ix. mulai

3.1K 614 105
                                    

sekitaran pukul tiga sore sabtu ini, jeongwoo udah bertengger di atas motornya menjemput sang pujaan hati. tentu saja junghwan menyambutnya dengan hati yang berseri.

selama perjalanan, mereka berdua saling berdiskusi akan kemana. dan hasilnya adalah ke pasar jajanan malam yang tak jauh dari rumah jeongwoo.

sebenernya bukan diskusi sih, lebih ke keputusan sepihak dari junghwan. mau ga mau jeongwoo iyain, padahal dia bosen banget ke pasar itu mulu.

waktu jeongwoo dapet parkir motor di pasar, jam udah nunjukin pukul empat sore. satu jam perjalanan, sengaja emang, muter-muter dulu. nyari angin.

jeongwoo yang liat ekspresi bahagia junghwan jadi ikut senyum lega. adem banget kalo liat dek pacar senyum lebar.

"mau kemana dulu nih?" tanya jeongwoo yang udah gercep gandeng tangan si manis.

junghwan yang diperlakuin kaya gitu jadi senyam-senyum sendiri. padahal kemarin biasa aja, tapi kok ini damagenya beda ya?

"pengen beli takoyaki." pinta junghwan yang sekarang lagi nengok kanan-kiri nyari outlet yang jual.

"takoyaki?"

junghwan ngangguk.

"serius takoyaki?" tanya ulang jeongwoo membuat junghwan bingung.

"iya serius, emang kenapa sih kak?"

"engga." jawab jeongwoo sambil gelengin kepalanya, "kakak lebih suka cilor daripada takoyaki." sambungnya.

jawaban dari jeongwoo tentu saja membuat junghwan terkekeh lepas. ini kakak kelasnya punya masalah hidup apasih, pikir junghwan.

permintaan doi buat beli takoyaki dengan segenap jiwa raga jeongwoo cari. tapi udah muter-muter satu pasar, ga ada yang namanya penjual takoyaki.

karena itulah sekarang mereka berdua lagi berdiri di depan outlet kebab.

suasana sore terang kian berganti menjadi gelap malam. dua insan anak semesta sedang terduduk di sebuah bangku taman.

junghwan memakan dengan lahap kebab yang dia beli. ga beda jauh, jeongwoo pun lagi makan, cuman ada yang aneh cara makannya.

melihat sayuran yang didalam kebab itu dibuang oleh jeongwoo, membuat jiwa pecinta makanan junghwan menggebu. ia memegang tangan pacarnya itu agar berhenti untuk melakukan kegiatannya.

"kenapa dek sayang?" tanya jeongwoo lembut.

manik junghwan menatapi sayuran hijau yang sudah tergeletak di atas tanah.

"itu kenapa dibuangin kak?"

jeongwoo mengikuti arah mata junghwan, "oh itu, kakak ngga suka sayur."

"kenapa ngga suka?"

"ngga tau sih, dari kecil emang ga pernah makan sayur."

junghwan ketawa pelan. "pantes badan kakak tulang semua."

"iya, kan dagingnya ada dikamu." goda jeongwoo sambil nyubit gemes pipi junghwan.

tiba-tiba aja junghwan nyodorin sayuran yang ada dalam kebabnya ke mulut yang lebih tua. dengan cepat jeongwoo nutupin mulutnya pake tangan dan gelengin kepalanya nolak.

"makan dikiiit aja kak. cobain, enak lho."

jeongwoo tetap pada pendiriannya. sayur itu gak enak, pait. kaya makan rumput.

"ayolah kak." rengek junghwan.

helaan napas panjang keluar dari celah bibir jeongwoo. ia merasa tak enak dan sedikit kesal mungkin karena dipaksa untuk memakan hal yang tidak dia suka.

"sekali ini aja ya dek, untuk selanjutnya kakak gamau lagi."

junghwan ngangguk semangat. dengan berat hati jeongwoo mulai membuka mulutnya. mencoba menelanan makanan yang sangat dia benci untuk di makan.

"gitu dong kak, gimana rasanya? enakan?"

jeongwoo geleng cepet. "ngga dek, pait."

"ngga pait kok sebenernya."

"huum. kalo makannya depan kamu jadi manis."

detak jantung junghwan berdegup kencang setiap jeongwoo berkata manis dihadapnnya.

"kak." panggil junghwan sembari menundukkan kepalanya dalam.

"iya dek?"

"sayang kak woo."

tiga kata yang lolos dari mulut junghwan sontak ngebuat jeongwoo rasain sengatan dalam dirinya. rasa-rasanya, dunia ini jadi lebih berwarna.

"kakak boleh peluk kamu?" tanya jeongwoo yang langsung dibalas anggukan oleh junghwan.

jeongwoo merengkuh tubuh mungil junghwan dengan erat. tak lupa mengelus surai lembut yang lebih muda, menghadiahi sebuah ciuman kecil diatas pucuk kepala.

untuk beberapa menit selanjutnya, mereka berdua masih dalam posisi yang sama. hingga ketika jeongwoo melepaskan pelukannya.

"ini buat kamu." kata jeongwoo menyerahkan satu buah plastik belanjaan berwarna hitam. sedari awal datang sebenernya sudah cukup membuat junghwan bertanya-tanya.

"isinya ciki komo semua."

mata junghwan seketika berbinar mendengar kata ciki komo.

"makasi banyak-banyak kak woo."

"sama-sama sayang."

kedua pemuda yang sedang dimabuk cinta itu saling melemparkan senyum. junghwan sudah memantapkan hatinya untuk mulai membuka celah perasaannya.

iya, pada awalnya junghwan nerima ajakan jeongwoo hanya sebatas untuk formalitas saja karena ga enak kalo nolak. tapi sekarang dia bener-bener jatuh hati dengan si pemilik senyum paling berseri.

"dek."

"iya?"

jeongwoo bangkit dari duduknya. "kakak pulang dulu ya? barusan dapet pesen dari babeh kalo ada masalah di rumah."

"masalah apa kak?" tanya junghwan yang ikut berdiri.

"ada, nanti kakak cerita kekamu deh. kamu hati-hati ya pulangnya, atau mau kakak suruh haruto buat jemput kamu?"

"ngga usah, junghwan minta dijemput bapak aja."

"beneran ya? langsung pulang lho, ga boleh main lagi."

junghwan mengangguk patuh. "kak woo hati-hati bawa motornya, jangan ngebut."

jeongwoo cuman bales senyum abis itu meluk junghwan lagi walaupun cuman sebentar.

"kakak sayang kamu."


tembus 700 words.

yuk satu lagi, ending.
(☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞

[i] sweet boi | iksan boys ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang