#3

357 51 5
                                    

...

"Noya! Dan Asahi!" Suga tersenyum saat kedua temannya masuk. "Sudah beberapa hari. Apa kabar kalian? Bagaimana dengan tim? Aku mendengarnya dari Daichi kalau kalian semua berencana untuk mengunjungi besok ketika aku sudah dibebaskan, dan dia juga bilang aku  harus memberikan reaksi yang terkejut."

Sudah beberapa hari berlalu setelah perkemahan musim panas berakhir. Suga telah dipindahkan dari rumah sakit di Tokyo ke rumah sakit di Sendai. Seluruh anggota tim tahu bahwa dia akan tetap tinggal di sini selama beberapa hari sampai dia stabil dan para dokter dapat melakukan beberapa tes padanya. 

Suga tersenyum. Asahi tampak seperti hampir muntah karena situasinya. Sedangkan Noya terlihat sangat marah. 

"Kenapa kau berhenti kemo padahal kau belum sembuh?" 

Sugawara menghela nafas. "Jadi itu sebabnya kau datang kemari." 

Asahi menatap kakinya karena malu. "Maafkan aku. Aku tahu kau tidak ingin aku memberi tahukan soal ini pada siapa pun..."

"Tidak apa-apa. Kau selalu payah dalam hal menyimpan rahasia. Dan jika ada orang yang mencari tahu tentang rahasianya, sudah pasti orang itu adalah kau, Nishinoya." Suga menoleh ke Noya. "Ya itu benar. Aku tidak melanjutkan lagi kemoterapiku. Aku baru saja bertemu dengan orang tua dan dokterku, dan kami sepakat bahwa ini adalah yang terbaik." 

"Kenapa? Karena kau pikir kau lebih baik dari siapapun?" 

"Tidak," jawabnya sambil tertawa. "Karena ini lebih mudah." 

Nishinoya langsung bergetar karena marah. "Jadi, kau hanya akan mengambil jalan keluar yang paling mudah? Itu saja?" 

"Noya," Asahi memperingatkan. "Kumohon." 

"Suga-san yang kukenal tidak akan menyerah begitu saja! Dia akan bertarung dengan apapun yang dia miliki!" 

Suga menatap keluar jendela. "Dia biasanya akan melakukan itu, bukan?" 

"LALU KENAPA KAU TIDAK BERJUANG? MENGAPA KAU MENYERAH?"

"Noya!" Asahi mulai memarahinya, tetapi dihentikan oleh Suga. Temannya itu menggelengkan kepalanya sebelum memberikan senyuman sedih pada Nishinoya. 

"Karena keadaanku tidak kunjung membaik." 

Keheningan yang mengikuti kata-kata itu sangat mematikan. Nishinoya berdiri, mendidih karena amarah, tapi di balik semua kemarahan itu, Suga bisa melihat emosi lain di matanya. 

Ketakutan. 

"Maksudnya apa?" dia bertanya, suaranya sangat pelan. 

"Itu," Suga memulai, lalu berhenti sejenak. Dia menelan salivanya. "Artinya sama saja seperti apa yang baru saja aku katakan. Kondisiku tidak akan menjadi lebih baik. Aku akan mati. Aku akan mati, dan tidak ada satupun sesuatu di dunia ini yang bisa menghentikan itu. Aku telah berbohong kepada semua orang ketika aku bilang bahwa kondisiku sudah menjadi lebih baik. Rasanya memang agak sedikit seperti itu, apalagi waktu aku masih bisa pergi ke sekolah dan latihan. Tapi itu sudah semakin buruk. Kankernya sudah menyebar, dan bahkan kemoterapi yang agresif tidak banyak membantu. Dokter bilang itu penyakit terminal." (read komen)

Noya hanya menggelengkan kepalanya sambil mundur ke belakang, matanya kosong. 

"Kau pasti sedang berbohong." 

"Mengapa aku harus berbohong tentang sesuatu yang berharga seperti kehidupan manusia?" Ada nada tegas dalam suara Suga yang membuat Nishinoya sedikit tersentak. Ekspresi setter itu melunak dengan segera. "Maafkan aku. Aku baru saja diberitahu bahwa mereka tidak dapat menghentikan penyebaran kankernya. Sekarang sudah mencapai Stadium Empat. " 

Four out of Six [DaiSuga] #INDONESIAtranslateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang