Chapter 11 -Terima kasih sudah bertahan

440 37 4
                                    

Flashback chapter 9 bagian Jeno nyusulin Jaemin.

Jeno tidak sengaja menoleh ke arah tempat duduk Jaemin saat pemuda manis tersebut terlihat mengemasi barangnya dengan terburu-buru. Sontak Jeno mengerutkan dahinya, dalam hati ia bertanya-tanya hal apa yang membuat Jaemin begitu tergesah, padahal ia tahu betul Jaemin adalah orang yang sangat santai. Tepat saat bel tanda pelajaran telah usai berbunyi ia melihat Jaemin sudah melangkah keluar kelas, spontan saja Jeno beranjak menyusulnya. Saat di koridor ia masih bisa melihat Jaemin yang cukup jauh di depan sana berlari kecil. Tepat ketika Jeno ingin mempercepat langkahnya seseorang dari arah samping memanggil namanya.

"Jeno"

Jeno otomatis menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang gadis cantik berambut panjang menatapnya dengan raut sedikit kebingungan. Jeno menghela nafas.

"Kenapa?"

Gadis itu mengerutkan keningnya. "Harusnya aku yang bertanya kenapa kau begitu tergesah-gesah?"

"Aku ada urusan."

"Urusan penting apa yang membuat seorang Lee Jeno yang begitu tenang bisa sampai terburu-buru seperti ini?" tanya gadis itu.

Jeno tidak menjawab, alih-alih ia hanya menatap datar gadis tersebut. Melihat keterdiaman Jeno, salah satu sudut bibir gadis tersebut terangkat.

"Ah.. tentu saja, tanpa perlu bertanya seharusnya aku sudah tahu jawabannya."

"Park Siyeon, kalau tidak ada hal penting yang ingin kau katakan..."

Belum sempat Jeno menyelesaikan kalimatnya gadis itu, Park Siyeon, terlebih dulu memotong.

"Sepupuku itu... memang menarik ya Jeno." potongnya seraya tersenyum tipis.


***

Sesampainya di gerbang sekolah, Jeno tidak menemukan keberadaan Jaemin. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh arah di dekat situ tapi tetap saja ia tak menemukannnya. Lagi-lagi Jeno terdiam, tanpa sadar ia melamun dan memikirkan apa yang terjadi sebenarnya.

Puk.

Tepukan pelan seseorang di bahunya membuat Jeno menoleh. Ia mendapati Mark dan kedua sahabat Jaemin berdiri dibelakangnnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Mark bertanya dengan alis terangkat. Jeno dengan cepat menguasai dirinya.

"Ah.. tidak ada. Aku ingin pulang." Ujarnya seraya beranjak menuju parkiran di mana mobilnya berada, tanpa memedulikan ketiga orang yang memandang kepergiannya dengan tatapan heran. Ah, tepatnya hanya Mark yang menatapnya dengan alis yang berkerut.

"Untung Park Siyeon menahannya." Somi berbisik kepada Haechan.

Haechan hanya mengangguk dan menghembuskan nafas lega.

"Kalian tidak pulang?" Mark bertanya pada keduanya.

"Ah, kami akan menunggu jemputan hyung,  jangan khawatirkan kami." Jawab Somi dengan senyum lebarnya.

Plak. Haechan memukul lengan Somi.

"Sudah kubilang jangan memanggilnya hyung. Kau itu perempuan! Ya.. Meskipun sedikit jadi-jadian" Omel Haechan.

"Ya! Apa kau bilang?! Kurasa tidak masalah untuk memakai kemampuan taekwondo ku di sini." Somi menarik lengan seragamnya, mengambil ancang-ancang untuk menghajar Haechan.

Haechan mencibir sedangkan Mark hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepala melihat pertengkaran konyol keduanya.

"Hey, jangan bertengkar. Kalau begitu aku duluan ya. Jangan kemana-mana sampai jemputan kalian datang." Ucap Mark seraya tersenyum.

"Baik hyung!" Seru Somi.

Mark pun beranjak masih sambil terkekeh.

"Ayo kita tunggu Heejin di... Astaga Lee Haechan! Tutup mulutmu jika tidak ingin kemasukan lalat bodoh!"

Somi menyeret Haechan dan membekap mulutnya yang sedikit menganga sambil terus menatap kepergian Mark yang kian menjauh dari mereka.


***


"Kau masih sering ke sini?" Jaehyun bertanya.

Kini ia dan Jaemin berada di sebuah kedai es krim yang dulu sering mereka kunjungi bersama.

Jaemin menggelengkan kepalanya, "Hanya sesekali, kalau Hyunjin ada waktu."

"Kenapa begitu? kenapa tidak mengajak temanmu yang lain?"

Jaein menghela nafasnya, "Kalau mengajak Somi dan Haechan rasanya berbeda hyung. Aku dan Hyunjin biasanya ke sini saat merindukan kalian berdua."

Jaehyun terkekeh mendengar pengakuan Jaemin.

"Haechan dan Somi pasti merasa tersakiti jika mendengar perkataanmu."

"Bukan begitu, maksudku, aku dan Hyunjin pasti akan bernostalgia dan bercerita apa saja tentang kita berempat saat sering mengunjungi kedai ini dulu. Mereka kan tidak tahu ceritanya, jadi bisa saja itu akan membosankan untuk mereka." Jelas Jaemin panjang lebar.

"Maksudmu, kalian bertiga yang memaksaku agar menemani kalian ke kedai ini agar ada yang menjaga, karena kalau hanya kalian bertiga pasti tidak dibolehkan? Bahkan Heejin memintaku berbohong pada Jungkook-ie." ucap Jaehyun dengan senyum jahilnya.

"Kau menyebalkan hyung!"

Jaehyun kembali tertawa bahkan kali ini tawanya terdengar lebih keras. Jaemin sampai merengut dibuatnya.

"Baiklah, baiklah, aku hanya bercanda."

"Bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa yang selama ini kau lakukan hyung?"

"Entahlah, mungkin bisa disebut pelatihan? Karena kalau disebut kerja rasanya kurang tepat."

Jaemin mengangguk seraya menyuapkan es krim rasa peach miliknya ke dalam mulut.

"Ku kira kau melanjutkan kuliahmu."

"Kau tahu sendiri ayah menginginkanku untuk segera menggantikan posisinya." Jawab Jaehyun dengan lemah.

Jaemin tersenyum masam mendengarnya.

"Aku bangga padamu, hyung"

Jaehyun mengangkat alisnya mendengar pernyataan tiba-tiba Jaemin.

"Kau rela mengorbankan impianmu agar adikmu bisa menggapai impiannya."

Jaemin menggenggam tangan kiri Jaehyun yang tidak memegang sendok es krim.

"Terima kasih ya, karena sudah kuat dan mau bertahan sampai sejauh ini."

Jaehyun tidak menjawab, yang ia lakukan hanya balas membalas genggaman Jaemin lebih erat. Jaehyun merasa hatinya menghangat.

Tbc.

Mau tanya dong, sejauh ini kalian masih ngerti ga alur ceritanya? Masih inget kan karakter di chapter-chapter sebelumnya?

Chapter selanjutnya mungkin akan flashback ke waktu mereka masih kecil sampai sebelum Heejin sama Jaehyun pergi, supaya alurnya bisa lebih jelas. Tapi aku ga tau bakal update kapan, semoga masih ada yang nungguin, hehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sand in HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang