.

"Tranu, Tranu-"

"Sshhhhttt." Telunjuk Tranu menempel sempurna di bibir Denta. Menarik sahabatnya menjauh dari depan pintu kelas.
"Kita bolos aja."

Denta hanya mengangguk. Lalu dengan segera berjalan mendahului Tranu. Membuat yang lebih tua sedikit berlari mengejar.

"Eh eh. Mau kemana?"

"Kan tadi izinnya ke UKS, jadi ya bolos di UKS aja."

Mulut Tranu tampak menganga. Heran dengan sikap Denta yang tidak seperti biasanya.
"Lo kok gitu?"

"Ha? Gitu gimana?"

"Lo gak nanya alasan gua bolos gitu? Gak bilang 'kok bolos sih Tranu? Nanti kalo ketinggalan materi bisa goblok.' Gak gitu?"

"Lagi males." Denta membuka pintu UKS. Masuk dan duduk di salah satu ranjang diikuti Tranu yang duduk di ranjang berhadapan dengannya.
"Lagian juga kalo Tranu ditanyain alesan bolos, pasti jawabannya lagi bosen sama kelas. Kalo gak gitu gurunya boring, gak asik. Denta tuh dah hapal."

"Ya iya sih." Tranu meringis. Membenarkan kalimat Denta yang rasanya tepat sekali.

Sedang Denta kembali ke aktifitas awalnya. Melamun. Menatap kosong pada jendela UKS yang terbuka dan menampilkan pemandangan taman sekolah. Beberapa siswa-siswi yang habis olahraga tampak bersantai disana, berlalu lalang dan ada juga yang berkumpul berbagi cerita. Namun bukan itu yang jadi bahan lamunan Denta. Ada hal lain, hal yang lebih besar ketimbang hutang Deon.

Helaan nafas keluar dari mulut Tranu. Mendapati kejanggalan dari sahabatnya itu, ia pun menepuk paha Denta. Menatap pemuda itu penuh tanya.

"Ngelamunin apa sih?"

Denta mendengus kasar.
"Lomba dance."

"Kenapa lomba dance-nya? Gak batal kan?"

"Ya enggak sih. Tapi-" Denta menggigit pipi bagian dalamnya. Kembali melamunkan keputusan coach-nya kemarin saat ia latihan dance.

~ ~ ~

Suasana ruang latihan dance jadi sunyi, setelah pernyataan coach mengenai keputusannya mengeluarkan Sidra dari club terdengar ke seluruh sudut. Ada yang menyayangkan, sedikit dari mereka. Kebanyakan, diam-diam mensyukuri keputusan si coach.

Sajak SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang