Chorus

2.2K 445 50
                                    

Jay mengetuk-ngetukkan jarinya pada pinggiran bangku yang tengah dia duduki. Sudah lima belas menit sejak si bocah berisik itu mengajaknya untuk bertemu, namun hingga sekarang belum terlihat batang hidungnya.

"Nipu apa ya?" Jay bergumam sendiri.

"Pulang aja kali gue ya?"

Belum sempat niatnya itu terlaksana, Jungwon datang dengan terengah-engah dari arah yang berlawanan.

"Maaf, aku telat."

"Ck. Kalo sibuk gak usah sok minta ketemuan. Buang waktu gue aja lo."

"Maaf. Ada urusan sebentar tadi."

"Yaudah cepet mau apa?"

"Mau balikin uang yang aku ngutang waktu itu."

"Ck. Transfer aja kenapa sih? Jaman udah canggih juga."

"Sengaja. Kalo transfer kan gak bisa ketemu kamu, Kak. Jadi aku maunya bayar langsung, hehe."

Tolong seseorang tahan Jay untuk tidak mengajak cowok ini baku hantam sekarang!

"Kak Jay..."

"Apa lagi?"

"Kembaliannya mana? Kan aku ngasih uangnya lebih."

Mulut Jay terbuka saking tidak percayanya dengan anak ini. Kembali 200 rupiah dia pertanyakan? Memangnya dia petugas minimarket atau apa?

Jay merogoh saku celananya, "Ambil! Ambil duit lo, udah gak usah ganti."

"Wah serius? Kak Jay gentelman banget, makin suka."

"Serah lo, pokoknya gue mau pulang."

"Kak Jay mau pulang?"

"Iya." Jay melirik Jungwon yang menatapnya penuh harap.

"Apa? Maksud lo apa natap gue kayak gitu?"

"Mau pulang bareng Kak Jay? Ya? Ya, boleh ya?"

"Gak."

"Boleh lah."

"Gak."

"Mau ikut Kak Jay."

"Pergi lo jauh-jauh dari gue."

"Mau ikut Kak Jay pulang."

"Jungwon! Go away!"

"Mau ikuuuut!"

Selanjutnya, terjadilah sesi kejar-kejaran seperti drama india di sepanjang jalan dari taman depan kantin tempat mereka bertemu tadi hingga tempat parkiran dimana Jay memarkirkan motornya.

---


Pada akhirnya, sesi perdebatan tadi siang dimenangkan oleh Jungwon. Kini cowok manis itu sedang berada dalam boncengan Jay dengan kondisi setengah tertidur.

"Jungwon lo jangan tidur!"

"Gak kok." Jawab Jungwon lirih, Jay dapat melihat kalau mata cowok itu terpejam dari spion.

"Nanti lo jatuh anjir!"

"Aku pegangan kok."

Jay melirik tangan Jungwon yang memegang pinggiran jaket yang dikenakannya.

"Jungwon, sadar Jungwon jangan tidur!"

"Gak tidur."

Jay menatap detik di lampu merah yang sebentar lagi habis. Sialan! Kenapa anak ini merepotkan sekali?

"Sumpah ya Jungwon, gue belom mau masuk penjara gara-gara lo jatuh dari motor gue."

Setelah mengatakan itu, Jay langsung melingkarkan kedua tangan Jungwon pada perutnya, memegangi tangan mungil itu dengan sebelah tangannya.

"Demi Tuhan gue gak niat modus."

Berbeda dengan Jay yang tengah berperang batin itu, Jungwon malah dengan santainya menyandarkan tubunya di punggung Jay, memejamkan matanya sepanjang perjalanan pulang.

---

"Udah sampe. Turun. Udah mau ujan nih."

Jungwon turun dari boncengan Jay dengan wajah masih setengah mengantuk.

"Makasih, Kak Jay."

"Oke. Terus?"

Jungwon menaikkan sebelah alisnya, "Terus apa?"

"Ya anjir! Duit ganti bensin lah."

"Kok Kak Jay pamrih sih?"

"Pamrih gimana anjir. Tau diri lah lo."

Jungwon mencebik. "Aku gak punya duit."

"Yang tadi? Yang mau buat ganti gue?"

"Ih, masa udah dibalikin diminta lagi. Gak boleh tau, dosa."

Jay sudah membuka mulutnya untuk membalas, namun kembali terkatup karena yang dikatakan Jungwon ada benarnya juga.

Jay menghela napas, "Semoga ini semua menjadi amal ibadah gue buat di akhirat nanti."

"Aamiin."

Jay menghidupkan motornya kembali, baru mau berpamitan pulang, tiba-tiba hujan deras mengguyur dengan cepatnya.

"Ujan! Ujan!"

Jungwon berlari masuk menuju rumahnya, mengabaikan Jay yang panik juga karena mulai kebasahan.

Moonlight ; Jaywon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang