Tok... Tok... Tok...
Sudah dari satu jam yang lalu suara ketukan pintu itu masuk ke rungu Trana, namun tidak sedetikpun pemuda itu menaruh atensi padanya. Trana hanya diam dan menghanyutkan diri dengan kanvas di depannya. Mengabaikan suara Tranu yang memohon mohon di balik suara ketukan itu.
Tranu yang sudah lelah, meluruhkan tubuhnya ke lantai. Duduk jongkok memeluk lutut dengan bersandar ke pintu kamar si kembaran. Dimusuhi oleh Trana adalah mimpi paling buruk yang ia dapatkan dan sekarang jadi kenyataan. Ah, rasanya dia mau menangis sekarang.
"Dante."
Trana berhenti menggerakkan kuasnya saat mendengar panggilan itu. Dante. Tranu hanya akan memanggilnya Dante, ketika pemuda itu merasa lelah dan punya masalah besar untuk diceritakan.
"Please, buka pintunya dong. Lo boleh marah, tapi seenggaknya denger penjelasan gua dulu, jangan diemin gua kayak gini. Lo boleh ngamuk, boleh mukulin gua, boleh ambil semua fasilitas gua, tapi jangan diemin gua."
Tangis Tranu mulai pecah. Dia sudah kehilangan kasih sayang orang tuanya, apa sekarang dia akan kehilangan kasih sayang saudara kembarnya juga?
"Dante, jangan ikut-ikutan mama papa."
Cklek.....
Tranu bangun dari duduknya saat mendengar suara knop dibuka. Dengan tegap kembali menghadap pintu, setelah mengusap kasar air mata. Siap menunggu Trana keluar dengan ekspetasi sang kembaran akan menampar atau memukulnya.
"Masuk." Ucapan Trana malah membuat tubuh Tranu mematung. Aura sang kembaran terlalu mendominasi, sampai dia gak bisa berkata-kata.
Karena terlalu lama, Trana berdecak dan langsung menarik tangan si kembaran masuk ke dalam kamar. Lalu menguncinya dan membiarkan Tranu berdiri begitu saja, sedangkan dia kembali sibuk dengan kanvasnya.
"Katanya mau ngejelasin." Suara Trana memecah hening yang ada, karena Tranu malah diam disana.
"Bingung mau mulai darimana."
Trana menghela nafas, lantas mulai bertanya dengan fokus yang tak beralih sedikitpun pada Tranu.
"Kenapa bisa sama kakak kelas itu? Kan udah gua bilang, gua gak suka sama dia, jauhin dia aja. Kenapa kemaren malah jalan berdua? Pake bohong ke gua lagi."Tranu menggigit pipi bagian dalamnya. Jari tangannya tak henti memilin satu sama lain.
"Na, maaf. Maaf kemaren udah bohong sama lo. Maaf kalo gua gak bisa nurutin permintaan lo buat jauh dari Kak Gibran. Maaf udah nyembunyiin status gua yang udah pacaran sama Kak Gibran.""Kalian pacaran?" Nada Trana masih sama dinginnya dan lebih sinis.
"Trana, lo tau kan perkara hati gak bakal bisa ditebak. Semua ngalir begitu aja. Dari pas pertama kali gak sengaja deket perkara Denta sama Kak Baruna, terus gak tau darimana dia dapet nomer gua dan aktif chatan, sering ketemuan, dan akhirnya jadian. Maaf, tapi gua gak bisa nolak dia. Gua udah terlanjur jatuh cinta ke Kak Gibran."
Trana hanya diam. Walau kelihatan gak peduli, telinganya sudah dipasang mode kelelawar.
"Gua gak tau sejak kapan, tapi kalo sama dia gua bakal ngerasa nyaman dan tenang. Perlakuan dia ngebuat gua jatuh hati. Gak. Gua sama sekali gak kepincut dia karena gombalannya, dia jauh lebih baik dari yang lo pikirin. Dia meluk gua pas liat gua capek, dia jadi good listener setiap cerita dan ocehan gua, dia ngehibur dan ngasih kata-kata penenang pas gua lagi down. Dia berhasil buat rasa hangat yang sebelumnya cuma gua temuin di diri lo."
"...."
Tranu mengambil nafas banyak-banyak, sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Trana, mungkin lo gak paham. Tapi dia bikin gua ngerasain punya pacar sekaligus ayah disaat bersamaan. Sejauh ini, perlakuannya cukup menuhin ekspetasi gua tentang kasih sayang seorang ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Swastamita
Fiksi PenggemarDi detik puncak renjana, mereka kembali mengingatnya. Angkasa tidak ingin Arnav pergi dari hidupnya. Namun kedatangan Jenggala, benar-benar mampu memporak-porandakan tata hatinya. • B×B • Harsh words • School life • Dom: Haruto • Sub: Junghwan & Jeo...