Antara Denta dan Baruna

823 151 106
                                    

Jam istirahat pertama di SMA Aludra. Kantin memang selalu ramai, tapi keramaian hari ini beda penyebabnya. Di salah satu meja, sedang ada dua pangeran Aludra yang lagi adu mulut. Beneran. Cuma adu mulut, tapi gak tau beberapa menit kemudian jadinya gimana.

"Gak gak." Baruna menggelengkan kepala sambil memperlihatkan senyum yang terkesan meremehkan.
"Gua tau otak lo ya. Gua hapal kelakuan lo. Gua udah khatam sama gerak gerik lo. Dan gua gak bakal biarin lo ngapa-ngapain Denta."

Sidra, yang jadi lawannya duduk santai. Bahkan tidak menatap wajah Baruna dan sibuk mengaduk milkshakenya.
"Emang di pikiran lo, gua bakal ngapain Denta sih?"

"Halah! Gak usah sok lugu kalo otak lo isinya barang setan semua!"

"Well. Liat aja nanti. Gua bakal ngelakuin hal yang lo pikirin itu atau engga." Seringaian muncul di bibir Sidra.

"Lo jangan macem-macem sama Denta, ya!"

Baruna bukan penyabar yang ulung. Dan kalimat Sidra barusan, membuat emosinya memuncak. Ia menarik kerah Sidra. Semua yang melihat peristiwa itu berseru. Para siswa bersorak mendukung, para siswi memekik tertahan. Lebaynya mereka takut kalau dua pangeran Aludra itu jadi babak belur.

"Eh. Eh. Bar, jangan gelut disini weh. Nanti kena tangkep BK." Niatnya melerai, namun Gibran malah kena sikut di pelipis mata oleh Baruna.
"Cuk!"

"Minggir lo! Ini urusan gua sama bajingan satu ini ya!"

Diluar ekspetasi. Setelahnya keadaan menghening. Rahang semua orang yang jadi penonton disana jatuh. Menganga tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Termasuk Gibran yang cengo dan lupa sama ngilu bekas sikutan Baruna.

Sidra terkekeh.
"Jadi, siapa yang bajingan disini? Lo? Apa Baruna?"

Wajah Baruna memerah. Dengan ujung lengan seragam, ia menghapus bekas ludahan Sidra di wajahnya. Lantas tersenyum dan tertawa sumbang beberapa saat.

BUGHH!!

"SIALAN!"

Dan sudah. Perkelahian tidak bisa dihindari lagi. Baruna yang emosional vs Sidra yang kekurangan akhlak. Perpaduan yang sungguh sempurna.

Gibran kelabakan sendiri. Dia gak bisa biarin keduanya babak belur sampai benar-benar bonyok, karena mereka sama-sama ikut lomba dan harus latihan intensif.

"Woy! Tolong tutup akses ke kantin! Jangan sampe guru-guru tau!"

Sekelompok siswa langsung membuat semacam blokade di depan pintu kantin setelah mendengar Gibran. Untuk penjual kantin, gampang. Bisa Gibran kasih uang untuk tutup mulut nanti.

Sekarang ini langkah jenjangnya mengarah ke kelas 11 IPA 3 yang ada di lantai satu. Untung sih. Gak terlalu jauh dari kantin, walsu harus naik tangga.

"Denta!" Kepalanya melongok ke dalam kelas. Membuat seluruh atensi disana terarah padanya. Termasuk Denta, Tranu, dan Trana yang kebetulan main kesana.

"Kak Gibran ada perlu?"

Gibran menghampiri meja Denta. Nafasnya ngos-ngosan ditambah pelipis yang tiba-tiba cenat cenut lagi.

"Baruna. Gelut sama Sidra di kantin."

Denta membolakan mata. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia langsung berlari menuju tempat yang dimaksud Gibran. Sedangkan Gibran dengan refleksnya menarik tangan Tranu yang ikut menarik tangan Trana.

Suasana di kantin masih sama. Tidak ada yang melerai. Bukannya tidak mau, tapi malah takut ikut kena tonjok. Dua orang ini selain jadi pangeran SMA, juga ibarat saingan ketat kejuaraan MMA. Susah diinterupsi.

Sajak SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang