#4

307 43 3
                                    

...

Empat hari telah berlalu sejak ciuman itu, dan Daichi menghindari topik itu dengan sekuat tenaga. 

Semua orang sepertinya menyadari ada yang tidak beres dengan kapten dan wakil kapten mereka. Daichi jadi lebih sopan dan menjaga jarak dengannya. Suga, sementara itu, tampak lebih sedih dari sebelumnya. Tim mereka mengira bahwa ini terjadi karena dia tidak diizinkan untuk ikut berlatih dengan mereka, tetapi hal itu menjadi semakin jelas terlihat kalau penyebabnya adalah karena seseorang. 

Orang yang paling tidak mungkin maju yang akhirnya mencoba untuk menghadapi kapten tim ini. 

"Asahi?" Daichi tersenyum. "Ada apa?" 

"Kau. Uh, mungkin aku salah mengira. Tapi sepertinya ada sesuatu yang tengah mengganggumu." 

"Apakah itu terlihat begitu jelas?" 

Seringai kecil Asahi adalah jawaban yang dia butuhkan. Daichi menghela nafas dan bersandar. Diam tanpa suara.

Asahi akhirnya sedikit menekannya. "Apakah ini ada hubungannya dengan Suga."

"Benar." Dia berhenti. "Aku, tidak ingin membicarakannya. Setidaknya, tidak di sini." 

Asahi mengangguk. "Um... Orang tuaku tidak ada di rumah, silahkan jika kau ingin mampir." 

"Terima kasih."

. . . . . . . . . .

"Dia menciummu?!" 

"Jangan keras-keras!" Keluh Daichi. 

"Maaf maaf." Asahi merendahkan suaranya, meskipun dia sebenarnya ingin mengingatkan pada Daichi bahwa tidak ada orang lain di rumahnya. "Um, jadi bagaimana?" 

"Asahi, aku pikir kau salah paham. Suga itu teman sekelas kita dan rekan satu tim kita juga. Dia, menciumku." 

Asahi mengangguk pelan. "Lalu...?" 

Daichi menjatuhkan diri ke punggungnya. "Lupakan."

"Tidak, katakan padaku apa yang salah." 

Daichi ragu-ragu. "Asahi, aku bukan... gay." 

"Kau tidak harus mengatakannya seolah itu adalah penyakit. Menjadi gay itu bukan sesuatu yang kotor dan salah." 

Daichi berbalik. Kerutan terus-menerus di wajah Asahi semakin dalam. 

"Oh, jangan bilang kau salah satu bagian dari orang-orang lurus yang seperti itu." 

"Apa maksudmu 'salah satu dari orang-orang lurus yang seperti itu'? Kenapa kau mengatakannya seolah kau sendiri gay?" 

Keheningan yang mati mengambang diudara begitu saja. 

Daichi butuh beberapa saat untuk menghitung apa yang terjadi. Dia terkesiap. 

"Tunggu... Asahi, kau tidak itu... kan?" 

Asahi membuang muka enggan menatap. 

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Daichi.

"Karena aku takut hal seperti ini akan terjadi." Daichi merasa benar-benar malu pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia membuat salah satu teman terdekatnya merasa bahwa jika temannya ini mengaku tentang hal itu berarti dia akan menolak mereka? Kapten macam apa dia? Teman macam apa dia? 

Asahi segera memahami kesulitan yang tengah Daichi rasakan. 

"Tidak apa-apa! Kau adalah orang pertama yang aku beri tahu soal ini, tapi ternyata itu tidak seburuk yang aku kira." 

Four out of Six [DaiSuga] #INDONESIAtranslateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang