07

48 19 0
                                    

Sesuai dengan kesepakatan tadi pagi, malam ini Hana memutuskan untuk menginap di rumah Jeno.

Setelah Hana mengemasi beberapa pakaian ganti miliknya, Jeno langsung mengajak Hana untuk segera kerumahnya yang terletak tak terlalu jauh.

Di tengah perjalanan, Hana merasa situasinya dengan Jeno jadi sangat canggung. Ini adalah kali pertama baginya untuk mengunjungi rumah Jeno, walaupun Jeno sudah sering berkunjung ke rumah Hana.

Saat sampai di depan pintu rumahnya, Jeno mempersilahkan Hana untuk masuk terlebih dahulu.

"Anggap saja disini seperti rumah sendiri, buat dirimu nyaman. Oh ya kau bisa tidur di kamar yang ada di lantai atas." Jeno menunjukkan tangga menuju lantai dua rumahnya.

"Aku akan mandi dulu." Sambungnya dan meninggalkan Hana di ruang tamu sendirian.

Tak ingin kebosanan saat menunggu Jeno, Hana memutuskan untuk berkeliling dan melihat-lihat rumah Jeno.

Hana sedikit takjub melihat rumah yang begitu rapi dan terawat, padahal Jeno hanya tinggal sendirian di sini. Rumah ini tergolong cukup mewah, di lihat dari furniture dan interior yang cukup mahal.

Dia terus berkeliling hingga kakinya berhenti tepat di depan pigura foto besar yang tergantung di dinding ruang keluarga.

Di foto itu terlihat seorang gadis yang menggunakan dress putih selutut sambil memegang buket bunga anggrek putih. Terlihat sangat anggun dan berkelas.

"Cantik sekali..." Puji Hana yang terpesona melihat gadis berambut hitam legam dengan tatapan teduh ini.

Namun perhatiannya sedikit teralihkan kearah sudut kanan di bagian bawah foto ini.

"Lee Jeena - 1998." Ucap Hana pelan membaca tulisan kecil di sana.

"Kau sedang apa ?"

Hana langsung menoleh ke sumber suara dan melihat Jeno yang rambutnya masih setengah basah dengan handuk masih menggantung di lehernya.

"Dia siapa ?" Tanya Hana sambil tetap fokus memperhatikan wanita dalam foto itu.

Tak langsung menjawab pertanyaan Hana, Jeno memutuskan duduk di sofa yang tepat berada di sebelah Hana sambil menyandarkan tubuhnya dan merentangkan kedua tangan.

Di pandangnya foto itu lalu Hana secara bergantian. "Ibuku. Wanita yang sedang kau tatap itu adalah ibuku." Jawabnya pelan.

"Lalu sekarang dia di mana ?" Tanya Hana lagi.

"Dia sudah meninggal, 5 tahun yang lalu." Jelas Jeno.

Hana sedikit merasa bersalah telah menanyakan hal itu pada Jeno. "Oh, maafkan aku Jeno." Sesalnya.

Jeno merubah posisi duduknya menjadi tegak menghadap kearah Hana. Ditatapnya gadis itu lekat.

"Ibuku adalah orang yang paling aku sayangi di dunia ini. Tapi ayahku merebutnya dariku."

Hana membalas tatapan Jeno dengan perasaan sedikit prihatin. Dia pasti merindukan ibunya pikir Hana.

Jeno tertawa kecil saat melihat ekspresi Hana yang langsung berubah drastis. Ia segera berdiri dan menepuk-nepuk puncak kepala Hana dengan pelan.

"Hey jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Aku sudah tidak pernah sedih lagi."

Hana mengangguk paham dan tersenyum kepada Jeno.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita menonton sebuah film saja." Ajak Hana pada Jeno.

"Ide yang bagus, baiklah ayo kita menonton film."

foreigners •||Jaemin||•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang