Bab 33: Kau pun Tersenyum

153 12 0
                                    


Sungguh senang rasanya ketika melihat wajah Anggas yang sumringah dari pagi hingga saat ini, laki-laki itu penuh enerjik dan semangat empat lima yang luar biasa besarnya. Bahkan Sangga sendiri dibuat aneh dan merasa bahwa ada sesuatu yang kini sedang merasuki tubuh laki-laki yang kerjaannya berada di dapur setiap saat. Kabar menggembirakan itu justru langsung disebar olehnya dengan perasaan bersyukurnya dan kehendaknya yang diluar batas manusia. Dia begitu senang sampai-sampai deretan gigi putihnya terukir disana tersenyum seperti tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, kejadian-kejadian pahit yang terjadi sirna begitu saja di hidupnya, lega rasanya.

"Alhamdulillah selamat ya Anggas." Elusan kepala menggambarkan bagaimana Sangga ikut bahagia karena mendapatkan kabar itu. Hingga siang ini, di hari bulan kelahirannya ia sampai-sampai mengatakan apakah ini memang sudah takdir dan apakah ini kado dari ulang tahunnya yang menginjak 19 tahun. Anggas tidak tahu yang jelas kabar ini sungguh-sungguh membuat semua orang bahagia mendengarnya terlebih Kyler yang langsung menelfonnya dan mengucapkan selamat di tengah-tengah kegiatan belajarnya bukannya ucapan positif yang diberikan Anggas namun na'as keberuntungan tidak berlaku untuk pria besar disana. Kyler mendapat omelan dan jalan terbaiknya adalah sambungan telepon itu langsung di putus begitu saja.

"Wah Mas, aku harus beli kartu transportasi berarti, sekarang apa-apa udah pakai elektro-" ucapannya terhenti ketika Sangga melihatnya dengan tatapan sendu dan aneh yang saat ini sedang duduk di sebelahnya.

"Mas kenapa?"

"kalau nanti ada sesuatu hal yang buat kamu marah karena sudah terlanjur bahagia, apa kamu mau terus bahagia dan melupakan amarah itu?" Anggas tidak mengerti terdengar rumit dan sangat tidak jelas untuknya.

"Apasih Mas?"

Hembusan nafas dari Sangga sepertinya menandakan bahwa laki-laki ini sedang membuat keputusan yang pastinya ada sangkut paut dengan dirinya. "bilang aja Mas."

"kalau bilang duluan nanti kamu terlanjur kecewa, sejujurnya Mas takut." Katanya, berhasil membuat Anggas terdiam karena penuturan yang kedengarannya aneh. Sangga takut kepadanya?

"Takut?"

"iya."

"Kenapa gitu? Aku nggak pernah ngelakuin hal yang bisa buat Mas takut. Justru sebaliknya malah."

"kamu nggak pernah minta ini dan itu, sekalinya dikasih kamu marah-marah terus nggak suka, kita semua Bapak, Mama, Kyler segan untuk kasih kamu ini dan itu kecuali kamu minta sendiri."

Anggas diam, mendengarkan.
"nah maka dari itu kalau nanti kedatangannya buat kamu nggak bahagia, apa yang bakal kamu lakuin setelahnya?"

"emang Mas mau kasih apa, langsung aja sih Mas." Sangga menghela nafasnya, ia kemudian menunjukkan kunci motor yang tidak asing untuknya, sebuah kunci motor biasa yang sangat familiar.

"Japra."

"iya, motornya udah Mas benerin."

"KAPAN?!" Terdengar suara Anggas yang penasaran dan sangat tertarik dengan hal ini.

"udah lama, kebetulan temen Mas di cafe punya bengkel motor yang bisa urus beginian jadi Japra udah bagus lagi."

"Japra dimana Mas?!" ia menoleh ke arah luar hanya untuk melihat bagaimana keadaan motor itu yang sangat Anggas sukai. Karena, motor itu milik Bapak, motor yang biasanya digunakan untuk mengantarkan mereka pergi ke sekolah.

[✓] Sangga (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang