𝗘𝗶𝗴𝗵𝘁. 𝗕𝗲𝗴𝗶𝗻

980 231 31
                                    

Chanwoo menggelengkan kepala pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chanwoo menggelengkan kepala pelan. Tubuhnya terasa membeku. Matanya tak dapat melihat ke arah lain selain mata pelayan bernama Irene itu.

Irene menaikkan sebelah alisnya, "Kau yakin?"

"Ya ... Aku yakin."

"Tapi tubuhmu berkata lain tuan."

"Maksudmu?"

Tiba tiba Irene tersenyum. Tubuhnya bangkit dari kursi dan menghampiri Chanwoo dengan senyum yang terukir lebar di wajahnya. Senyum itu, bukan senyum yang membuat hati Chanwoo berdebar karena terpesona. Melainkan, ketakutan karena senyumnya begitu misterius juga menakutkan.

"Ah, lebih baik kau ikut aku sekarang. Lihat, darahmu keluar terus menerus."

"Darah apa maksudmu?! Jangan mendekat!"

"Kenapa tuan? Kenapa tidak boleh mendekat?"

"Kau, kau mengerikan! Berhenti disana nona!" cegah Chanwoo.

"Ah, tapi kau memerlukan bantuanku tuan. Tuan Hyunsuk tidak akan senang melihat temannya terluka seperti ini." balas Irene sambil membelai leher Chanwoo yang entah sejak kapan bersimbah darah.

"Aku tidak terluka!" tepis Chanwoo.

Irene melebarkan senyumnya. Ah, Chanwoo rasa pipi wanita di hadapannya ini dapat sobek jika saja wanita itu tidak berhenti tersenyum. Menakutkan.

"Kau terluka tuan. Dan aku akan mengobatimu." bisik Irene lalu menjilat leher Chanwoo.

Tubuh Chanwoo seketika merinding dan menegang. Panas lidah Irene membuat tubuhnya kelu. Hisapan yang Irene lakukan di lehernya membuat Chanwoo memejamkan mata sangat erat. Ia sangat ingin mendorong pelayan wanita yang tidak tahu sopan santun ini. Namun, tubuhnya terlalu kaku untuk bergerak.

"Hmm ... Lukamu cukup besar. Beri aku waktu untuk mengobatinya lebih lama hmm?"

Chanwoo tentu saja ingin menolak. Ia ingin sekali mendorong Irene atau memukulnya dengan buku yang ada di rak buku perpustakaan. Sayangnya, Chanwoo hanya bisa berniat seperti itu. Ia tak dapat merealisasikan apa yang ia inginkan.

"Ck. Menyingkir dariku jalang!"

Irene terkekeh, "Ya, izinkan jalangmu ini mengobati lukamu hm?"

Yeri yang melihat dari kejauhan hanya tersenyum. Tak menyangka Irene akan bergerak secepat itu. Bahkan, hari belum menggelap, tetapi Irene sudah menghisap darah salah satu tamu mereka. Benar benar gerak cepat.

"Jadi mama, kau ingin memulainya dari sekarang hm?" gumam Yeri sembari menatap Irene dan Chanwoo.




































Yoyo mengikuti tiga remaja yang Hyunsuk ajak berlibur bersama dengannya. Ia memperhatikan dengan lamat penampilan Asahi, Yoshi, dan juga Yedam. Kaos putih yang dibalut jaket denim serta celana jeans terlihat sangat casual untuk Yoshi. Berbeda dengan Asahi yang terkesan sangat vintage dengan celana corduroy dan sweater earth tonenya. Sedangkan Yedam, laki laki itu hanya menggunakan kaos hitam dengan celana training berwarna merah.

𝗔 𝗕𝗘𝗔𝗨𝗧𝗜𝗙𝗨𝗟 𝗠𝗜𝗦𝗘𝗥𝗬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang