Chapter 3

356 39 0
                                        

Oke Chapter 3 masih pendek aja wkwk

Chapter 3

Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto, saya cuma pinjem karakternya saja

Sasuke mengusap rambutnya ke belakang dengan kasar, kemudian menghela napas panjang. Sarada tidak bisa tenang, dia tidak berhenti menangis sejak tadi sore. Sasuke sudah kehilangan kesabaran lagi, dia benar-benar bingung menghadapi sikap Sarada.

Sasuke kemudian menggendong Sarada yang sedang mengamuk di lantai. Usaha Sasuke menggendong Sarada tidak semulus yang dipikirkan, Sarada tidak bisa diam dan malah memukul-mukul dada Sasuke.

"Sarada gak mau Papa!" teriak Sarada diiringi isakan pilu. Sasuke hanya menatapnya sedih sambil berusaha menyeimbangkan kekuatan tangannya menggendong Sarada yang memberontak.

"Sarada mau apa?" bujuk Sasuke lembut sambil menghapus air mata Sarada.

"Sarada mau Mama!" tangis Sarada semakin kencang.

Sasuke hanya tersenyum pahit dan mengeratkan gendongannya pada Sarada. Sarada mulai berhenti memukul dada Sasuke, perlahan dia melingkarkan kedua tangan mungilnya ke leher Sasuke. Namun, tangisannya masih belum berhenti.

"Sarada kangen Mama?" tanya Sasuke lembut sambil menepuk punggung Sarada. Sarada mengangguk di lekukan leher Sasuke, masih terdengar isakannya.
"Papa juga kangen Mama," lanjut Sasuke menerawang.

Lama-kelamaan tangisan Sarada akhirnya mereda, perlahan dia mengangkat wajahnya dan menatap Sasuke dengan mata hitam bulatnya. Sasuke membalas tatapannya dengan senyum lembut dan tangannya mengusap air mata Sarada.

"Papa kangen Mama?" tanya Sarada. Sasuke mengangguk pelan.

Perlahan tangan mungil Sarada menyentuh pipi Sasuke, Sasuke menatapnya heran.

"Tapi papa gak nangis?" ujar Sarada polos.

Sasuke mengusap lembut rambut hitam sarada yang menutupi matanya, menatap Sarada dengan menyunggingkan senyum tipisnya.

"Papa harus terlihat kuat di depan Sarada," ucap Sasuke tegas. "Biar Papa bisa jadi tempat nangisnya Sarada," lanjutnya terkekeh.

"Sarada gak nangis!" tegas Sarada tiba-tiba.

"Tadi nangis pengen Mama, gak mau sama Papa," balas Sasuke menahan tawa. Matanya menatap serius kedua bola mata hitam milik Sarada.

Sarada memalingkan wajahnya kemudian jemarinya menarik-narik kaos Sasuke. Sasuke hanya menatapnya maklum.

"Sarada gak nangis, Sarada kangen Mama," bisik Sarada pelan sekali.

"Sarada sayang sama Mama?" tanya Sasuke lembut, Sarada mengangguk tanpa menatap Sasuke. "Sarada tidak ingin Mama sedih?" Sarada mengangguk, masih tidak mau menatap Sasuke.

Menghela nafas pelan, Sasuke kemudian mencium kepala Sarada dengan lembut.

"Kalau gitu jangan rewel lagi, ya? Kasihan Mama nanti sedih," ucap Sasuke di atas kepala Sarada, Sarada mengiyakan dengan memeluk erat leher Sasuke.

Perlahan Sasuke melangkah memasuki kamar Sarada, dirinya mendudukan tubuhnya di atas kasur sambil menyalakan lampu tidur Sarada. Tangannya kemudian berpindah menepuk-nepuk lembut punggung Sarada.

"Sarada tidur, ya? Sudah malam," Sarada hanya mengangguk, kemudian perlahan melepaskan pelukannya dari leher Sasuke.

Dia melepaskan diri dari rangkulan Sasuke, kemudian beringsut mendekati bantal tidurnya. Dengan bantuan Sasuke, selimutnya ditarik sampai ke dagunya.

"Sarada sayang Mama," ucap Sarada pelan. Sasuke tersenyum lembut kemudian dirinya mengecup dahi Sarada.

Sasuke kemudian beranjak dari posisi duduknya berniat pergi tidur ke kamarnya. Namun, tangannya terasa ada yang memegang begitu erat. Saat menoleh ke belakang, Sarada menatapnya dengan mata besar yang polos.

Alis Sasuke terangkat satu, dia tidak mengerti apa yang mau Sarada lakukan. Baru saja Sasuke akan membuka mulutnya untuk bertanya, Sarada memotongnya dengan teriakan cerianya.

"Sarada sayang Papa!" ucap Sarada sambil nyengir memperlihatkan deretan gigi susunya.

Sasuke tertegun sejenak, dengan mata yang terbelalak kaget. Perlahan ekspresinya melembut, tangannya perlahan menyentuh kepala Sarada.

"Papa juga sayang Sarada," ucap Sasuke lembut membuat Sarada melebarkan senyum manisnya.

Kemudian Sarada menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut, Sasuke yang melihatnya hanya menggeleng, dan dirinya pun beranjak keluar dari kamar Sarada.

TBC.

Just You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang