Are You Ready?

466 25 11
                                    

Author : Hui (@huishere)
Pairing : Madmak
Rating : General Audience


“Tapi kamu sudah tau Daeyeol itu yang mana kan?”

“Sudah ayah, masa Bomin sudah siap rapi begini terus nggak tau mukanya kak Daeyeol yang mana.”

“Ya sudah, bagus kalau begitu. Ayah cuma nggak mau kamu malu sendiri karena
menghadap pimpinan perusahaan yang bakal jadi suamimu.”

“Dih, bukan perusahaan aku, aku magangnya di kantor kak Sungyoon!”

“Ya kantor Sungyoon itu anak perusahaanya juga, artinya dia tetap bosmu.”

“Bodo amat, nanti juga jadi suami.”

“Ya bagus lah kalau kamu mikirnya begitu, berarti ayah nggak perlu khawatir ya kamu
bakal kabur kalau pernikahan nanti.”

“N-Nggak usah ngomongin itu! Masih lama!”

“Tinggal tiga bulan sayang, tiga bulan itu nggak lama.”

“Ya ya ya, udah sana ayah balik ngurus investor aja, jangan ganggu aku mau ketemu tunangan!”

Blam!

Bomin hela napas panjang setelah memaksa ayahnya keluar dari kamarnya. Jadi salah
satu dari beberapa Choi memang bukan pilihan yang mudah, perjodohan sudah seperti tradisi keluarga. Sungguh kata orang-orang dunia bisnis, generasi keluarga Choi di era ini adalah yang paling makmur, karena nggak ada seorangpun yang membantah terjadinya perjodohan, tentu saja termasuk Bomin.

Bomin tau betul, dijodohkan adalah sesuatu yang wajar dalam dunia perbisnisan. Bukan hanya untuk mempertahankan dan memperkuat bisnis keluarga tapi juga untuk menjaga derajat dihadapan orang lain, bahwa setiap anggota keluarga baru haruslah orang baik- baik dengan latar belakang yang baik juga. Dan dengan pemahaman itu Bomin sama sekali nggak berniat menolak perjodohan, selagi calonnya adalah orang baik yang mau
menerimanya, dia nggak masalah.

Lantas untuk apa Bomin menghela napas frustasi? Jawabannya cukup sederhana sih,
bukan karena tunangannya adalah orang yang lima tahun lebih tua, bukan juga karena tunangannya adalah pimpinan perusahaan besar, atau karena ada rumor kalau tunangannya itu berhati dingin dan nggak ramah sama sekali―padahal Bomin yakin kalau tunangannya nggak mungkin orang seperti ini. Jawabannya adalah karena ini adalah kali pertama mereka bertemu.

Oke, pertama kali bertemu tunangan saat tiga bulan lagi kalian akan menikah? Ini
memang gila. Tolong salahkan Bomin yang terus menunda pertemuan mereka sampai
nggak sadar kalau waktu mereka menikah akan semakin dekat, bagaimana kalau sampai hari pernikahan nanti Bomin malah membuat suasana jadi canggung?

“Tuan muda, tunangan anda sudah menunggu dengan mobilnya di bawah. Apa perlu saya panggilkan kemari?” Salah seorang pelayan datang dan bertanya.

“H-hah… Nggak usahh!! Nant-Nanti aku turun!” Lalu seribu satu pikiran dan scenario aneh dari otak Bomin tiba-tiba berlarian di sana, bawa empunya untuk beranjak dari tempat dan bergegas turun ke bawah.

Bomin terus memukul wajahnya dengan kesal, dia nggak boleh takut begini! Mereka itu akan menikah tiga bulan lagi loh, tiga bulan!

“Lama ya?”

Lalu jantungnya berdegup sepuluh kali lebih kencang begitu ada suara asing yang
menyapa dari depan pintu masuk. Ada sosok tunangannya di sana, dengan kemeja krem dan celana kain biru, seperti pekerja kantoran yang santai, tapi Bomin nggak bisa bantah kalau aura orang pada tunangannya itu sangat kuat.

“E-eh kak Daeyeol kan? E-em s-salam kenal ya! Aku Bomin!” Ada rasa ingin rutuki diri
sendiri, itu dia bertanya lama atau tidak tapi nggak dijawab, malah kenalan padahal jelas- jelas Daeyeol sudah kenal dia, bodoh!

DESSERTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang