Apakah salah jika seseorang menjadi aku yang sebenarnya?
Ataukah memang aku dari dalam diri seseorang tidak patut tuk mendapat apresiasi?Atau hanya bisa dipenuhi celaan?
Jika kata-kata dan perilakunya menggelitik, sepantasnya mendapat ampunan dan dekapan selamat datang
Bukan hanya siksaan batin yang adaApakah salah jika seseorang memiliki harap yang kesekian kalinya?
Tuk menjalani bahtera kehidupan yang lebih bermakna.
Semoga kembalinya segera menjadi nyataTeruntuk diriku si pemanis luka