Chapter 9 - Aku Tidak Tahu

241 38 4
                                    


Jaemin mengernyitkan keningnya dalam-dalam saat ini. Bagaimana tidak, sejak ia dan kedua sahabatnya keluar kelas saat bel istirahat berbunyi, Lee Jeno terus saja mengekori mereka hingga ke kantin. Bahkan pemuda tampan itu sekarang telah duduk dan makan dengan tenang di sampingnya setelah berdebat dengan Somi yang juga ingin duduk di samping Jaemin. Jeno memenangkan bangku tersebut dengan embel-embel akan menyuruh Woojin yang mana adalah musuh bebuyutan Somi untuk bergabung di meja mereka. Jaemin tidak habis pikir, di mana seorang Lee Jeno yang dingin dan bahkan terkesan sedikit apatis itu? Sementara Somi yang akhirnya duduk di depannya tengah menggerutu habis-habisan. Haechan disampingnya pun hanya memandang Jaemin dan Jeno bergantian dengan raut penuh tanda tanya.

Jaemin menghela nafasnya dalam-dalam lalu menatap Jeno dengan frustasi , "Sebenarnya ada apa denganmu?"

Jeno yang baru saja ingin melahap suapan ketiga menghentikan kegiatannya.

"Apa?"

Jaemin memutar bola matanya. "Kau tahu maksudku Lee."

"Aku hanya ingin makan bersama, apa itu salah?"

"Ya! kalau ingin makan bersama harusnya kau duduk di mana saja, tidak perlu merebut bangku ku!" tukas Somi.

"Siapa yang merebut bangku mu?"

"Kau bodoh! Kau!"

"Somi-ssi. Pertama ini bukan bangku mu, ini bangku milik sekolah. Kedua aku tidak bodoh. Kalau ada yang harus disebut bodoh, sepertinya itu dirimu sendiri."

Haechan tidak bisa lagi menahan tawanya dan Jaemin hanya bisa menggelengkan kepala. Sementara Somi mengepalkan tangannya, ia hampir saja mengeluarkan sumpah serapahnya lagi kalau saja seorang perempuan yang duduk di meja sebelah mereka tidak bersuara.

"Hey sepupu, apa yang dikatakannya memang benar. Diam dan makanlah makananmu, waktu istirahat tidak banyak."

"Ya Jeon Heejin! Kenapa kau malah membela pria dingin ini? Kau itu sepupuku atau bukan?!"

Heejin, perempuan yang tadi berbicara mengendikkan bahunya.

"Aku tidak membelanya, hanya saja apa yang dikatakannya adalah fakta."

Mark dan Renjun yang sedari tadi duduk di depan Heejin mengangguk-anggukan kepala. Mereka telah menyaksikan kejadian konyol itu sejak awal dan hanya menikmati tontonan gratis tanpa ingin ikut campur.

"Sepupumu benar Somsom-ah. Ayo habiskan saja makananmu, aku tidak mau melihatmu kurus sahabatku!" Seru Haechan yang telah bisa menguasai diri setelah habis-habisan tertawa.

"Sialan!"

***

Saat akan kembali ke kelas pun Jeno tetap menempeli Jaemin. Haechan telah menggeret Somi yang masih sibuk menggerutu di depan mereka. Heejin dan Renjun berjalan di belakang sambil memerhatikan Jeno dan Jaemin yang berjalan bersisian. Sementara Mark telah kembali ke kelasnya yang berbeda arah.

"Nana."

bukan hanya Jaemin yang menoleh, Renjun yang berjalan di sampingnya pun menatap bingung Heejin yang tiba-tiba memanggil Jaemin.

"ya?"

"Aku ingin mengobrol sebentar." Heejin melirik ke arah Jeno sekilas.

Jaemin melirik jam di tangan kirinya, masih tersisa kurang lebih 5 menit sebelum bel masuk berbunyi.

Ia pun mengangguk "Baiklah, ayo."

Tanpa babibu Heejin menarik tangan Jaemin menjauh dari koridor, menyisakan tatapan tajam Lee Jeno yang memandang mereka hingga keduanya tak terlihat lagi.

Sand in HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang