Verse

2.3K 463 36
                                    

Siang ini begitu terik, panasnya begitu membakar kulit, bahkan Jay yang sudah melapisi dirinya menggunakan jaket tetap merasakan panas membakar kulitnya. Jay berjalan melintasi lorong menuju apartemen tempatnya tinggal sekarang. Jay mendesah pendek ketika melihat pintu apartemennya sedikit membuka. Sial, pasti orang tuanya—entah itu mamanya atau papanya, berada di sini.

"Jay udah pulang?"

Ternyata itu mamanya.

"Mama kesini kapan?"

"Setengah jam yang lalu? Lupa mama. Kamu udah makan siang belum? Mama bawa lauk."

Jay melirik ke arah meja dimana lauk itu berada.

"Nanti aja."

"Jay ..."

"Aku mau ganti baju dulu, Ma."

"Oke."

Setelahnya terdengar suara pintu membuka kemudian menutup kembali. Sekitar dua puluh menit setelahnya, Jay keluar kamar lagi. Cowok itu sengaja berlama-lama di kamar, berharap mamanya yang super sibuk akan segera pergi, namun ternyata wanita itu masih setia untuk menungguinya.

"Udah selesai ganti bajunya?"

"Udah."

"Kalo gitu makan sini. Mama udah siapin nasinya, kamu tinggal pilih lauknya mau yang mana."

Jay menghela napas, lebih baik dituruti saja daripada ribet nantinya.

Jay mengambil nasi yang sudah mamanya siapkan, kemudian mengambil lauk yang berupa rendang kesukaannya itu.

"Jay ..."

"Hm?"

"Mama mau ngomong ..."

"Ngomong aja." jawab Jay di sela-sela makannya.

"Mama sama papa jadi cerai."

Gerakan mengunyah Jay terhenti sesaat, tapi itu tidak berlangsung lama karena Jay langsung melanjutkan makannya tanpa terlihat terusik sama sekali dengan fakta yang baru di dapatkannya.

"Oke. Terserah kalian aja."

"Jay ..."

"Gak ada untung atau ruginya buat aku. Hidupku juga bakal gini-gini aja. Aku gak peduli, lakuin aja apa yang kalian mau."

"Jay, dengerin mama dulu..."

"Apa kalo aku dengerin semuanya bakal balik jadi kaya semula?"

"Jay!"

"Aku bener gak peduli kalian mau ngapain. Aku capek, Ma. Mau seberapa keras aku nentang pun, hasil akhirnya tetap sama kalian."

Jay bangkit dari duduknya, membawa piring yang sudah kosong menuju wastafel.

"Kamu mau ikut mama atau papa Jay?"

Jay tersenyum miris. Apa tidak ada kalimat lain yang bisa diucapkan?

"Aku sendiri."

"Jay ..."

"Terserah kalo kalian mau cabut semua fasilitasku, aku gak peduli. Aku masih bisa cari kerja, kalo gak bisa masih ada oma yang mau nampung aku. Gak perlu pusing mikirin aku."

"Jay! Kenapa kamu jadi seperti ini?"

"Apa? Aku biasa aja, yang aneh itu kalian. Tiba-tiba aja hubungin oma buat aku pindah bareng sama kalian setelah bertahun-tahun dibuang. Aku pikir setelah itu aku bakal dapet kebahagiaan, taunya aku cuma dijadiin bahan pamer ke rekan kerja kalian, dengerin kalian ribut tiap hari."

Moonlight ; Jaywon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang